December 28, 2013

Pemuas Nafsu



Namaku Cindy, seoarang wanita keturunan, berusia 27 tahun dan aku memiliki seorang anak dari suami yang sangat kusayangi. Akan tetapi ada satu sifat dari diriku yang tidak dapat kukendalikan, aku merasa bahwa aku tidak dapat hidup dan bercinta hanya dengan satu laki-laki, aku senang menggoda dan bercinta dengan laki-laki yang kuanggap menarik, dan setelah itu meninggalkannya untuk kembali pada suamiku.

Agustus 1989

Dari SMP aku sudah mulai merasakan kejanggalan ini, dan yang mendukung sifatku ini adalah aku selalu dikelilingi oleh laki-laki yang menarik. Pertama kali aku melakukan masturbasi adalah sewaktu aku berusia 13 tahun, aku suka memainkan puting buah dadaku dan klitorisku sambil berimajinasi merasakan nikmatnya bercinta. Dan dari masturbasi seperti ini, aku mendapatkan kepuasan yang membuatku mencapai orgasme.

Pacar pertamaku waktu aku berusia 15 tahun adalah Rio, dia lebih tua 5 tahun dari aku, dia sudah cukup berpengalaman dalam hal seks, karena dia tahu aku suka berfantasi, maka dia sering mencium dan mengulum bibirku dengan penuh birahi. Apabila kebetulan orangtuaku sedang pergi, kami sering melakukan oral seks di kamarku atau di ruang tengah.

Aku paling terangsang bila dia melumat putingku, menjilatinya sampai basah dan tangan satunya memainkan klitorisku. Karena aku terangsang, maka kuberanikan diri untuk memegang penisnya. Kurasakan benda itu semakin mengeras dan mengeras. Kumasukkan tanganku ke dalam celananya, kubelai buah zakarnya, pangkal penis dan kepalanya. Dia mengerang, ujung kepala penisnya terasabasah, kumainkan dengan jari telunjukku, dia semakin kencang mengulum putingku, dan aku pun mendesah nikmat. Kemaluanku mulai berdenyut-denyut, cairan nikmat itu semakin banyak keluar dan aku semakin tidak tahan.

Kudorong badan Rio sehingga posisiku berada di atasnya, kutarik celananya dan kelihatanlah penisnya yang keras, tegak menantang. Aku belum pernah melihat penis sebelumnya, oleh karena itu aku cukup kaget, tetapi nafsuku untuk mengulum penis Rio lebih besar daripada rasa kagetku. Kupegang pelan batang penisnya, tanganku naik turun perlahan mengikuti irama erangan Rio, kubelai dan kuciumi hingga puas. Rio menggelinjang keenakan. Kujilat dari pangkal ke atas, kukulum dan kusedot-sedot perlahan, kumainkan dengan lidahku, kugigit perlahan, erangan Rio semakin menjadi-jadi.

“Shh.., Rio nggak tahan lagi, Cindy.. Rio mau keluar..!” katanya waktu itu.Aku tidak dapat menjawab, karena mulutku sedang mengulum batang penisnya, aku hanya mendesah, menjilat, menggigit dan menyedot. Kemaluanku kembali berdenyut-denyut. Sambil mengulum penis Rio, kumainkan puting buah dadaku bergantian dengan klitorisku. Aku pun sudah hampir mencapai orgasme, kugeser posisi tubuhku hingga membentuk posisi 69, dan Rio dengan cepatnya mejilatserta mengulum vaginaku.

“Ahh.., Cindy.. Keluarkan punyamu Sayang.. Aku sudah nggak bisa nahan lebih lama lagi, aku mau keluaarr.. Ouch.. ahh.. ahh.. ahh..!” erangan Rio dan eranganku semakin kencang dan menyemburlah air mani dari penisnya di dalam mulutku.Aku masih mengulum, menyedot dan menjilat sisa-sisa air maninya, penis Rio berdenyut-denyut dan setiap kali kusedot, dia menggelinjang. Rio juga mejilat-jilat kemaluanku dan mengulumnya.“Ohh.., it feels so good..” batinku saat itu.

Aku pun tergeletak di samping Rio sambil masih memainkan putingku yang basah terkena cairan maninya, rasanya putingku masih mengeras dan masih minta untuk dikulum dan dihisap, kemaluanku pun masih berdenyut-denyut, rasanya masih ada yang mengganjal meminta untuk dilampiaskan. Akhirnya dalam posisi telentang, tangan kananku kumainkan di kemaluanku dan tangan kiriku memilin-milin putingku, kugesek-gesek dan kutekan tangan kananku di kemaluanku semakin cepat dan cepat sambil memejamkan mata dan membayangkan penis di dalam vaginaku.

Rio yang dari tadi memperhatikanku mulai beringsut mendekatiku dan berbisik, “Mau aku bantu sayang..? Biar kamu dapat kepuasan lebih..?”Aku hanya mendesah mengiyakan dan mulai menjerit kecil saat Rio menggigit pelan putingku, dimainkannya satu persatu. Dihisap pelan, dimainkan dengan lidah, digigit, dijilat sampai akhirnya kemaluanku bertambah basah dan ada sesuatu yang mendesak ingin mencapai puncak kenikmatan. Tubuhku mengejang dan Rio semakin liar meremas kuat payudaraku. Aku terkulai dan tercapai sudah keinginanku untuk mendapatkan multi orgasme.

Dua tahun kemudian.

Saat ini aku sudah putus dengan Rio dan aku mempunyai seorang pacar yang usianya jauh lebih tua dari aku, 9 tahun bedanya. Menurutku dia seorang laki-laki yang cukup berpengalaman, terutama dalam hal seks, akan tetapi dia menganggapku anak kecil yang sama sekali belum mengerti tentang nikmatnya seks. Walaupun aku masih tetap perawan (dengan Rio aku hanya melakukan oral), tetapiaku benar-benar ingin merasakan nikmatnya berhubungan badan. Namanya Donnie, aku sangat menyukai tangannya yang kekar dan pantatnya yang bulat berisi, entah mengapa, aku selalu terangsang apabila melihat tangan yang kekar dan pantat yang berisi. Aku ingin sekali dia menyetubuhiku, dan aku berpikir bagaimana caranya dia tergoda olehku.

Waktu itu hari Minggu, dan kedua orangtuaku sedang bepergian ke luar kota. Aku tinggal di rumah hanya dengan pembantuku. Aku baru saja bangun tidur waktu kudengar pembantuku menerima telpon dari Donnie, dan Donnie mengatakan bahwa dia akan tiba di rumahku 10 menit lagi. Mungkin karena sudah beberapa hari ini produksi hormonku meningkat, aku merasa terus-menerus terangsang dan bernafsu sekali. Kuambil baju tidurku bewarna hitam yang berupa tank top dengan belahan dada rendah dan transparan, sehingga memperlihatkan payudaraku yang montok dan kenyal, putingku yang mengeras menonjol keluar seperti sedang mempersiapkan diri untuk dikulum. Kuganti celana dalamku dengan g-string warna hitam senada dengan atasannya. Kuoleskan sedikit parfum kesukaan Donnie di belakang telinga dan belahan dadaku.

Aku berpesan kepada pembantuku, apabila Donnie datang, suruh saja langsung masuk ke kamarku, karena aku agak sedikit pusing. Aku kembali berbaring di atas tempat tidur, menutup kembali selimutku dan berpura-pura tidur sambil menunggu kedatangan Donnie. Tidak lama kemudian dia datang. Setelah pembantuku menyampaikan pesanku, kudengar perlahan-lahan dia masuk ke dalam kamarku. Bau harum menyegarkan dan merangsang datang dari tubuhnya, dia duduk di pinggir ranjang sambil membelai kepalaku dan membisikkan sesuatu di telingaku.“Hi, Honey.. Kata bibi kamu sakit..? Pusing kenapa Sayang..?” katanya pelan dan manis sekali.Aku menggelinjang dan membalikkan tubuhku menghadap dia. Sekilas sempat kulihat dia menelan ludah karena pahanya tersenggol oleh payudaraku, kusandarkan kepalaku di pahanya dan kutarik sedikit selimutku ke bawah, sehingga dia dapat melihat jelas gundukan dua bukit putih dan kenyal milikku. Kupeluk pinggangnya sehingga posisi wajahku menghadap ke perut dan kemaluannya, lalu kemudian aku bangkit dan duduk di pangkuannya.Kupeluk lehernya, kubisikkan di telinganya dengan desahan nafasku yang hangat, “Aku pusing karena kamu nggak dateng-dateng..”

Donnie membalas pelukanku dengan erat, diciuminya pundak dan leherku sambil berbisik, “Mmmh, kamu sexy sekali, baumu sungguh merangsang, kamu tau aku paling nggak bisa tahan kalo kamu pake parfum ini.. Nanti kalo aku nggak tahan gimana..?”Aku mengeratkan pelukanku dan menempelkan payudaraku ke dadanya sambil kugesek-gesekkan, kucium belakang telinganya, kujilat lehernya.“Kalo nggak tahan, ya dikeluarin ajaa.. aahh..!”

