September 23, 2013

Pengalaman Pertama Bersama Dinar



Peristiwa yang tidak dapat aku lupakan ketika masih remaja dulu salah satunya adalah ketika berkesempatan melihat pesona gadis bertelanjang bulat di kamar mandi rumahku. Sebut saja gadis itu bernama Dinar. Umurnya lebih muda setahun dariku, sedangkan aku sendiri waktu itu masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Dinar sengaja dititipkan oleh ortunya kepada ortuku untuk membantu mengurusi hal-hal kecil, yakni kebersihan di dalam rumah. Alasannya dititipkan, karena ortu Dinar sendiri punya banyak anak dan butuh beaya tidak sedikit untuk menopang kondisi ekonominya, jadinya dititipkanlah si Dinar kepada ortuku.

Dinar sendiri adalah seorang gadis muda yang bertubuh bongsor. Aku sering melihat sepasang gundukan payudara yang sudah lumayan besar untuk seusianya. Entah mengapa saat melihat Dinar, ujung-ujungnya mata ini sepertinya selalu bergerak sendiri meluncur ke arah dadanya yang menonjol lumayan bulat dan sekal itu. Benar-benar sangat menarik perhatianku shg seringkali secara insting membuatku melirik ke arah bagian itu bila berada di dekatnya (normal ga sih).

Meskipun bertubuh bongsor, mentalnya masih termasuk dalam kategori kanak-kanak, Dinar tidak jarang melakukan kenakalan-kenakalan kecil, seperti mengambil barang-barang di dalam toko berupa jepit rambut, pemotong kuku, bedak, bahkan mainan kelerengku tanpa bilang-bilang terlebih dahulu. Orangtuaku tidak begitu mempermasalahkan hal itu panjang lebar, hanya sesekali mengingatkan kalau mengambil barang yang bukan haknya itu namanya mencuri.

Pernah aku jadi dibikin keki karenanya, waktu itu aku pernah memergoki dia menulis suatu diari. Diari itu berisi tentang khayalan-khayalannya. Khayalannya tidak tanggung-tanggung, di dalam diari itu dituliskan kalau aku sedang berpacaran dengannya. Jujur saja, bukannya aku tidak tertarik untuk berpacaran dengannya akan tetapi karena aku sendiri masih belum mengerti bagaimana itu pacaran. Tapi yang pasti, aku selalu penasaran dengan bodinya yang sudah mekar diusianya. Tubuh milik anak perempuan yang mulai menginjak remaja itu menjadi suatu perhatian yang menarik bagiku. Banyak hal yang bisa menimbulkan rasa penasaran yang cukup tinggi kalau berada di dekatnya.

Suatu ketika aku dibuat jengkel, lagi-lagi. Masih berhubungan dengan diarinya, aku tidak sengaja memergoki dia sedang menulis di buku itu. Begitu aku rebut dan kubaca, ternyata isinya aneh-aneh. Di dalam tulisannya dikisahkan aku jadi tokoh utama yang selalu dibicarakan panjang lebar. Tentu saja Dinar tidak mau aku membaca semua isi buku diarinya. Berulangkali Dinar berusaha merebut kembali bukunya. Tentu saja dia tidak berhasil karena gerakanku lebih cepat dan kuat. Tapi bukan Dinar namanya kalau mudah menyerah apalagi isi diarinya bisa dibilang Top Secret, lebih-lebih kalo aku yang membacanya. Berulangkali buku diari itu jadi korban tarik-menarik.Saat beradu kekuatan dengan Dinar untuk merebut kembali buku diari itu, keseimbanganku hilang, akhirnya membuat kami berdua jatuh terjungkal. Aku jatuh terduduk ke belakang dan Dinar ikut ketarik tenagaku hingga terjatuh ke arahku. Gara-gara rebutan buku itu, kami berdua jadi saling bertindihan. Buku diari itu sendiri terlepas agak jauh dari tempatku.

Sadar jika bukunya sempat terlepas dariku, Dinar cepat-cepat bergerak kembali untuk mengambilnya. Segala upaya dengan gaya apapun dilakukan Dinar untuk merebut kembali buku pusakanya itu. Ketika Dinar hendak berdiri, kedua tanganku cepat-cepat menarik kedua bagian lengannya agar dia tidak jadi bisa berdiri. Dengan spontan pula, kedua tangannya bergerak mengibas-ibas berusaha melepaskan peganganku hingga terlepas. Tak mau kecolongan, aku langsung merangkul tubuhnya agar dia tidak banyak bebas bergerak. Begitu aku peluk tubuhnya itu sontak tercium aroma wangi rambutnya membuatku tersadar jika yang aku peluk ini adalah tubuh dari seorang perempuan yang memiliki sepasang bulatan yang menonjol di dadanya. Aku pun merasakan di dadaku menghimpit erat dadanya. Seketika itu pula mendadak timbul pikiran yang agak nakal. Berawal dari pikiran-pikiran nakal seperti mengambil kesempatan meraba-raba sekujur tubuh Dinar, aku jadi mendadak adem panas dan deg-degan.Dinar masih meronta berusaha melepaskan diri dari pelukanku, tapi aku tak mau kalah. Tidak ingin kelepasan dirinya, aku gelitikin sekujur pinggangnya agar tenaganya untuk memberontak jadi buyar seketika. Usahaku sedikit berhasil, tenaganya untuk melepaskan diri agak berkurang karena harus menghindari serangan-serangan gelitikan jemariku yang semakin berani menjelajah bagian-bagian peka di tubuhnya. Mulai dari pinggang, lalu pindah ke ketiaknya, kemudian pindah lagi ke pinggang, hingga yang paling nekad bergeriya langsung ke buah dadanya secara bergantian.

Sepertinya Dinar terlalu konsen dengan buku diarinya, sehingga dia tidak menyadari jika niatan gelitikanku lebih ke arah menggerayangi tubuhnya. Di kesempatan itu aku gunakan sebaik-baiknya untuk memuaskan rasa penasaranku terhadap lekak-lekuk tubuhnya yang bongsor serta mendebarkan jantung itu. Aku benar-benar sangat senang bisa merasakan lekukan di sekujur tubuhnya. Bahkan semakin menjadi-jadi. Kuberanikan diri sesekali mengusap-usap dan meremas-remas kedua buah dadanya secara bergantian sembari terus menahan dirinya agar tidak terlepas dari dekapanku.

Selang beberapa asyik bergulat dengan Dinar sembari menggerayangi tubuhnya di sana-sini, mendadak kemaluanku menjadi berdiri sendiri. Rasanya sangat enak mendapati burungku yang menegang itu ditekan-tekan ke arahnya. Sejak itu, aku jadi keranjingan menempelkan burungku yang menegang itu ke tubuhnya. Dinar tidak peduli dengan aksiku terhadapnya, dipikirannya cuman ingin segera mendapatkan buku diarinya kembali di tangannya.Untung sekali waktu itu tidak ada orang lain lagi selain aku dan Dinar, sehingga tertawa cekikikan kami tidak ada yang mendengar atau bahkan menghentikan keasyikan kami berdua saat saling berebut buku diari.Karena terlalu konsentrasi pada tubuh Dinar, aku tidak begitu memperhatikan diari miliknya. Sedikit demi sedikit jarak diari dengan Dinar semakin dekat. Tapi lagi-lagi untung saja, mataku sempat melirik ke arah diari tersebut. Begitu tangan kanan Dinar hendak mencapai buku diarinya, segera kutangkap tangannya, dan dengan cepat kudorong balik tubuhnya, hingga berposisi gantian aku yang menindihnya. Ketika berhasil menindihnya, burungku benar-benar lebih merasa keenakan. Apalagi Dinar terus melakukan gerakan meronta, semakin enak saja efek yang ditimbulkan dari gerakan Dinar.

Saking konsentrasinya pada buku diari pribadinya, Dinar masih belum menyadari sepenuhnya jika aku sebenarnya tidak berniat merebut buku diarinya, melainkan keasyikan menikmati lekuk indah tubuhnya melalui kedua telapak tanganku sendiri. Berulangkali aku berhasil meraba-raba gumpalan buah dadanya secara utuh. Berbagai gaya mulai dari meraba menekan-nekan, meremas-remas, menarik-narik, dan itu semua tanpa disadari Dinar. Hingga akhirnya aku jadi capek sendiri dan merasa sangat puas bisa mengerjai anak itu.Begitu dirasa pelukanku mengendor, dia pun berhasil melepaskan diri sekaligus berhasil mendapatkan buku diarinya sambil tertawa-tawa mengejek. Tapi aku menanggapinya dengan cara berpura-pura akan membalasnya jika ada kesempatan di lain waktu. Dinar masih tetap tidak menyadari jika aku hanya akal-akalan saja berebut buku diarinya. Dan semenjak itu pula, jantungku selalu merasa berdebar-debar jika kebetulan di rumah hanya ada aku dan Dinar.

Beruntungnya, hampir setiap hari setelah pulang sekolah yang berada di rumah terlebih dahulu adalah aku dan Dinar, lainnya pada pulang ke rumah dua jam setelahnya.---Suatu ketika, ortuku ada urusan ke luar kota selama dua hari. Tentu saja selama dua hari itu pun hanya ada aku dan Dinar yang berada di rumah. Pada hari pertama yakni hari Sabtu, kira-kira sekitar pukul setengah satu siang aku sudah sampai di dalam rumah. Seperti biasa si Dinar sudah datang terlebih dahulu sepulang dari sekolah karena jarak sekolahnya lebih dekat dibandingkan sekolahanku.Sejak mengalami pergumulan gara-gara rebutan buku diari, Dinar lebih waspada. Jika aku sudah sampai di rumah, maka Dinar segera membereskan barang-barang simpanannya di laci kamarnya. Melihat perilakunya yang aneh-aneh itu, aku rada cuek saja. Tapi sesekali kedua mataku melirik ke arahnya gara-gara teringat jika selama dua hari yang berada di rumah hanya tinggal aku dan Dinar. Semakin sering mengamati Dinar, entah mengapa jadi semakin besar muncul rasa penasaran-penasaran yang tinggi terhadapnya. Aku pikir itu adalah karma karena pada awalnya aku memang merasa tidak tertarik kepadanya, dan kini keadaan jadi berbalik.Aku menyalakan tv yang berada tak jauh dengan kamar tidur Dinar, dan kebetulan sekali aku bisa melihat Dinar di kamarnya di tempat di mana aku duduk santai melihat tv. Membuat diriku semakin menjadi-jadi saja mengamati tindak-tanduk Dinar di dalam kamarnya. Terlihat Dinar tampaknya sedang membereskan barang-barangnya. Setelah itu Dinar tampak keluar dari kamar dan menguncinya. Ditangan kanannya menenteng baju yang akan dibuat ganti, sedangkan kirinya menenteng sebuah handuk.

Mengetahui Dinar akan berangkat mandi, mendadak aku menjadi deg-degan. Pikiranku seperti ada yang merasuk tiba-tiba bak memberikan wejangan. Wejangan yang mengatakan bahwa aku bisa lebih leluasa melihat tubuhnya yang bertelanjang bulat, yakni saat dia sedang mandi. Aku pun mendadak jadi ingat jika lubang angin-angin atau ventilasi kamar mandi di sana sangat lebar dan tidak ada penutupnya. Lebarnya cukup untuk memasukkan kepalaku hingga ke dalam, serta tempatnya tepat berada di atas pintu masuk kamar mandi tersebut. Dan kebetulan sekali ventilasi kamar mandi tersebut tidaklah begitu tinggi. Mendapatkan ide brilian yang bisa memuaskan rasa penasaranku terhadap Dinar, mendorongku segera cepat mengambil tindakan. Kuambil kursi berbahan plastik, lalu kuletakkan di depan pintu kamar mandi. Aku tidak khawatir kursi tersebut bakal berderit saat kunaiki karena sudah ada keset lumayan tebal di depan kamar mandi.