Aku mengubah posisiku menjadi menghadap ke arahnya dengan kedua kakiku menjepit pinggulnya. Kuremas rambutnya yang hitam, semerbak wangi kelelakiannya membuat kemaluanku berdenyut-denyut. Donnie mengangkatku dan menidurkanku di atas ranjang, dia menciumi dadaku, membuka tali tank top-ku dengan mulutnya satu persatu, menyembullah payudaraku. Dia mulai menghisap dan menjilat putingku, sementara tangan yang satunya meremas payudaraku yang satunya.

“Ouch.., Donnie.. aku paling terangsang kalo putingku dikerjain, aku bisa lakukan apa saya yang kamu minta, asal jangan berhenti menjilat dan menghisap putingku.. Ahh.. Ssshh..!”Donnie semakin bernafsu mendengar kata-kata dan eranganku, kemaluannya sudah mulai mendesak dari celananya, kurasakan hal itu dan aku pun tidak tahan untuk tidak memegang kemaluannya. Kubuka resleting celananya dan kumasukkan tanganku ke dalamnya, kurasakan cairan hangat di ujung kepala penisnya dan hangat batangnya, dia mengerang nikmat sambil menggigit puting payudaraku. Setelah itu dia menciumi seluruh tubuhku hingga aku terangsang hebat.

Dia memang sangat berpengalaman dalam hal ini, setelah itu aku berpindah ke depan kemaluannya dan mulailah aku melakukan aksiku membuat lelaki tergila-gila. Kucium ujung penisnya, kujilat cairan yang terasa gurih, kumasukkan kepala penisnya ke dalam mulutku, kuhisap-hisap dan kumainkan dengan lidahku. Donnie masih meremas dan memilin-milin putingku sambil mengerang nikmat, kumasukkan lagi penisnya lebih dalam ke dalam mulutku sambil kukocok-kocok dengan mulutku naik turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat. Donnie semakin kuat meremas payudaraku dan kemudian dia menarikku ke atas tubuhnya.

Donnie melepas celana dalamku dan aku duduk di atas kemaluannya, kugesek-gesekkan vaginaku di atas penisnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhku dan meremas serta memainkan putingku. Aku mengerang, dan Donnie tampaknya sudah sangat terangsang oleh gerakan tubuhku. Dia duduk dan diangkatnya aku hingga penisnya berdiri dan siap menusuk ke liang kemaluanku.Aku memeluknya dan membisikkan, “Honey, I’m still virgin, so do it smoothly, because I want to feel the excitement..”“Sure, sweetheart.. I’ll do this very, very gently so you won’t forget this moment..”

Perlahan dia mulai memasukkan batang penisnya, terasa sempit sekali dan terasa panas, akan tetapi karena didorong oleh nafsuku yang sudah tidak tertahankan dan Donnie melakukannya dengan sangat berhati-hati, lama kelamaan seluruh batang penisnya telah masuk ke dalam liang vaginaku dan terasa nikmat sekali. Ouch.., Donnie mulai menggerak-gerakkan pantatnya yang sexy dan aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku. Cairan yang keluar dari kemaluanku memang sangat membantu, terasa sempit, menjepit namun tidak sakit. Donnie semakin cepat menggerakkan penisnya, maju dan mundur. Aahh, rasanya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, terlalu nikmat untuk diucapkan. Peluh membasahi kedua tubuh kami, hawa dingin yang keluar dari AC sudah tidak dapat mendinginkan kami yang sedang dibakar gairah.

Sambil menggoyangkan tubuhnya, Donnie kembali menghisap puting payudaraku dan membuatku gila. Rasanya aku tidak ingin dia melepaskan hisapannya. Kupeluk dia dan kujilat lehernya, kukulum bibirnya sambil mengerang nikmat.Donnie membisikkan sesuatu padaku, “Rubah posisi yuk, sayang.. Aku yakin dengan posisi ini kamu bakalan ketagihan make love..”Donnie kemudian mengangkat dan memutar tubuhku, sehingga aku membelakanginya, dia melakukan dogie style yang pada saat itu aku belum pernah membayangkan sampai kesitu.

Donnie kembali memasukkan batang penisnya ke vaginaku dan maju mundur, dari perlahan hingga semakin cepat. Pengalamanku kali ini luar biasa, belum pernah aku merasakan kenikmatan yang seperti ini. Memang betul kata Donnie, ini akan membuatku ketagihan. Semakin cepat Donniemenggerakkannya, semakin aku terangsang dan merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yang berbeda dengan yang kurasakan pada waktu masturbasi maupun oral.

Donnie memelukku dari belakang, meremas payudaraku dan membisikkan, “Ahh.. aku mau keluar.. kamu luar biasa, kamu bisa membuat aku begitu terangsang dan aku nggak mau kehilangan kamu.. ahh.. ahh.. ahh..”Bersamaan dengan keluarnya mani Donnie, aku pun merasakan yang sama, cairan hangat milik Donnie membasahi vaginaku. Bau khas kejantanan itu menyetuh penciumanku. Aku mengatakan bahwa aku tidak menyesal melakukan hal ini, karena ini timbul dari keinginanku, tetapi Donnie mengatakan berulang kali bahwa dia tidak mau kehilangan diriku.

Setahun kemudian.

Aku berpisah dengan Donnie, karena aku tertarik dengan lelaki lain. Aku tidak mau menghianati Donnie dengan melakukan affair, oleh karena itu kuputuskan Donnie.

December 27, 2013

Gara-gara Ketinggalan Kunci



Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.
 
Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

"Waduh kunci terbawa Baron," ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

"Lho masih di luar Hen.." Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.

"Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang," ucapku membalas sapaannya. "Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun," jawabnya.
 
"Kok kamu tidur di luar Hen."
 
"Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk," jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.
 
"Kenapa Mbak, pintunya macet.."

"Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya." jawab Mbak Ninik.
 
"Kamu bisa membukanya, Hen." lanjutnya.

"Coba Mbak, saya bantu." jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.

Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

"Kletek.. kletek..." akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.

"Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana."

"Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver," ucapku bercanda.

"Terima kasih ya Hen," ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.

Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku.
 
"Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen," kata Mbak Ninik.

"Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, "jawabku basa-basi.

"Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo."
 
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

"Mbak, saya tidur di kursi saja."

Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.

"Ini bantal dan selimutnya Hen."

Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
 
"Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju," ujarku.

"Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa."

"Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa," ujarku menggoda.

"Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku," kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

"Kurang hangat selimutnya Hen," kata Mbak Ninik.

"Iya Mbak, mana selimut yang hangat," jawabku memberanikan diri.

"Ini di sini," kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.

Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.

"Sudah jangan bengong, ayo sini naik," kata Mbak Ninik.

"Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik," kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.

Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.

"Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat," katanya.

"Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong," kataku.

"OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku."

Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.

"Ayo bukalah bajuku," kata Mbak Ninik.

Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

"Oh, Hen nikmat sekali rasanya.."

Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.

"Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya," katanya.

"Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue," jawabku.

Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.

"Naik ranjang yuk," ucap Mbak Ninik.

Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

"Masih belum puas menjilatinya Hen."

"Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati."

"Ganti yang lebih nikmat dong."

Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.

"Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah.."

"Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.."

Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.

"Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.."

Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.

"Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.."

Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

"Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.."

Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.

"Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah.."

"Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah..."

Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

"Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt.."

"Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.."

Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

"Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih," kata Mbak Ninik.

Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.

"Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan," jawabku.

Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

"Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen..."

"Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.."

Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

"Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.."

Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik.

"Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat.."

"Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.."

Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

"Kamu nggak sekolah Hen," tanya Mbak Ninik.

"Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja."

"Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.."

Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Kakakku Sayang



Panggil saja aku “Vel” umurku sekarang 27 tahun, sekarang aku bekerja pada sebuah perusahaan di salah satu kota di negara bagian New Hampshire. Aku cukup salut dengan website ini. Dan singkatnya aku tertarik untuk mencoba menceritakan apa yang aku alami dan kujalani sampai saat ini. Saat ini aku tinggal bersama kakak perempuanku, panggil saja “Kak Risa” Umurnya sekarang 31 tahun, 4 tahun lebih tua dariku. Kehidupan kami saat ini begitu tenang, tertutup namun bahagia.

Aku akan memulai dari awal bagaimana semuanya terjadi, percaya atau tidak bahwa apa yang kualami ini tidak mengalami hambatan atau rintangan sama sekali, hal yang membuatku sendiri heran bila memikirkannya. Awalnya 15 tahun yang lalu saat aku masih berumur 12 tahun. Kami besar dari keluarga berada, keseluruhan saudaraku ada 5 orang. Nomor satu dan dua laki-laki sedangkan yang ketiga perempuan. Kak Risa nomor empat dan aku paling akhir. Sebenarnya aku lahir di Indonesia. Hanya memang Papaku adalah pria berkebangsaan Amerika. Sedangkan Mamaku asli orang Indonesia.

Waktu aku berumur 12 tahun, kami masih tinggal di Indonesia. Tapi Papaku tidak disini karena ia memang tidak bekerja di Indonesia. Setahuku dulu Mamaku juga sibuk bekerja, ia tidak terlalu khawatir karena kedua kakakku yang lain sudah cukup dewasa dan dianggap bisa menjaga kami. Aku maklum karena kedua orang tuaku memang berencana mengurus kepindahan kami semua ke Amerika.