Begitu melihat ke dalam ruang kamar mandi melalui lubang ventilasi, kaboooommm!!! Tampaklah suatu pemandangan indah yang belum pernah aku saksikan sebelumnya. Melihat ke dalam ruang kamar mandi itu, seakan-akan sedang melihat suatu misteri di dunia yang selama ini mengganjal di kepala menjadi terpecahkan.Aku bisa melihat keberadaan Dinar di dalam dengan sangat jelas. Bahkan saking jelasnya seakan-akan aku sedang berada satu ruangan dengan dirinya. Dinar tampaknya sedang asyik berdendang sambil melepasan satu persatu rangkaian pakaian yang dia kenakan persis seperti orang lagi striptis. Helai demi helai perlengkapannya mulai terpisah dari tubuhnya. Mulai dari kaos kasualnya, membuat jantungku semakin berdegub kencang. Kemudian rok sekolahnya, darahku jadi terasa bergejolak mendesir-desir dengan jelas. Dilanjut melepas kaos dalamnya, tubuhku mendadak menggigil adem-panas. Lalu saat melepas BH, kedua mataku seakan hendak melompat keluar karena saking tertariknya melihat bagaimana rupa bagian itu saat tidak tertutup. Dan yang terakhir bak sebagai tayangan pamungkasnya, yakni melepaskan celana dalam putih yang bertuliskan “Hello Kitty”, tanpa diperintah terlebih dulu oleh pusat syaraf mendadak pen|sku menjadi berubah menegang dengan sangat cepat. Fiiiuuuuhhhwww!!

Berasa di mimpi saat melihat Dinar sedang bertelanjang bulat sambil asyik berdendang di dalam kamar mandi itu. Dia sama sekali tidak menyadari jika aku kini sedang asyik mengintipnya di lubang ventilasi kamar mandi. Benar-benar sangat jelas bagaimana lekukan tubuhnya yang ternyata indah itu tanpa mengenakan penutup apa-apa. Aku mengamati segala sisi tubuhnya mulai dari rambutnya yang lurus sebahu, kulitnya yang kuning kecoklatan, belahan pantatnya yang sekal dan nyungging, paha dan betisnya yang proporsional, buah dadanya yang benar-benar indah membulat sempurna, serta rambut-rambut kecil yang mulai tumbuh di area selangkangannya, membuatku jadi sedikit demi sedikit semakin mengaguminya. Saking senangnya melihat isi pemandangan di dalam kamar mandi itu sampai-sampai membuatku jadi tak ingin berkedip biarpun sesaat.Dinar mulai mengambil air di bak dengan menggunakan gayung di tangan kanannya, lalu menumpahkan seluruh isinya dari atas kepalanya, byurrr…Dinar langsung basah kuyup tapi dengan begitu membuat dia jadi lebih segar kelihatannya.Guyuran-guyuran air membuat tubuh Dinar menjadi berkilat-kilat. Rambutnya yang lurus sebahu itu seakan-akan menjadi melekat dengan kepalanya. Mataku tak bosan-bosannya mengamati keindahan tubuhnya di bagian dada dan pantatnya. Kedua bulatan payudara basahnya yang lumayan besar dan bulat itu tampak berkilat-kilat akibat pantulan cahaya, kedua ujung pentilnya sudah mencuat keluar, dan berkali-kali kulihat kedua buah dadanya yang indah itu berguncang-guncang, bak umpan mewah untuk memancing rasa gemasku dan undangan untuk rasa penasaranku agar mau meremas-remas. Jika memang begitu kenyataan sesungguhnya, tentu saja aku mau, eh ga cuman mau, tapi sangat sangat mau sekali. Untuk sementara aku hanya bisa mengkhayalkannya saja sambil berpikir bagaimana cara mewujudkannya.

Ketika Dinar berganti posisi menghadap membelakangiku, nafasku semakin berat. Lekukan punggungnya yang mulus dan ramping itu sangat memancing hasratku agar bisa menyentuhnya. Ditambah lagi pada saat kedua mataku meluncur jatuh lebih ke bawah, yakni pas ingin menyaksikan dengan seksama bagaimana bentuk lekuk pantatnya. Belahan pantatnya tampak begitu sekal dan seret, mirip ciri khas dari seseorang yang sering berolah raga atau berjalan kaki. Pas saat Dinar berposisi menggayung air, tampak di antara belahan pantatnya terdapat suatu garis yang menggurat, itu pasti area kemaluannya. Melihat bagian tersebut, membuatku semakin berkhayal ke level lebih tinggi. Aku mengkhayalkan bagaimana nikmatnya saat burungku yang tengah menegang kencang itu terselip berada di sana sembari digesek-gesekkan. Nafasku semakin memburu karena mengkhayalkannya.Rasa penasaranku semakin besar dan tinggi, apalagi ditambah dengan momennya yang sangat tepat, yakni tidak ada orang lain lagi selain aku dan Dinar di rumah ini, membuatku cepat-cepat memeras otak memikirkan agar bisa memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya.