Sebenarnya kami semua saling menyayangi satu sama lain. Jarang sekali kulihat ada pertengkaran di antara kakak-kakakku. Tapi sejak kecil aku memang sudah dekat sekali dengan Kak Risa. Memang dia yang selalu menemaniku saat aku bermain. Ya selain itu jarak umur antara aku dan kakakku yang nomor tiga sangat jauh sekitar 8 tahun. Kak Risa memang sangat sayang padaku, hampir tiap kali aku selalu dapat bermanja-manja dengannya. Ya, hal itulah yang membuatku sangat interest sekali dengan Kak Risa. Bahkan kuingat seumurku waktu itu aku sudah mulai ada ketertarikan dengan kakakku.

Pada awalnya aku hanya berandai-andai saja. Sebab saat itu aku yakin sekali bahwa tidak mungkin aku menjalin hubungan yang “lebih” dengan kakakku. Paling Kak Risa cuma menganggap aku adiknya saja. Meskipun sebagai adik aku selalu mendapat perlakuan istimewa darinya. Dari kecil aku dan Kak Risa memang tidak pernah berpisah, kamar kamipun jadi satu. Sebenarnya saat aku berusia 9 tahun, aku sudah minta kamar sendiri, tapi Kak Risa tidak setuju, alasannya sederhana, ia tidak mau pisah kamar denganku, masa itu sebenarnya adalah masa di mana aku agak enggan berbagi, inginnya memodifikasi kamar sendiri tanpa ada yang mencampuri, tapi tidak jadi masalah, lagipula aku dulu penakut, dan aku sudah terbiasa tidur dalam pelukan kakakku.

Mungkin waktu kecil dulu aku tergolong bandel. Kalau Mama lagi tidak ada, orang rumah pasti kubuat repot dengan ulahku. Kak Risa juga sering kujahili. Biasanya kalau tidur malam Kak Risa hanya menggunakan celana dalam aja. Aku tidak mengerti kenapa. Padahal kamar menggunakan AC. Seringnya aku iseng memainkan dan menghisap puting susunya. Kak Risa mengetahui hal itu tapi dia tidak pernah marah atau menegurku, paling cuma bilang, “Kalo mau kaya gini kenapa nggak minta sama Mama aja sih?”. Lucunya hal itu malah jadi kebiasaanku. Dan karena tidak ada yang tahu, kejadian seperti itu berlangsung terus sampai usiaku beranjak 12 tahun.

Tapi makin besar aku mulai merasa tidak enak sendiri, meski kebiasaanku itu tidak jadi masalah buat Kak Risa.
Kak Risa itu orangnya tomboy Sekali. Saat dia berumur 16 tahun dia ikut beberapa bela diri. Aku tadinya tidak tertarik, tapi Kak Risa juga minta aku ikut beladiri. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya, gaya jalannya jadi aneh, tidak feminin. Kalau tidak tertutup dengan wajahnya yang cantik dan bodynya yang bagus, cowok pasti malas dekat dengan Kak Risa. Apalagi ditambah sifat Kak Risa yang tertutup, dan cenderung idealis. Selain itu kelihatannya Kak Risa juga tidak terlalu tertarik membina hubungan dengan lawan jenis. Terutama setelah ikut beladiri. Tapi biar begitu aku tahu kalau banyak cowok cakep yang suka sama dia. Dan Kak Risa hanya datar saja menanggapinya. Soalnya aku sering terima telepon untuk Kak Risa. Dan sering sekali dia tidak mau terima teleponnya. Bisa dibilang Kak Risa sangat “Untouchable”.

Saat umurku hampir 13 tahun, awal mulai masuk SMP, aku suka dengan seorang gadis teman sekelasku. Aku sangat suka padanya, tapi tidak berhasil mendekatinya, intinya kalah bersaing. Saat itu perasaanku benar-benar tidak enak. Aku berusaha menghibur diri dengan sering pergi ke rumah sahabat-sahabatku. Di sanalah aku mulai mengenal buku-buku dan film khusus dewasa. Di usiaku yang sekecil itu aku sudah memiliki majalah luar negeri khusus dewasa, juga filmnya. Tidak sulit, karena nyaris seluruh sahabatku bukan orang Indonesia. Dan mereka sangat bebas mendapatkan barang seperti itu pada masa-masa tersebut.

Kak Risa tahu bahwa aku memiliki barang-barang itu, memang itu susahnya kalau satu kamar, jujur saja Kak Risa tidak suka aku memilikinya hingga aku sempat dimarahi juga olehnya, dan ia memintaku untuk membuang barang-barang itu. Apa boleh buat, bagiku lebih baik benda-benda itu yang aku singkirkan daripada aku kehilangan kasih sayang Kak Risa.

Meski Kak Risa sudah punya banyak kesibukan dengan studi dan kegiatan sekolahnya, perhatiannya padaku tidak berubah, malah cenderung semakin berlebihan, Kak Risa semakin sering memaksaku untuk menemaninya saat ia sedang melakukan kegiatannya atau pergi kemanapun. Ia juga makin sering mencium dan memelukku dengan mesra, bahkan di depan umum. Mulanya aku merasa tidak nyaman dengan perlakuannya itu, tapi lama kelamaan aku merasa nyaman juga. Perasaanku pada Kak Risa muncul kembali. Kalau dulu ciumannya kutanggapi biasa saja, sekarang aku lebih senang membalasnya dengan mesra. Aku pun mulai suka memberikan perhatian lebih pada kakakku itu, mungkin karena merasa perhatiannya mendapat respon lebih dariku. Kak Risa jadi makin sayang padaku. Setengahnya kami jadi mirip orang yang sedang berpacaran, meskipun secara fisik tetap kelihatan kalau aku adiknya.

Aku ingat malam itu saat aku pertama kali melakukannya dengan kakakku, seperti biasa aku bercanda dengan Kak Risa di dalam kamar, saat itu semua orang rumah sudah tidur, kesempatan itu biasanya sering kugunakan untuk mencurahkan isi hati pada kakakku, semua permasalahan yang kudapat hari itu selalu kutumpahkan padanya, dan Kak Risa selalu merespon itu semua dengan sabar dan penuh pengertian, dan memang kuakui beberapa waktu terakhir Kak Risa cenderung over. Kata-kata dan sikapnya sangat mesra padaku apalagi kalau kami hanya berdua saja seperti itu, perlakuannya itu sering membuat jantungku berdebar, aku sadar sepenuhnya bahwa dia itu kakakku, tapi aku tidak mengerti kenapa hatiku bisa bergejolak tidak karuan.

Kalau tidak salah waktu itu Kak Risa mengenakan kaos dan celana dalam warna putih, rambutnya dibiarkan terurai. Beda dengan kesehariannya, kakakku saat itu terlihat sangat feminin dan cantik sekali. Aku ingat sesekali Kak Risa meraih kepalaku dan menciumiku. Aku tidak berpikir macam-macam, hanya memang aku sangat menikmati perlakuan Kak Risa padaku. Sampai suatu kali Kak Risa mencium bibirku, kubalas dengan ciuman mesra. Yang sebenarnya serabutan. Aku mencoba berlama-lama meski tidak yakin berhasil, tapi karena aku menikmatinya, berhasil juga. Kulumat bibir kakakku itu dengan lembut. Kak Risa kelihatannya juga suka dengan ciumanku. Sebab dia sama sekali tidak berusaha menyudahi ciuman itu, bahkan kedua tangannya semakin memelukku erat, aku bisa merasakan belaiannya di kepalaku. Tapi sayangnya ciuman itu terhenti. Kak Risa menghela nafas sambil memandangku aneh.

“Kakak kucium lagi ya”, mendengar itu Kak Risa masih diam.
Mungkin dia masih heran dengan kelakuanku, memang tidak biasanya aku membalas ciumannya sampai selama itu. Tapi tatapannya kemudian berubah mesra lalu dia tersenyum dan justru ganti menciumku lagi. Kali ini ciumanku mulai agresif. Bibir kami seolah tidak berhenti untuk saling melumat, diiringi desahan-desahan erotis dari Kak Risa, detak jantungku menjadi semakin cepat. kucoba mendorong Kak Risa agar merapat ke dinding. Kemudian kuciumi jenjang leher kakakku. Tanganku yang dari tadi pasif sekarang mulai mencoba melakukan eksplorasi kesana kemari.

Sementara bibirku masih berkonsentrasi pada leher Kak Risa, tanganku telah menyusup ke dalam kaos putihnya, dan tanpa kesulitan aku langsung dapat menemukan buah dada Kak Risa yang tidak tertutup oleh bra sama sekali, menurutku untuk ukuran gadis yang hampir 17 tahun, buah dada Kak Risa tergolong cukup besar, tentu saja aku sudah sering melihatnya, karena sampai saat itu kami masih sering mandi bersama. Aku mencoba meremasnya dengan lembut. Kak Risa tampak menggeliat dan sesekali mendesah.