Tidak berselang lama kemudian, timbulah satu ide brilian yang sangat cemerlang menurutku. Agar bisa berpeluang masuk ke dalam kamar mandi saat itu, tentunya perlu strategi. Melihat Dinar mengambil shampoo, kebetulan sekali. Aku mendadak langsung ingat jika mandinya bakal memakan waktu lebih lama daripada biasanya jika dia sedang keramas. Seketika itu pula, aku langsung memutuskan untuk turun dari kursi plastik dan dengan sekejap kursi itu sudah kembali ke tempat semula. Ditengah asyik-asyiknya Dinar menikmati mandinya sambil berdendang, aku berpura-pura mengeluh sakit perut karena mendadak kebelet BAB.Awalnya masih sengaja kupelankan gedoran pintuku, aku mengeluh sakit perut karena tidak kuat menahan hasrat BAB, sembari bergaya intonasi pura-pura tidak tahu jika dia bakal lama mandinya.Tokk tokkk tokkk….

“Din, aku kebelet beol. Cepet dikit mandinya, ya?!” pintaku masih pelan.

“Haduh, Mas…aku masih mau keramas.” Jawabnya dari dalam.

“Ga bisa Din, aku bener-bener kebelet nih!” nadaku naik satu oktaf.

“Ya elah Mas, sabar dikit lah.” Dinar masih bersikeras.

“Astaga…Din, cepet dikit Din…aku sudah ga kuaaatt!!” pintaku, naik satu oktaf lagi.

“Bentar ah!” Dinar ga mau mengalah.

Kali ini strateginya aku tambahin dengan teknik gedor-gedor sembari mendorong-dorong pintunya agak kuat. Dokk dokk dokk…

“Aduh dah cepet mandinya, ga pake lama! Aku dah ga kuat nahaannn, Din!” bujukku dengan suara mulai kencang.

“Tau deh!” jawabnya singkat.
“Serius Din!! Cepet bukain donk… Dikit lagi anunya dah jatuh di keset nih! Sudah ketahan di celana, Din!” bujukku tak kurang akal sembari menggedor lebih kuat.

“Ntar deh!” jawabnya enteng.
“Ya udah aku paksa buka pintunya klo begitu. Dah ga kuat nih! Ga usah malu deh, aku bener-bener butuh” ancamku.

Menilai kali ini Dinar agak keras kepala juga, akhirnya aku putuskan nekad menggedor-gedor pintu sambil mendorong-dorong kuat-kuat. Dinar tampaknya jadi bingung juga di pikirannya. Aku bisa mengira-ngira kalau di dalam dia sedang kebingungan antara keluar dengan rambut penuh shampoo atau membersihkannya terlebih dahulu. Dinar terdengar tangannya menyambar handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya. Ceklik, terdengar kunci pintu dibuka. Dinar tampak mengintip malu-malu dari dalam melihat ke arahku sambil tertawa. Mendapatkan angin kecil berpeluang besar seperti itu, tanpa ba bi bu lagi, aku bergegas masuk ke dalam dan langsung duduk menempati WC jongkok di sebelah pojok.

“Kyaaaa…!” teriaknya sambil menutupi mulutnya sendiri tapi tidak terlalu kencang.
 “Halah, gitu aja pake teriak. Biasa aja napa? Aku aja anggap biasa, kenapa kamu engga?” tantangku. Tentu saja aku berpura-pura tidak tertarik melihat ke tubuhnya, berlagak cuek konsentrasi BAB.

Melihat Dinar masih termangu melihat aku duduk sekarang sudah jongkok di atas lubang WC, aku pun komentar.

“Dah sana lanjutin mandinya, jangan bengong aja!.” Kataku membuyarkan lamunannya sembari menyipratkan air ke arahnya. Begitu cipratan airnya tepat mengenai wajahnya, Dinar terpancing untuk segera membalasku. Disiratkan mukaku dengan seluruh air yang ada digayung, balasannya ternyata lebih kejam. Kubalas lagi dengan cipratan air ke wajahnya. Lagi-lagi dia membalas tindakanku, tak kalah kejamnya dengan balasan sebelumnya.

Aku dibuat basah kuyup bersama baju atasku. Karena sibuk membalasku, Dinar tidak begitu memeriksa apakah aku benar-benar BAB atau tidak. Situasi itu sangat menguntungkan bagiku. Cepat-cepat sebelum Dinar menyadarinya, aku segera menyiram beberapa kali ke lubang WC. Tentu saja tangan kiriku sengaja menutupi lubang WC agar terhindar dari pandangan matanya.

“Aku cuman cipratin kamu dengan air setangan, balasannya malah segayung, kan jadi basah semua!” Aku pura-pura mempermasalahkan tindakan balasannya yang tidak adil.
“Biarin!” Dinar tidak peduli.
“Wah aku balas kamu ya!” ancamku.
“Ga takut!” tantang Dinar sambil tertawa cekikikan.Tantangan Dinar membuatku mendadak semakin berani. Dorongan rasa gemas yang begitu tinggi membuatku bertambah nekad dihadapannya. Aku pun beranjak dari WC, mengambil gayung satunya dan mulai menyiram air ke Dinar. Sebagian handuknya jadi basah karenaku.
“Handukku basah loh!?” ujarnya.
“Sama dengan bajuku!” timpalku. Tak puas sampai di sana, aku sengaja siram dia lagi, byurrr…handuknya semakin basah kuyup dan menempel erat seakan-akan hendak menjadi satu dengan tubuhnya sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk indah tubuhnya. Melihat pemandangan syur seperti itu di hadapanku, hasratku ingin memeluknya semakin besar.

“Lihat tuh airnya sampai ke dalam rumah!” ingat Dinar.
“Biarin, hehe..” jawabku singkat sambil terkekeh. Diperingatkan Dinar, maka spontan saja aku segera menutup pintunya. Klek! Jadilah hanya kami berdua di dalam kamar mandi. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku semakin berhasrat untuk menggodanya.Kepalang tanggung bajuku jadi basah kuyup, nekad saja kubuka baju satu-satunya penutup badanku. Kini pun aku telanjang bulat di hadapan Dinar. Sontak Dinar berteriak geli.

“Idih!”

“Ah, ngapain idih idih segala, sini buka juga handukmu biar ga tambah basah!” bujukku sembari menyambar handuk yang menempel di tubuhnya. Dinar tidak begitu banyak menolak, dia berusaha memegangi handuknya sendiri agar tidak terlepas tapi dengan menggunakan tenaga yang tidak begitu banyak. Sepertinya Dinar sebenarnya mau-mau saja ikut telanjang cuman masih agak malu. Tak lama kemudian handuknya sudah berpindah tempat, dari tubuhnya kini sudah ke tanganku. Segera aku gantung handuk itu di hanger. Jadilah kami berdua sama-sama telanjang bulat saling berhadap-hadapan. Pemandangan mendebarkan itu semakin membuatku berhasrat ingin cepat-cepat bermain dengannya dan berlama-lama.

“Kamu kan mau mandi, sini aku mandiin!” kataku sambil mengguyur Dinar sambil tertawa-tawa.Byurrr
“Kyaaa…!” teriak Dinar. Kedua tangannya berusaha menahan tanganku yang sedang mengguyurnya. Begitu tangan kami bersentuhan, mendadak timbul sensasi yang mendesir-desir di dalam dada. Kulitnya yang lembut dan licin akibat terkena air itu membuatku semakin terangsang. Tidak mau kalah Dinar segera ikutan menggayung air dan menyiramkan ke arahku. Kami berdua jadi tambah larut saling mengguyur dan basah-basahan.Lama-kelamaan saking asyiknya mengguyur-guyur, tak disadari jarak antara aku dan dia sudah semakin dekat seperti sepasang orang yang sedang berdansa. Begitu Dinar mulai mengguyurku untuk ke sekian kali, aku pura-pura kalah. Aku berusaha mengelak dengan bersembunyi di belakangnya. 

Begitu sembunyi di belakang tubuhnya, kurangkul tubuh Dinar. Seketika itu muncul rasa nyaman yang amat tinggi. Rasa licin di sekujur tubuhnya mampu membuatku serasa terbang ke surga. Burungku kembali mendadak tegang. Kini khayalanku segera terwujud, memanfaatkan kesempatan berada di belakangnya, kuselipkan batang burungku yang menegang itu diantara kedua pahanya. Uhhmm… enak sekali. Bayangkan enaknya, bagian vitalku yang peka itu sudah berada di jepitan pangkal pahanya yang terasa hangat, halus, sekaligus licin. Rasanya benar-benar klenyir-klenyir enak. Ulahku itu membuat Dinar meronta-ronta sembari berteriak-teriak kegelian.Tubuh Dinar yang terus bergerak meronta-ronta itu malah membuat darahku semakin mendesir-desir kencang. Pantatnya semakin erat menempel di pinggulku. Kudorong-dorong maju mundur burungku menikmati gesekan kulit selangkangannya.Merasa kesulitan membalikkan tubuhku di punggungnya untuk diguyur akhirnya Dinar memutuskan untuk mengguyur tubuhnya sendiri. Kami berdua kembali basah. Sensasi adem-panas di sekujur badanku mendadak berkurang dan kembali agak segar. Puas menikmati enaknya menggeseki kulit selangkangannya, aku lepaskan tubuh Dinar untuk mengambil sabun cair.

“Sini aku sabunin…”
“Kyaaa… ga mau!”Meski mulutnya berkata menolak tapi Dinar sendiri tidak menunjukkan usaha penolakan atau pun menghindar. Dinar tertawa-tawa geli saat kedua tanganku mulai sibuk menyabuni tubuhnya. Usapan tanganku diawali di bagian bahu Dinar, berputar-putar lembut meratakan sabun cairnya. Dadaku semakin bergetar tidak karuan karena berhadapan dengan Dinar. Tak sabaran, kedua tanganku bergerak menurun ke payudaranya. Awalnya Dinar merasa geli, tapi lama-kelamaan dia mulai beradaptasi merasakan kegeliannya hingga berubah menjadi kenikmatan. Dinar sudah tidak keberatan dengan kedua telapak tanganku yang mulai sibuk berputar-putar mengusap di kedua bulatan buah dadanya. Tertawa mengikiknya sudah menghilang berganti dengan desahan nafas memberat menikmati usapan tanganku. Karena perlakuanku menimbulkan rasa enak di dalam dirinya, Dinar tiba-tiba ikut mengambil sabun cair di dekatku dan mengusap-usapnya di sekujur dadaku. Kami berdua saling menyabuni dan menikmati berbagai sensasi nikmat yang muncul mendebarkan hati. Begitu usapan Dinar semakin turun ke bagian perut, kedua matanya tak sengaja mendapati burungku seperti sedang menuding ke arah mukanya. Rasa penasarannya pun timbul.