Perlahan kunaikan kaos itu supaya tidak menghalangi buah dada Kak Risa. Dan begitu buah dadanya terlihat, tanpa basa-basi langsung kuhisap putingnya yang berwarna merah muda itu dan kuremas dengan bibirku. Aku benar-benar menikmatinya seperti bayi yang sedang menyusu. Sesaat kutanggalkan kaosku, juga celana pendekku. Kemudian kupeluk tubuh Kak Risa dan makin kuat kuhisap puting susunya, sesekali kumainkan putingnya dengan lidahku, kemudian kuhisap lagi. Karena terlalu enjoy, aku tidak tahu bahwa ternyata Kak Risa telah menanggalkan kaos putihnya. Sehingga saat dia memelukku erat, tubuhku benar-benar bersentuhan dengan tubuh kakakku, dan bisa kurasakan tubuh kakakku yang harum dan sangat halus itu. Lama sekali aku menikmati buah dada kakakku itu secara bergantian, Kak Risa pun seolah tidak mau melepaskanku ia justru menekan kepalaku kuat-kuat pada buah dadanya.

Tubuh kami sudah basah semua oleh keringat. Sampai detik itu aku masih ragu untuk melakukan seks dengan kakakku. Memang awalnya semua ini kupelajari dari semua majalah dan film yang kulihat, tapi lama kelamaan naluriku mulai berinisiatif. Karena masih ragu aku coba untuk menciumi bibir kakakku lagi. Sama seperti sebelumnya, Kak Risa membalas ciuman itu dengan sangat mesra. Dengan memberanikan diri aku membisikan sesuatu ke telinga Kak Risa.
“Kak, boleh aku lepas celana dalammu?”.
Kak Risa agak terkejut.
“Kamu mau apa dek..?”.
Aduh aku jawab gimana ya.
“Aku mau jilatin vagina kakak”.
Karena ragu kata-kata itu keluar dengan asal dan pelan sekali. Aku takut. Kupikir pasti kakak akan marah dan ia tidak bakalan mau.
“Ih, nakal”.
Jawab Kak Risa spontan, Kak Risa kemudian memandangiku sambil tersenyum, wajahnya agak memerah. Masih dengan posisi bersandar Kak Risa melepas celana dalamnya perlahan-lahan. Slow motion itu membuat jantungku semakin berdetak tidak menentu.

Sebenarnya aku setengah heran kenapa Kak Risa sama sekali tidak marah ketika aku memintanya melakukan hal itu, tapi sudahlah. Kemudian Kak Risa melebarkan pahanya. Awalnya aku malu untuk melihat. Untuk menutupi hal itu, kuciumi lagi bibir Kak Risa. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan kepalaku sampai tepat di depan vagina Kak Risa. Vagina Kak Risa nyaris tidak ditumbuhi rambut. Jadi aku mampu memandang dengan leluasa gundukan vagina Kak Risa, sebenarnya pemandangan ini juga tidak asing lagi bagiku, tapi sedekat ini baru pertama kalinya. Kulihat ada cairan yang mengalir keluar dari bagian bawah vagina kakakku disertai bau yang aneh. Perlahan kubuka belahan daging yang menutupi lubang vagina Kak Risa. Dan langsung kusapu dengan lidahku dari bawah ke atas berkali-kali. Saat itu tubuh Kak Risa langsung mengejang. Dengan bibir dan lidahku kupermainkan klitorisnya. Secara spontanitas kedua tangannya memegangi kepalaku. Aku semakin asyik menjilati vagina kakakku itu, bahkan sesekali kuhisap bagian bawahnya. Kudengar Kak Risa berulang-ulang mendesah sambil menyebut namaku. Permainan itu luar biasa sekali, meski cairan yang keluar rasanya tidak karuan, tapi aku benar-benar menikmatinya.

Saat lidahku menyusup ke dalam lubang vagina Kak Risa, sebisanya kujilati bagian dalam lubang itu. Kak Risa makin terengah-engah. Nafasnya memburu tidak karuan. Lidahku juga makin liar mengobrak-abrik bagian sensitif kakakku itu, sehingga semua tempat di dalamnya tersapu oleh lidahku. Setelah beberapa menit Kak Risa agak mengejangkan tubuhnya. Aku merasakan lidahku dialiri sesuatu yang hangat. Bersamaan dengan erangan keras dari Kak Risa serta pahanya yang menjepit kepalaku dengan sangat kuat. Kujilati cairan itu sampai bersih, meskipun rasanya masih sama. Kemudian aku naik ke atas dan kuciumi lagi Kak Risa.
“Adek, kamu nakal banget sih?”, ekspresi wajah Kak Risa sangat berbeda.
“Kak, aku sayang sama kakak”, Kak Risa memandangiku dengan sayu, tangannya mengusap pipiku.
“Kakak juga sayang kamu”.
Dengan berani aku mencoba mengajak Kak Risa untuk melakukan hubungan seks denganku.
“Kak, boleh aku melakukannya sama Kakak”.

Kak Risa terdiam mematung, kepalanya tertunduk untuk beberapa saat. Suasana benar-benar hening, sampai nafas kamipun terdengar sangat jelas.
Setelah itu dia kembali memandangku sambil bertanya, “Kamu yakin mau melakukannya Dek?”.
Suara Kak Risa sangat pelan sekali. Aku tak menjawab, aku hanya melihat tatapan mata Kak Risa yang sangat berbeda, aku tak bisa menggambarkannya, tapi aku tahu Kak Risa rela melakukannya denganku. Langsung kulepas celana dalamku. Kemudian aku agak bergeser ke bawah, kulebarkan kedua kakinya. Senjataku tampak tegak berdiri, tapi tidak sebesar orang dewasa, masih ukuran standart anak 12 tahun. Kak Risa terus menatap wajahku saat aku mengarahkan senjataku tepat di depan vaginanya.

“Kak..?”, sekali lagi kuminta persetujuannya.
Ia mengangguk pelan. Perlahan kudorong masuk senjataku. Tapi tidak berhasil, dasar masih amatir hijau. Sampai yang ketiga kalinya. Kak Risa kemudian meraih dan menahan pinggangku sambil mengarahkan vaginanya tepat di ujung senjataku, kemudian kucoba mendorong lagi, meski sulit dan agak sakit tapi berhasil juga kumasukkan seluruh senjataku ke dalam vagina Kak Risa, perlahan kugerakkan pinggangku. Kedua tangan Kak Risa tampak meremasi selimut tidur kami. Desahannya mulai terdengar lagi, kuperhatikan Kak Risa tampak sulit menyesuaikan diri. Pelan tapi pasti, kupercepat tempo gerakanku. Sebenarnya saat itu senjataku terasa perih sekali. Aku merasa nggak enak banget. Tapi erangan Kak Risa yang semakin menjadi membuatku tidak berpikir lagi.

Makin kuhentakan pinggangku, dengan gerakan yang teratur, Kak Risa terus menerus menghentakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sesekali ia meregang sambil mengerang keras. Aku sempat takut juga kalau sampai ada orang rumah yang terbangun, tapi untungnya kamar kami di atas dan paling ujung, agak jauh dari kamar Mama dan kakak-kakakku yang lain. Tiba-tiba kurasakan pinggang Kak Risa juga ikut bergerak, seperti memutar, sesekali Kak Risa ikut menghentakkan pinggangnya. Aku baru benar-benar merasakan enaknya melakukan hal itu. Dengan iseng kuremas juga buah dada Kak Risa, dan Kak Risa merespon dengan menggenggam tanganku kuat. Gerakan pinggang Kak Risa makin cepat. Kak Risa seperti sudah biasa melakukan hal ini. Dengan pemikiran itu maka semakin agresif aku menghentakkan pinggangku. Tentu saja hal ini membuat Kak Risa mengerang semakin keras. Dari tubuhku dan Kak Risa keringat semakin mengucur deras, padahal AC di ruangan cukup dingin.

Beberapa menit kemudian pergerakanku mulai melambat, aku seperti agak pusing, aku hanya mampu menghentakkan pinggangku sesekali, kadang aku hanya diam menikmati remasan dinding-dinding vagina Kak Risa. Kurasa badanku mulai lelah. Tiba-tiba Kak Risa meraih tubuhku dan mendekapku erat sekali, pinggangnya menghentak beberapa kali, rasanya luar biasa. Senjataku seperti ditarik makin masuk ke dalam, dan dilumuri cairan yang hangat, diiringi erangan cukup keras dari Kak Risa. Saat Kak Risa melepas dekapannya, aku merasa tubuhku amat lelah sekali, karena tidak kuat aku berguling di sisi Kak Risa. Pada saat itu aku juga merasa dari senjataku ada yang mau keluar. Rasanya enak sekali, baru kali itu aku merasakan yang seperti ini hingga akhirnya cairan itu keluar membasahi tempat tidur. Entah aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu. Paginya ketika aku sadar, Kak Risa sudah memeluk sambil menciumiku. Kami masih dalam keadaan tanpa pakaian sehelaipun.