“Loh punyamu koq bisa berdiri seperti itu?” tanyanya penasaran.
“Ga tahu” kilahku menyembunyikan perasaan malu.
“Bentuknya koq lucu gitu seh?” lanjutnya masih penasaran. Aku hanya terdiam tidak menjawab. Terbakar rasa penasaran, Dinar memindahkan tangan kanannya dari dadaku langsung menyambar batang burungku yang sedari tadi menudingnya.Aku sempat dibuat terkejut sesaat begitu batang burungku sudah berada di dalam genggaman tangan kanannya. Saking asyiknya menikmati kekenyalan buah dada Dinar, aku tidak menyadari jika perhatiannya tiba-tiba tertuju ke arah kemaluanku.
“Aahhmm…” aku tak kuasa menahan mulutku untuk mendesah keenakan.
“Eh, enak ya?”tanyanya tiba-tiba saat mendengar aku mulai mendesah.
“Iya…enak” jawabku blak-blakan.
“Kalo usapanku di dadamu gini enak ga?” tanyaku penasaran.
“Enak juga seeh” jawabnya tiru-tiru aku blak-blakan juga.Kami berdua pun saling memegang daerah-daerah yang menimbulkan perasaan enak. Lama kelamaan, terasa belaian-belaian itu jadi seperti usaha balas-membalas. Begitu Dinar merasa keenakan, maka belaian tangannya semakin sengaja dibuat senyaman dan senikmat mungkin padaku. Aktivitas-aktivitas mengusap itu membuat kami berdua menjadi semakin dekat dan intim. Masalah-masalah yang sempat merenggangkan hubunganku dengan dirinya mulai terlupakan berbuah masalah enak yang kini sedang kami alami.

Sebelumnya tidak pernah sama sekali kemaluanku berdiri mengeras karena mengamati seorang wanita telanjang. Ini adalah kejadian pertama bagiku. Bahkan bukannya melihat seorang wanita telanjang, tapi malah sedang menikmati keindahan tubuh Dinar dengan tangan mengusap-usap buah dadanya. Badan sempat terasa sedikit menggigil, jantung berdegup lebih kencang, dan di dalam hatiku rasanya ada sesuatu yang selalu mendorong-dorong untuk semakin erat melekat ke tubuh Dinar. Aku mengenal hasrat aneh baru muncul kali ini, suatu hasrat yang kerap mendorongku untuk segera memeluk-meluk tubuh Dinar. Akhirnya, aku tidak kuat menahan adanya desakan hasrat yang sedari tadi memaksaku untuk bertindak lebih berani terhadap Dinar.Bagian dada Dinar yang menggembung bulat itu semakin penuh dengan busa sabun, sedangkan burungku sendiri sampai menjadi putih karena juga diselimuti busa sabun. Tangan kanan Dinar tak henti-hentinya terus berulang-ulang menarik-narik burungku, semakin menggigil keenakan saja di sekujur badanku sampai dibuat berkelojotan.

Aku tidak kuat lagi menahan hasrat yang begitu meledak-ledak di dalam dada. Saking gemasnya dengan aktivitas di dalam kamar mandi itu, membuatku kembali memeluknya, tapi kali ini langsung memeluk Dinar dari depan.“Ouhh…” Dinar mendesah sesaat begitu aku memeluknya erat-erat. Sepertinya dia masih sedikit risih jika berpelukan dengan posisi saling berhadapan, gadis itu tampak jadi bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya saat tangannya sudah tidak bisa membelai-belai burungku saat aku mulai merangsek memeluknya.Rasanya sungguh enak saat kulit tubuhku menggeseki kulit tubuhnya, secara perlahan instingku memerintahkan menggerak-gerakkan badanku sendiri dengan bergoyang-goyang. Benar-benar sangat menyenangkan, rasanya sangat menggelitik hati, membangkitkan nafsu untuk selalu menempel erat ke tubuhnya.Entah apa yang dirasakan oleh Dinar, tapi sepertinya terdengar berulangkali di telingaku jika mulutnya mengeluarkan suara-suara mendesah dan nafasnya yang memberat. Aku tidak mempedulikannya, yang aku ingin adalah terus menikmati halus dan licin dari tubuhnya yang bercampur dengan busa sabun. 

Oouuh.. enaknya membuatku ketagihan.Dengan berposisi memeluk erat tubuh Dinar, aku bisa merasakan kekenyalan buah dadanya yang tergencet di dadaku sendiri. Burungku yang sedari tadi terus menegang keras dengan mudahnya menelusup diantara celah pangkal pahanya dan aku gerak-gerakin maju mundur menggesek-gesek. Dinar tampaknya mendadak menjadi kegelian karena ulahku itu. Sesekali dia tertawa kegelian sembari menggelinjang beberapa saat akibat sekujur burungku menggesek-gesek menyentuh bagian tengah selangkangannya.

Semakin enak yang dirasakan, membuat Dinar seakan-akan menjadi agak limbung. Kedua tangannya bergerak memeluk pundakku agar tidak terjatuh, wajahnya disandarkan di bahu kiriku. Seperti berusaha mengimbangi gerakanku, tubuh Dinar samar-samar juga ikutan bergerak menggoyang-goyang. Busa di bagian buah dadanya menyebar merata di dadaku. Sedangkan busa di bagian kemaluanku menjadi menyebar di sekitar selangkangannya.

“Enak sekali menyabuni cara kayak gini!” kataku membuyarkan khalayan-khayalan nikmat sesaat.
“He eh… geli” sambungnya.
“Tapi punggung kita ga kena busa sabun” tambahku.

Tanpa sibuk menanggapi, tangan Dinar melepaskan pundakku dan segera menyambar sabun cair di bibir bak mandi. Kemudian diratakannya sabun cair tadi di sekujur punggungku. Tanganku langsung membalas aksinya, begitu Dinar mulai mengawali untuk menyabuni sekujur punggungku. Jadilah kami berdua saling mengusap punggung meratakan busa-busa sabun di sekitarnya. Kami berdua tenggelam dalam suasana menyelami pelajaran bercumbu pertama. Berbagai sensasi nikmat muncul silih berganti dengan cara yang nyeleneh.