“Kakak nggak ngira kalau Adek yang dulu sering kakak gendong bisa berbuat ini sama kakak”, bisik Kak Risa di telingaku.
Aku sendiri setengah tidak percaya sudah melakukannya dengan kakakku
“Kak.., aku sayang banget sama Kakak, aku cinta sama Kakak”.
Kupeluk Kak Risa dengan kuat. Kak Risa tersenyum dan menciumku lagi.
“Kakak ngerti kok Dek.., kakak juga sayang dan cinta banget sama kamu, kakak hanya tidak menyangka kamu dewasa secepat ini. Dan jujur aja kakak seneng banget bisa melakukan ini sama kamu, Adekku sayang”.
“Tapi ayo cepet bangun, sprei ini harus segera dicuci”, lanjut Kak Risa lagi.
“Lho, memangnya kenapa?”, tanyaku singkat.
“Kakak nggak mau kalau bekas darah di sprei itu sampai ketahuan Mama”, jawab Kak Risa.

Aku setengah terkejut, “Darah?, darah apa Kak?”, tanyaku.
Kak Risa tidak menjawab, ia langsung memintaku berdiri dan cepat-cepat melepaskan seprei tempat tidur kami.
Awalnya aku memang tidak tahu, tapi belakangan aku baru mengerti, bahwa ternyata malam itu aku telah mengambil keperawanan kakakku sendiri, di usiaku yang belum lagi genap 13 tahun. Bodohnya aku, seharusnya aku sudah tahu mengenai hal itu. Aku jadi merasa bersalah, berulang kali aku minta maaf padanya, meskipun Kak Risa mengakui bahwa ia sangat rela melepas keperawanannya padaku. Hanya ia tidak mengira aku akan mengambilnya sepagi ini. Aku jadi makin sayang padanya. Sejak kejadian itu aku nggak pernah mencoba untuk mencari pacar. Karena Kak Risa sudah menjadi segalanya bagiku.

Setelah kejadian itu pula Kak Risa juga menutup diri pada pergaulannya. Secara otomatis bagi Kak Risa statusku adalah adik sekaligus kekasihnya, kehidupan kami jadi semakin tertutup. Entah sejak saat itu sudah berapa kali kami melakukannya, dan keluarga kami benar-benar tidak tahu akan hal itu. Lepas SMU, aku sudah tidak di Indonesia. Aku melanjutkan studi ke Amerika. Tapi tetap aku tak bisa berpisah dengan Kak Risa. Aku meminta Kak Risa ikut denganku, walau sebenarnya Papa dan Mama tidak setuju. Tapi mereka tak bisa apa-apa karena Kak Risa juga memaksa untuk menemaniku.

Sampai saat seluruh keluargaku pindah ke Amerika pun, mereka tidak pernah tahu bahwa kami telah menjalani kehidupan yang exklusif seperti suami istri. Sekarang Kak Risa sudah bekerja pada sebuah bank di kota yang sama denganku. Kami tinggal di rumah yang jauh dari keramaian, dan kami sudah sepakat untuk menjalani kehidupan yang “tertutup” ini. Lagipula sampai saat ini keluarga kami tidak menaruh curiga sama sekali, mungkin pola pikir mereka sudah sama seperti orang setempat, tidak mau ikut campur urusan pribadi orang lain.