Sensasi geli akibat pergesekan kulit kami terus membawa kenikmatan. Apalagi di bagian burungku yang mengacung tegak lebih merasakan geli-geli yang begitu nikmat saat terselip rapat diantara pahanya. Suara usapan-usapan dari tangan kami bagai nada-nada pengiring pembangkit birahi raga.Sesekali desahan nikmat Dinar diselingi dengan tawa-tawa kecil. Tampaknya Dinar begitu senang menikmati perlakuan lembutku. Apalagi di bagian tengah selangkangannya kugesek bolak-balik dengan sekujur burungku yang tegap, membuat Dinar semakin mengerti jika di bagian vitalnya ternyata lebih keenakan. Gerakan-gerakan pinggulnya pun mulai terasa mengimbangi gerakan pinggulku yang menggesek-gesekkan sekujur burungku di sana. Kadang ikut bergerak maju mundur, kadang ke kiri dan ke kanan, sesekali pula berputar-putar. Saking nikmatnya membuat Dinar sesekali melenguh sembari menggelinjang. Detak jantung Dinar terasa menggebu di dadaku, desahan dan lenguhan di mulutnya sangat jelas di telingaku. Tanda bahwa Dinar sudah begitu larut dalam kenikmatannya. Begitu pula denganku, aku semakin keranjingan dan semakin tak berdaya untuk melepaskan diri dari hasrat birahi yang sudah meninggi. Dinar pun demikian, semakin erat saja pelukannya hingga serasa tubuh kami melekat seperti dua magnit yang berbeda kutub.

"Aduhh…mas, burungnya ngganjal banget di bawah." Jelasnya kalem.
"Tapi enakkan? Nikmatin aja Din!" ujarku sambil terus membelai dan menggoyangi tubuhnya.Dinar makin larut terselimuti kenikmatannya. Aku dapat merasakan bahwa tubuhnya semakin berani menggoyang. Tampaknya Dinar sangat meresapi kenikmatan-kenikmatan di setiap gesekan-gesekan tubuhku. Posisi berdiri kami masih seperti sepasang kekasih sedang berdansa dengan mesranya, bahkan semakin lengket saja.Konsentrasiku beralih ke bagian bawah perut. Aku angkat pinggulku hingga menekan pinggulnya.

"Ahh.. gelii.." lenguh Dinar akibat bagian terpekanya mendadak terangkat oleh batang burungku yang sengaja aku angkat. Rasanya sangat enak, sampai-sampai aku terlena melupakan sejenak usapanku karena sedang menikmati sensasi bagian bawah perutku.
"Aduh.." pekik Dinar samar. Kemaluanku tidak sengaja mengenai sesuatu yg membuatnya tempeik. Aku ulangi lagi menggesek bagian itu, Dinar lagi-lagi mengaduh.
"Kenapa?" tanyaku berbisik.
"Geli banget di situ.." jelas Dinar memanja. Kupikir dia kesakitan karena ulahku, ternyata justru sebaliknya. Dinar mengaduh karena nikmatnya yang sangat tinggi. Aku pun tidak ragu lagi bergerak menggoyang-goyang dan sesekali mengangkat-angkat batang penisku untuk menekan selangkangannya. Sesekali pula aku selingi dengan menggerak-gerakkan burungku di sana maju mundur. Dinar semakin erat memelukku, dan pinggulnya semakin terbawa irama kemaluanku yang terus bergerak mengangkat dan sesekali maju mundur menggesekinya.Ditengah-tengah goyangannya, sepertinya Dinar sedang berusaha menepatkan sesuatu di selangkangannya agar pas tertekan oleh ujung burungku. Entah di bagian mananya yang hendak diarahkan, aku tetap menggoyang sambil sesekali bergerak maju mundur.

"Aaahh.. sshhh.. enak Mass" Dinar mulai meracau begitu menemukan kenikmatan barunya. Aku semakin terbawa oleh racauannya, dengan keadaan kemaluanku yang sedang tegak dan keras ini semakin semangat mengorek-ngorek bagian yang dapat membuat Dinar jadi keenakan.Tubuh kami yang sudah bercampur busa sabun juga turut mempermudah setiap gesekan-gesekan nikmat itu. Aku semakin bersemangat menggali kenikmatan-kenikmatan pada burungku di daerah selangkangannya. Tidak berselang lama kemudian, Dinar tambah mengerang-erang.

“Uhhh… ahhhh… hhaahhh ddduhhh..” erangnya.Ulahku yang terus menggeseki selangkangan Dinar menyebabkan gadis itu tampak belingsatan. Rasa lembut dan licinnya di daerah itu tidak kusangka semakin lama semakin mengasyikkan, membuat debar jantungku semakin bergemuruh dan tambah bersemangat menikmati permainan mandi bareng ini.Kuatnya burungku mengorek-ngorek selangkangan Dinar didukung ukuran tinggi badanku yang memang lebih tinggi dibanding Dinar, sehingga bila kutegakkan lagi badanku otomatis kemaluanku ikut terangkat dan semakin mendesak bagian kemaluan milik Dinar yang berbentuk guratan.

"Ooohh.. mass.." desis Dinar semakin kuat saat merasakan desakan kemaluanku tambah menekan selangkangannya. Hasrat penasaranku tentang tubuh Dinar kini benar-benar terwujud untuk dipuaskan. Awalnya aku hanya berniat melihat Dinar telanjang, tapi kini malah berkesempatan hingga memeluk tubuh telanjangnya dan bahkan menikmati gesekan demi gesekan dengannya. Kesempatan langka itu benar-benar aku manfaatkan untuk memuaskan rasa penasaranku, dengan cara meraba, mengusap, menekan, bahkan sesekali mencengkeram lembut payudaranya dan kuremas-remas pelan.