Rezeki Seorang Cleaning Service


Yudi adalah seorang Cleaning Service di sebuah wisma yg cukup besar di wilayah jakarta selatan. Dia menjalani pekerjaannya sudah 3 bulan, sebenarnya yudi bekerja untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya. Yudi kuliah di salah satu UPT di jakarta mengambil jurusan tekhnik, karna kehidupan di jakarta yg keras memaksanya untuk bekerja di wisma tersebut.
Yudi adalah laki2 berumur 20 tahun dengan tinggi 168cm dan bertubuh kurus. Dia sangat menjaga penampilannya yg terbiasa bersih dan rapi, tapi sifatnya yg sopan dan suka menolong orang lain lebih diproritaskan.
***
Suatu hari siang pukul 2, seorang wanita dan pria bertubuh gempal dibelakangnya melakukan transaksi dengan petugas wisma untuk menginap selama 1 minggu.
'' Selamat siang Mba, ada yg bisa kami bantu?''. Tanya Erwin.
''Saya mau pesan 1 buah kamar untuk 1 minggu, bisa??''. Wanita tersebut kelihatan kelelahan sepertinya baru melakukan perjalanan yg cukup jauh.
''Atas nama siapa mba?''.
''Nama saya Imel''.
''Bisa Mba, ini kunci kamar, nanti barang2 mba di bawakan sama karyawan kami, silahkan mba menuju kamar No 27 di lantai 3 paling ujung''. Erwin memberikan kuncinya ke tangan wanita tersebut, dia serta laki2 itu segera menuju lift.
''Hei Yud,,bisa tolongin anterin barang2 ini ke kamar no 27 ya, temen2 yg lain lagi pada istirahat nih''. Erwin memohon kepada Yudi yg kebetulan lewat di lobby.
''Gaaampaaaang..tapi bentar ya gue mau balikin alat2 ini dulu''. Yudi menuju ke ruangan tempat barang2.
***
Dengan 2 buah tas besar yg dibawanya, yudi menuju kamar 27 yg berada paling pojok, sebelum sampai di kamar tersebut, dia berpapasan dengan laki2 yg bertubuh gempal itu. 'TOK TOK TOK',, Yudi mengetuk pintu kamar.
''Siapa ya?''. Suara lembut seorang wanita di balik pintu.
''Saya Yudi, petugas yg mengantar barang2 Mba.. Boleh saya masuk''. Kemudian pintu terbuka dan Yudi segera masuk, namun betapa terkejutnya yudi sampai2 dia kembali lagi ke luar pintu.
''Hey kamu,, kenapa balik lagi? Masuk aja, ngga' apa2 kok''. Ternyata yudi melihat sesosok tubuh berkulit putih yg hanya di balut handuk pendek, sehingga dia merasa sungkan untuk meneruskan pekerjaannya.
Setelah di bujuk Imel, akhirnya yudi pun masuk membawa tasnya sambil menunduk.
''Hey,,kamu lucu ya, kaya' ngga' pernah liat cewek aja.'' Imel senyum2 melihat tingkah Yudi.
''Mma Mma ..Maaf non, saya mau mengantarkan barang2 Nona, mau di letakkan dimana Non?''.
''Letakkan di sebelah lemari itu aja, O ya, ngga' usah panggil saya Nona, emangnya saya majikan kamu, juga ngga' usah menunduk gitu dong''. Imel mendekati Yudi.
''I,,iiya Mba',,saya kan cuma CS dsini, dan Mba adalah tamu, sudah seharusnya saya menghormati Mba''. Dia menegakkan kepalany dan mencoba memandang wajah yg mengajaknya bicara itu.
Yudi terkaget2 melihat wajah yg begitu cantik baginya itu, dia membatin dalam hati, betapa cantiknya cewek ini, dia menerka2 cewek itu berusia sekitar 23 atau 24 tahun, kulit putih dan mulus, tubuh langsing dan dada nya begitu menggoda karna dilihat dari belahannya, dada itu besar dan kencang. Imelpun senyum2 karna di pandangi terus2an seperti itu.
''Hey,,kok kamu ngeliatin aku terus sih? Sudah pergi sana, aku mau istirahat dulu, kalo2 lama2 disini nanti suami aku marah lo''. Imel beranjak pergi menuju ranjang dan berbaring.
''Iya mba, maaf ya mba,,,saya kira tadi mba adalah mba Ashanty, soalnya mirip sih''.
''Masa sih aku mirip sama dia, apa yg membuat aku mirip sama dia?''. Imel merasa tersanjung dengan omongan CS itu.
''Kalo di liat sepintas emang mirip wajahnya sama body nya''. Yudi sedikit tersenyum dan menunduk setelah memuji istri orang.
''Yeee...kamu ini bisa aja, sudah dulu ya, saya mau istirahat, jangan lupa tutup pintunya''.
''iya mba'..nanti kalo mba butuh sesuatu panggil aja saya mba, nama saya Yudi,, selamat istirahat mba'. Yudi pun beranjak pergi dan menutup pintu kamar itu.
***
Di dalam kamar Kostnya, yudi terbaring sambil berangan-angan dalam remangnya lampu. Andai saja aku bisa memiliki cewek tadi, pasti akan kucintai sepenuh hati batinnya. Tapi sayang seribu sayang, yudi teringat kata2 mba tadi bahwa dia sudah memiliki suami. Padahal cewek itu tipe dia, wajah yg cantik, hidung yg mancung, bibir yg tipis, ukuran payudara yg di taksirnya 36B, pantat yg bulat, pinggang yg kecil, kulit yg putih, PERFECT!!. Yudi mengeluarkan senjatanya lalu dikocok2nya seraya membayangkan seorang cewek yg di taksirnya,,kemudian dia terlelap...
***
Hari ke 3 Imel dan suaminya menginap di wisma tersebut, sebenarnya mereka ke jakarta bukan tujuan untuk liburan, tapi Imel menemani suaminya yg akan mengikuti pelatihan kerja yg di adakan oleh perusahaan tempat suaminya bekerja. Karna Imel belum pernah ke jakarta, jadinya dia ngikut suaminya.
Yudi melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya, dia tidak bekerja setiap hari, cuma 3 hari dalam seminggu dan itu bebas kapan dia mau bekerja. Pada pagi minggu dia dan 1 temannya membersihkan kamar2 tamu yg berada di tingkat 3, Yudi sengaja membuat urutan pekerjaanya agar nantinya kamar no 27 adalah kamar terakhir yg terakhir mereka bersihkan.
Pada saat tepat di depan kamar no 27, kebetulan sekali temannya itu sakit perut dan minta yudi saja sendirian yg membersihkan kamar itu.
''Selamat pagi Tuan & Nona, Cleaning Service''. Yudi mengetuk pintu perlahan2.
''Masuk aja, ngga' di kunci''. Imel menyuruh yudi masuk.
''Permisi ya Mba', saya bersihin dulu kamarnya, maaf mengganggu aktifitas anda dan tuan''. Yudi membawa senjata pekerjaannya ke dalam kamar.
''Iya bersihin aja dulu ya Yud, aku mau mandi dulu, kebetulan suamiku pagi2 sudah keluar''. Imel beranjak ke kamar mandi, sepertinya dia baru bangun tidur, tapi bagi yudi walaupun baru bangun tidur Imel seperti Bidadari kayangan.
***
Yudi merapikan tempat tidur sambil mendengarkan apa saja yg dilakukan wanita pujaannya itu di dalam kamar mandi, kemudian dia mulai berani bertanya kepadanya dari luar.
''Maaf ya Mba', kalo boleh tanya, Nama Mba' siapa? Supaya lebih akrab aja''.
''Namaku Imel, emangnya mau apa kamu kalo kita sudah akrab?''. Imel menjawab sambil menyabuni tubuhnya yg putih mulus itu.
''Ngga' apa2 kok Mba, boleh ngga' aku minta no hp kamu mba'?. Wah ini cowok makin berani aja pikirnya Imel.
''Buat apa? Kamu naksir saya ya? Saya kan udah punya suami, awas ya kalo suami saya tau''. Imel menakut-nakuti yudi sambil cekikikan di kamar mandi.
''Yaa..jangan bilang2 sama suaminya dong mba', saya cuma mau temenan sama mba''.
''Yud, sepertinya kamu masih muda, kok sudah kerja disini sih? Jangan2 kamu sudah berkeluarga kaya' aku lagi?''.
***
Yudi menjelaskan dengan panjang lebar kenapa dia bekerja di wisma tersebut, mereka mengobrol cukup lama, Imel juga menjelaskan alasannya untuk apa dia ke jakarta, hanya dengan waktu singkat mereka sudah akrab sampai yudi selesai membersihkan kamar Imel tapi yudi masih nongkrong di kamarnya. Dan pada saat Imel selesai mandi, dia lupa membawa handuk lalu meminta yudi untuk mengambilkan handuknya yg ada di dekat jendela.
''Ini mba handuknya''. Yudi mengetuk pintu kamar mandi. Dan entah disengaja atau tidak, mereka berbarengan membuka pintu sampai yudi terpeleset masuk ke arah kamar mandi, akhirnya yudi melihat pemandangan yg begitu indah sampai2 dia melongo kaya' orang bego melihat Imel bugil dada dan kemaluannya hanya di tutupi oleh tanganya.
''Apa2an kamu Yud! Udah keluar sana, aku nanti mau keluar''. Imel malu karna terus di pandangi oleh lelaki yg bukannya suaminya.
Imelpun langsung merebut handuk yg masih di genggam yudi dan segera menutupi tubuhnya. Lalu yudi pun keluar kamar tersebut sambil mengucapkan kata maaf yg tak henti2nya. Yudi ketakutan sekali tentang kejadian itu, dia takut kalo nanti Imel mengadukan kejadian itu kepada atasannya lalu dia di pecat, mau kemana lagi aku mencari pekerjaannya batinnya.
***
Hari ke4 Imel menginap, yudi tidak berani lagi masuk kekamar itu. Sampai pada saat hari sudah petang, yudi mendapat tugas untuk mengganti air minum isi ulang yg ada di lantai 3. Yudi naik lift sambil membawa 2 galon berisi air, dengan susah payah dia meletakkan galon pertama, kemudian dia harus meletakkan galon kedua yg berada paling ujung tepat di samping pintu kamar no 27.
Dengan cepat dia memasang galon tersebut agar bisa langsung pergi dari tempat itu tapi dari kamar 27 seperti ada suara yg memanggilnya dan memintanya untuk mengambilkan air.
''Mas,,Mas,, tolong dong ambilin aku air putih yg ada di luar''. Imel keluar kamar sambil membawa gelas kosong dengan mengenakan pakaian yg begitu seksi, pakai baju tidur tanpa lengan dan agak transparan sampai tercetak puting susunya yg agak besar.
''Ma Maaf Mba' Imel, aku mau minta maaf tentang kejadian kemaren''. Yudi mengambil gelas yg ada di tangan imel sambil meremas tangannya.
''Iya saya maafin, tapi lepasin dulu dong tangan aku''. Imel tersenyum tanda dia benar2 melupakan kejadian itu.
''Makasih ya mba', mba tunggu aja di dalam nanti saya anterin''. Yudi mengisi gelas tersebut dan segera masuk kekamar Imel.
''Mmm.. Kok sepi? Suami mba' ngga' ada ya?''. Yudi melihat-lihat sekitar kamar.
''Baru aja pergi, katanya ada pertemuan terkhir, mungkin beberapa jam lagi akan pulang, kamu disini aja temani aku ngobrol''. Imel meminum air putihnya.
***
Yudi & Imel berbaikan lagi, dan mereka mengobrol ngarul ngidul dari hobby sampai kebiasaan2 yg tabu, seperti kehidupan seks masing2. Imel menceritakan kalau suaminya ejakulasi dini, biasanya hanya dengan melihat tubuh bugilnya suaminya sudah ejakulasi, dia kurang bahagia tentang itu. Yudi coba menghibur Imel dengan sedikit belaian2nya ke tangan Imel, dan imelpun merasa tenang ngobrol dengan yudi teman barunya itu.
''Mel,,boleh ngga' aku jujur sama kamu?''. Yudi menatap tajam mata Imel.
''jujur apa yud?''. Imel bertanya2 dan sedikit canggung dengan tatapan yudi.
''Sebenarnya aku sudah jatuh hati sama kamu, sejak awal aku bertemu kamu, baru kali ini kurasakan perasaan kaya' gini, aku sayang kamu Mel..''. Yudi semakin menggenggam erat tangan Imel.
''Ngga' bisa Yud, kita ini berbeda, aku punya banyak perbedaan denganmu, kubur aja perasaanmu itu, masih banyak cewek lain. Imel menolak yudi dengan tegas walaupun dalam hatinya yg paling dalam dia juga mempunyai perasaan yg sama dengan yudi.
''Sebenarnya suatu hubungan itu tidak seharusnya dihalangi dengan berbagai perbedaan, ini cuma antara aku dan kamu''. Yudi mendekatkan wajahnya ke bibir Imel yg tipis & menawan.
***
Dalam hitungan detik, bibir dari yudi sudah menempel erat di bibir imel, lidah mereka bertautan, mereka saling peluk satu sama lain, yudi memberanikan diri untuk membelai2 paha imel yg sudah terbuka karna pakaian tidurnya yg longgar. Tangan kiri yudi terus membelai kedua paha imel, sedangkan tangan kanannya meremas2 payudara imel yg tanpa BH dan bibirnya terus saja mengecup-ngecup bibir imel.
''Emmmm...sentuhan kamu enak yuud, terussin..''. Imel mulai mendesah semakin membangkitkan nafsu yudi. Desahan imel terkadang disertai dengan geliat tubuhnya. Yudipun semakin berani mengelus paha dalam imel bahkan sampai menyentuh pangkal paha dan meremasnya.
''Eengggh..Yuud''. Desahan Imel semakin kuat ketika jari2 yudi mengelus bagian itu. Busana tidurnya imel pun dilepas semua oleh yudi. BH dan celana dalamnya pun diperosotkan sampai imel bugil dan menampakkan kecantikan yg sesungguhnya dihadapan yudi.
Imel menutup kemaluannya dengan dua telapak tangannya, melihat reaksi imel yg malu2 yudipun bergegas menutup pintu dan menguncinya, lalu dia juga melepas seluruh pakaiannya. Kembali dia mendekati imel yg terbaring di atas ranjang, tangan imel yg menutupi kemaluan dibuka oleh yudi sehingga terlihatlah vagina yg basah dan klitoris yg menyembul dengan bulu2 yg tipis. Yudi tertegun melihat keindahan yg terpampang dihadapannya.
''Kamu memang sempurna Mel''.
''Apakah semua Cewek kamu puji begitu saat mau sama kamu''. Imel sedikit malu dengan pujian yudi.
''Ngga' mel, cuma kamu cewek yg begitu sempurna bagi aku''. Benda di bawah yudi mengeras dan tegak sampai mengejutkan imel.
Imel berpikir, ternyata bentuk penis cowok itu berbeda-beda dan punya kelebihan masing2, imel begitu terngsang melihat kepala penis milik yudi yg lebih besar dibanding milik suaminya. Yudi membuka paha imel dan membenamkan kepalanya ke dalam selangkangan imel, sesaat kemudian imel merasakan benda yg lunak dan basah menggelitik vaginanya, lidah yudi menjilati klitoris imel dan terkadang menyeruak ke dalam rongga vaginanya.
''Oouuuhh eMmmm..''. Imel merasa geli bercampur nikmat sehingga mendesah tak tertahan. Kedua tangan yudi mulai meraba buah dada imel, jari2 nya bermain liar disana memencet dan memelintir putingnya sehingga semakin keras dan mencuat ke atas.
''Yuuud,, kamu ngapa'in aku siihhh,,ouuh,, kayanya aku mau keluarrrrr Aaachhh.. Emmmmpp''. Imel merasakan orgasme pertamanya, tubuhnya mengguncang-guncang hebat,pinggangnya terangkat, pahanya mengapit kepala yudi dan tangannya meremas tangan yudi yg sedang meremas payudaranya.
''Aku lemass yuud,,sekarang gantian yaa''. Imel mendorong yudi dan membaringkan yudi kemudian imel naik kewajah yudi dan membungkukkan tubuhnya lalu penis yudi menghadap ke arah muka imel, mereka mengambil posisi 69.
Lidah imel menelusuri batang milik yudi, buah pelirnya diemut sejenak lalu jilatannya naik menuju kekepala penis dan imel mulai membuka mulutnya untuk mengemut dan menelannya. Yudi mendesah-desah keenakan sambil mengeluar masukkan jari tengahnya kedalam liang vagina imel sehingga semakin membuat imel semangat mengulum penis yudi, sekitar 15 menit mereka melakukan adegan itu.
***
''Masukin aja Yud,, aku udah ngga' tahan''. Yudi membalik tubuh imel tepat berhadapan dengannya, tangan kanannya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vagina imel. Imel membuka bibir kemaluannya menyambut masuknya benda keras itu, dan 'BLESSH' masuklah seluruh batang penis yudi kedalam liang kenikmatan milik imel.
''Aaah..Yud, pelan2 dong Ah''. Imel memeluk erat tubuh yudi.
''Iya sayang, sekarang kita mulai ya''. Yudi mulai mengeluar masukkan batangnya.
Imel menggoyang2 pinggangnya membuat yudi mendesah2 keenakan, sehingga yudi mempercepat sodokannya.
''Sayanggg Aaah Aaach,, emut'in susuku dong yaaank,,''. Imel meraih kepala yudi dan mengarahkannya ke payudaranya. Yudipun langsung melumat dan mengecup-ngecup payudara itu dengan buas sehingga menimbulkan warna kemerah2an di sekitar puting susunya.
Birahi yudi semakin menaik, nafas imel juga semakin tidak teratur, tubuh mereka terus berpacu sampai menimbulkan suara Plok Plok Plok,,suara benturan paha yudi dan imel.
''Ooouuuh Ouuh,,Yuuud!''. Desahan imel tak tertahan lagi, tubuhnya bergetar hebat, perasaan nikmat yg menjalar di seluruh tubuhnya sampai akhirnya imel terkulai lemas dan melepaskan pelukannya, tanda dia sudah orgasme dan untuk yg kedua kalinya.