"Ohh.. mass.. gelii masss ennakk" rintihnya keenakan. Aku tetap diam dan hanya konsentrasi menikmati apa yang aku inginkan terhadapnya. Aku benar-benar ingin memuaskan hasrat penasaranku yang besar ini terhadap Dinar. Kesempatan ini tidak ingin aku sia-siakan karena belum tentu ada lagi.Karena waktu itu aku masih tidak tahu tentang hubungan seks, jadinya hanya sebatas itu saja permainanku bersama Dinar. Tidak sampai berhubungan seks, tapi sudah cukup mendatangkan kesenangan hingga membuat jantung berdebar-debar kencang tak beraturan, nafas memburu hingga tersengal-sengal, aliran darah terasa mendesir-desir cepat, dan tubuh sampai menggigil karena saking nikmatnya.Lalu, ujung penisku yang terus-menerus menggeseki selangkangannya akhirnya membuat Dinar sampai pada kepuasaannya yg pertama dlm hidupnya. Sambil spontan memeluk erat tubuhku, tubuh Dinar tiba2 berkelojotan.

"Ahh..aduuhh.. uff.. geliii.." teriaknya di tengah kelojotan tubuhnya, kemudian dia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan jongkok.Serr..serrr.. Ternyata Dinar tidak kuat lagi menahan puncak kegeliannya sehingga jongkok terkencing-kencing di hadapanku. Setelah itu Dinar melenguh lega seperti habis mengangkat sekuintal beras di pundaknya. Aku terdiam hanya melongo kebingungan melihatnya dengan posisi tetap berdiri dan menampakkan burungku yg masih tegang.
"Kenapa Din?" tanyaku penasaran.
"Aku ga kuat menahan pipis, gara-gara rasanya geli banget" jelasnya polos.

Dinar tampaknya tidak lagi merasa malu-malu dihadapanku sdalam keadaan telanjang, aku pun demikian. Setelah istirahat sejenak Dinar kembali berdiri sendiri. Dia tertawa melihat ke burungku yg masih tegak mengacung, disentuhnya perlahan dengan jari tangan kanannya. Dinar mengelus-elus lembut. Spontan saja giliran aku sekarang yang merasa enak kegelian.

"Ahh.." lenguhku.

Tampaknya burungku yang masih berdiri tegak ini menjadi pusat perhatian si Dinar. Sambil tetap berjongkok, diamatinya burungku itu. Kemudian terasa jari-jemarinya yang lembut dan mungil itu bergerak merayap memegang batang burungku.Rasanya enak saat Dinar memegang dengan cara mengelus-elus bagian itu secara perlahan. Seperti mendapatkan barang temuan baru, Dinar tak jemu-jemunya mengamati dengan seksama di sekujur penisku. Entah diapain saja burungku ini, dielus-elus, digenggam dan diremas lembut, kadang juga diputar-putar seperti persneling mobil. Aku tidak protes terhadap ulahnya karena akibatnya juga terasa enak. Aku menyuruh Dinar berdiri kembali, mataku serasa tidak tahan jika hanya melirik buah dada Dinar yang bebas menyembul. Aku ingin memegangnya kembali daripada diam saja hanya merasakan tangan Dinar mempermainkan burungku. Dinar beranjak berdiri sambil terus memegangi sekujur penisku, dan kedua tanganku langsung bergerak cepat menyambar sepasang buah dadanya yang tampak menggemaskan di mataku.

Kekenyalannya mampu membiusku untuk terus mempermainkan buah dadanya. Tampaknya Dinar senang dadanya aku mainkan, buktinya dia tetap membiarkan tangan-tanganku bebas berkeliaran di sana. Kupencet-pencet, kadang kuraba-raba dan kusentil-sentil dua biji pentilnya yang sudah timbul mengeras.Dinar mendadak berinisiatif menambahkan sabun cair untuk mengusap-usap burungku. Aku biarkan saja dia berkreasi. Begitu tangannya mulai bekerja mengurut, licinnya sabun kembali membuatku menggelinjang kegelian. Nafasku jadi tak beraturan tersengal-sengal. Tubuhku pun bereaksi berkelojotan. Itu semua dikarenakan kedua tangan Dinar sibuk mengurut-urut penisku. Jari-jemarinya yang lembut itu tampak bergerak luwes mengurut dari pangkal hingga ujung lalu kembali ke pangkal lagi berulang-ulang hingga seterusnya. Kontan saja aku tambah lama tambah geli dan semakin berkelojotan.

"Enak banget Din, yah bener gitu… terus... enak banget..." racauku.

Dinar tambah bersemangat mengocok penisku. Aku semakin dibuat belingsatan sampai-sampai mataku terpejam saking enaknya. Semakin lama, rasanya batang burungku menjadi panas, sekaligus semakin peka. Rasa gelinya semakin meningkat dan meningkat.

"Oh.. jangan berhenti Din.. enakk.. terus.." pintaku memelas takut Dinar berhenti.Mendengar mulutku semakin meracau, membuat Dinar bertambah gemas. Gadis itu semakin mempercepat kocokannya. Insting gadis ini cepat sekali menangkap maksud keinginanku. Tanganku terus meremas-remas buah dada Dinar sebagai pelampiasan rasa nikmat yang datang bertubi-tubi.

"Ouuuuhhhhhhhh..." pekikku agak memanjang diiringi dengan semburan air kencing yang mendadak keluar tak tertahan lajunya.

"Aihh.. aku di kencingi" kaget Dinar saat menerima kencangnya semburan dari dalam burungku ke arah perutnya. Aku jadi tertawa mengikik dan lega.

"Hihi.. huff.. seperti kamu tadi, aku jadi pengin kencing.. fuff.. gara-gara ga tahan gelinya" jelasku sambil bernafas menggos-menggos.

"Enak ya?" tanya Dinar lagi.

"Hu uh.." jawabku singkat sambil manggut-manggut.

Beberapa menit kemudian, burungku kembali berubah menciut. Kami berdua cekikikan sama-sama lega dan menyudahi permainan ini. Ahhh enaknya...! Diriku membatin. Benar-benar pengalaman indah pertama yang tak terlupakan saat itu.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih

Paling HOT Saat ini