Sekitar 3 menit yudi menghentikan genjotannya untuk menenangkan imel yg baru saja orgasme. Kemudian terdengar bunyi HP milik imel. bergegas imel mengambil hp nya yg berada tidak jauh dari tubuhnya.
''Halo Mas,,Iya mas, jadi besok pagi jam berapa mas?''. langsung saja imel mematikan teleponnya.
''Suamiku pulang besok pagi''. Bisiknya ke telinga yudi.
Yudipun tersenyum dan membalik tubuh imel untuk membelakanginya. Penis yudi terlihat berkilat, kemudian langsung dia tancapkan lagi ke dalam lobang kenikmatan milik Imel.
''Uuuuuh Yuud, baru kali ini aku ngerasa'in senikmat ini''. Vagina imel terasa semakin banjir, yudi sangat menikmati mimik wajah imel yg keenakan setiap saat dia memompanya.
***
Hampir 1 jam mereka menggali kenikmatan di dalam kamar no 27 itu dengan berbagai gaya bercinta. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap yudi menghujamkan penisnya, cairan imel sudah meleleh kemana-mana membasahi ranjang.
''Mel,,aku sudah mau keluar nih,,Ahhh''. Desah yudi dan semakin mempercepat kocokannya.
''Aa aaku juggga ma maauuu Aaach Aach''. Kembali imel juga akan merasakan orgasmenya yg kesekian kali.
'Cruuut Cruuuut Cruuuuut'.. Mani yudi menyemprot deras membanjiri vagina imel, dan vagina imelpun berkontraksi menyedot-nyedot penis yudi sehingga menambah rasa nikmat, sepertinya vagina imel menghisap cairan sperma milik yudi. Mereka kemudian berpelukan dan saling memejamkan mata menghayati sisa2 kenikmatan.
''Sayang, makasih ya..''. Yudi mengecup kening imel dengan lembut.
''Iya, tapi kamu jangan menganggap aku ini wanita murahan ya''. Tangan imel terus saja memeluk tubuh yudi.
''Iya, kita melakukan ini karna rasa cinta''. Sekali lagi yudi mencium bibir imel yg tak pernah memberikannya kepuasan, ingin lagi dan lagi.
''Sekarang sudah larut malam, sebaiknya kamu jangan disini, aku takut nanti suamiku datang tiba2, temui aku lagi pagi nanti ya''. Imel melepaskan pelukannya.
Kemudian Yudi beranjak dari tempat tidur dan kembali mengenakan pakaiannya lalu pergi meninggalkan imel.
***
Besok Paginya, pukul 9. Sebenarnya hari itu dia masuk kuliah jadi tidak bekerja, dia pergi ke wisma hanya untuk menemui wanita pujaannya. Dan ternyata setelah dia mengetuk pintu tanpa ada jawaban, dia membuka pintu lalu masuk kedalam kamar itu, dia tidak menemukan seseorang, kamarnya kosong dan belum dirapikan, Imel sudah keluar dari sini batinnya dalam hati. Bergegas yudi keluar mencari-cari imel, dan hasilnya nihil. Kembali dia meneruskan niatnya pergi kekampus. Betapa sedihnya yudi karna kehilangan kekasihnya, ternyata malam itu adalah malam terindah yg pernah dilaluinya sekaligus malam terakhirnya untuk bertemu imel.

Gaya Liburan Anak Remaja



yee,,,lulus,,!!!", teriakku ketika melihat papan pengumuman dan melihat ada namaku disana.

"May,,kita semua lulus,,horee,,", teriak Novi kegirangan.

"asiik,,", aku juga sangat girang. Akhirnya, 3 taun sekolah di SMA sudah selesai kulalui tanpa masalah. Aku, Novi, Nita, Mala, dan semua anak-anak lainnya lulus 100 %, tak ada satu pun yang tidak lulus. Masih dalam keadaan girang, aku memeluk Novi dengan erat sehingga payudara kami saling tertekan.

"Nov,,jalan-jalan yuk,,", ajakku setelah melepas pelukan terhadap Novi.

"boleh,,jalan-jalan kemana?".

"kemana kek,,ajak anak-anak IPA yang lain yuk sekalian,,".

"bole,,bole,,tapi jalan-jalan kemana?".

"ke Ancol aja yuk,,", kataku.

"ok,,", jawab Novi. Lalu kami mulai menelpon kemana-mana hingga semua anak IPA sudah kami telpon dan semuanya setuju ikut, jam 12 siang kami berkumpul di samping SMA ku. Aku datang bersama Novi dan melihat sudah banyak berjejer mobil, setelah menunggu sekitar 20 menit, kami semua berangkat ke Ancol, aku & Novi ikut mobil Eli bersama Fikar, Noy, Mia, dan Hendrik.



"Li,,sori yee ngerepotin nih,,", kataku.

"ah,,nggak apa-apa kalii May,,", jawab Eli.

"tau nih,,maap ya Li", tambah Novi.

"nyantai aja May,,Nov,,si pet mah gak ape-ape,,iye gak pet,,", balas Noy.

"yoi,,santai aje".

"nyok ah,,berangkat", Mia tiba-tiba berbicara.

"nyook,,", balas Noy. Kami akhirnya berangkat dan berjalan beriring-iringan dengan mobil anak-anak 26 yang lain. Kami berjalan ke Ancol secara konvoi, sangat seru sampai-sampai aku ingin teriak.

"Kar,,lo diem aje,,kenape lo?", tanya Eli.

"males,,", jawab Fikar. Eli bertanya karena Fikar tidak berbicara sedangkan yang lain sibuk tertawa bersama-sama. Akhirnya, kami sampai di Ancol, tapi kami ke Dufan terlebih dahulu. Kami bergila-gilaan di Dufan, sangat seru, baik IPA 1, IPA 2, maupun IPA 3 bercampur menjadi satu sehingga semakin gila saja acara di Dufan. Aku, Novi, Nita, dan Aini naik arum jeram. Ngantrinya tidak terlalu lama karena untungnya Dufan sedang sepi sehingga di setiap wahana, kami semua tidak mengantri lama-lama.



Akhirnya tiba giliranku, Novi, Aini, Uwi, Momon, dan Nita yang naik arum jeram.

"wuhuu,,", teriakku ketika perahu karet kami terombang-ambing sehingga baju kami semua terkena air. Tak lama kemudian, perahu kami sampai di tempat finish, ada yang menunggu perahu kami yaitu staff Dufan. Orang itu tertegun melihat kami yang berbasah-basahan, apalagi payudaraku, Uwi, dan Novi tercetak jelas di baju. Aku sempat melihat orang itu menelan ludahnya.

"makasih ya mas,,!!", kataku sambil melemparkan senyum karena dia memegangi perahu karet kami ketika satu per satu dari kami turun dari perahu karet.

"....oh iya", jawabnya setelah dia bengong sebentar. Kami keluar dari situ.

"eh,,tau gak,,tadi mas-masnye bengong ngeliat kita", kata Uwi.

"iya,,gue juga ngeliatin toket Maya, Novi, ama lo Wi", kata Aini.

"yang bener lo?", tanya Novi.

"iyaa,,malah gue liat ampe nelen ludah,,", tambahku.

"haha,,lo si Wi,,toket lo montok banget sih", ejek Momon sambil menepuk pelan payudara Uwi.

"apaan si lo,,Mon..", balas Uwi.



"ganti baju yok ah,,", kata Novi.

"ok,,", kami semua setuju untuk berganti baju cadangan. Kami semua masuk ke kamar mandi sambil membawa baju. Di kamar mandi, kami semua membuka baju kami masing-masing sehingga kami semua hanya tinggal menggunakan tank top. Uwi melepas tank topnya karena tank topnya juga basah kuyup karena itu kami semua bisa melihat payudara yang kencang, padat, dan kenyal.

"Wi,,kok toket lo bisa bagus banget sih?", tanyaku.

"ada deh,,mau tau aja nih Maya,,", balas Uwi.

"yee,,Uwi pelit,,".

"kenapa May? lo penasaran ama toketnye Uwi? pegang aje,,", kata Momon sambil meremas-remas kedua buah payudara Uwi dari belakang.

"Mon,,jangan,,Mon,,", kata Uwi sambil mencoba menjauhkan tangan Momon.

"enak lho megangin toketnye Uwi", kata Momon sambil terus meremas-remas dan sesekali memelintir puting Uwi.

"Mon,,udeh lo jangan,,kasian si Uwi", kata Novi.

"iya deh,,", Momon melepaskan tangannya dari payudara Uwi. Kami pun melanjutkan berganti baju, setelah itu kami keluar dari kamar mandi dan bertemu dengan teman-teman yang lain.



Kami bermain-main dan menaiki setiap wahana di Dufan hingga pukul 4 sore, setelah itu kami berangkat lagi dari Dufan ke Ancol, tepatnya Pantai Ancol untuk melihat matahari terbenam. Kami benar-benar terkesima melihat saat-saat matahari terbenam karena sangat indah, apalagi jika bersama teman-teman, it was unforgetable moment. Setelah matahari sudah terbenam, kami melanjutkan dengan makan di restoran yang ada di dekat pantai. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, kami berangkat pulang.

"Li,,gue ama Novi ikut mobil lo lagi yaa,,boleh gak?", tanyaku.

"bolee kok May,,", jawab Eli. Di dalam mobil Eli sama seperti tadi, di perjalanan, satu per satu mulai turun hingga tinggal aku dan Novi. Tak lama kemudian, Novi pun turun sehingga tinggal aku berdua saja dengan Eli.

"May,,lo mau turun dimane?".

"eemmm,,kalo nganterin ampe rumah gue,,mau gak Li?".

"mmm,,gimane yee,,".

"please Li,,soalnye gue takut pulang malem-malem sendirian,,ya,,ya?".



"ok deh May,,kasian juga ngeliat cewek kayak lo pulang malem sendirian,,".

"thank's banget ya Li,,". Lalu Eli mengemudikan mobilnya untuk mengantarku pulang. Tak beberapa lama, ketika tinggal beberapa puluh meter lagi, ban mobil Eli pecah sehingga lama kelamaan mobil Eli berkurang kecepatannya hingga berhenti tepat di depan rumahku.

"waduh Li,,ban lo kempes tuh..", kataku sambil menunjuk ban mobil Eli yang kempes.

"waduh,,gimana nih,,deket sini,,ada bengkel gak,,May?".

"ada sih,,tapi,,kayaknya udah tutup,,udah jam segini soalnya,,", kataku sambil berjalan ke arah kertas yang tertempel di pintu rumahku.

"yah,,gimana donk? bisa mampus gue,,", kata Eli panik.

"gini aja Li,,kalo lo nginep di rumah gue aja dulu gimana?".

"lah,,gak ape-ape May? tar bokap sama nyokap lo apa gak marah-marah?".

"nah,,itu dia,,keluarga gue pada pergi semua,,gue takut sendirian,,".

"tapi lo gak takut kalo gue nginep di rumah lo?".

"takut kenapa? emang lo mau ngapain gue?".

"ya,,nggak ngapa-ngapain juga sih,,kali aja gitu,,lo takut,,".



"nggak lah,,gue pecaya kok ama lo,,Li,,", jawabku.

"ok kalo gitu,,gue numpang nginep di rumah lo dulu ya, May".

"okeh,,okeh,,yuk masuk", ajakku.

"bentar,,gue mau nelpon bokap dulu". Aku membuka pintu dengan kunci yang disimpan di bawah keset sementara Eli menelpon ayahnya. Setelah Eli mendapat izin dari ayahnya untuk menginap, dia mengunci mobil dan menyalakan alarm mobilnya.

"yuk,,Li,,masuk,,".

"okeh,,", jawab Eli. Kami masuk ke dalam rumahku, kusuruh Eli duduk sementara aku pergi ke dapur untuk membuat minuman.

"nih Li,,diminum dulu", aku menunduk di depan Eli sehingga mungkin payudaraku bisa terlihat karena kaosku yang longgar. Eli sempat bengong, tapi aku tetap tidak sadar kalau Eli bisa melihat payudaraku dengan jelas.

"mmaa,,makasih,,May", jawab Eli gugup. Lalu kami mengobrol sambil meminum minuman yang sudah tersedia, tak sengaja aku melihat Eli mencuri-curi pandang ke arah payudaraku, tapi aku tak terlalu memikirkannya.



"Li,,bentar ya,,gue mau mandi dulu ya,,".

"okeh,,May", jawab Eli. Aku pergi ke kamar untuk mengambil baju, lalu ke kamar mandi. Aku membuka seluruh pakaianku hingga tidak ada sehelai benang lagi yang menutupi tubuhku. Biarpun kulitku tidak putih mulus melainkan coklat dan juga tubuhku kecil, tapi tubuhku sintal dan boleh dibilang sangat berisi sehingga banyak lelaki yang ingin menyentuh tubuhku. Belum lagi payudaraku 32 C yang padat dan kenyal juga pantatku yang padat & kenyal, aku yakin pasti banyak lelaki akan berusaha mati-matian untuk menyentuh tubuhku. Aku mengguyur tubuhku dan mulai menyabuni seluruh bagian tubuhku mulai dari kaki hingga ke leherku yang menyebabkan tubuhku terlihat berkilauan karena tubuhku yang berlumuran sabun disinari cahaya. Aku asyik menyabuni diriku, setelah selesai menyabuni diriku sendiri, aku membilas tubuhku dengan air.

"seger banget,,", desahku. Kini, aku membilas rambutku lalu mulai bershampo ria hingga rambutku tertutup shampo, kemudian aku membilas kepalaku.



Ketika aku ingin menyabuni vaginaku dengan sabun khusus yang biasa kupakai, tiba-tiba ada yang menyergapku dari belakang dan langsung meremas-remas payudaraku.

"jangaannhhh,,,", desahku ketika payudaraku terus diremas-remas perlahan tapi kencang. Seseorang itu kini memainkan putingku, menyentil-nyentil putingku sehingga yang tadinya aku ingin berontak lama kelamaan aku mulai membiarkan orang itu memainkan kedua buah payudara dan kedua putingku. Aku sadar kalau ada yang di rumah ini hanyalah aku dan Eli.

"Liii,,,jangannn,,,!!!", teriakku. Eli tidak mengindahkanku dan terus meremas-remas payudaraku yang sekal. Tidak hanya memainkan payudaraku, Eli menciumi leherku membuatku semakin hilang rasa cemasku dan berganti menjadi hawa nafsu yang semakin tinggi.

"Li...mmmhhh,,,", aku sekarang malah mendesah karena sudah larut dalam hawa nafsu. Eli menggerakkan tangan kanannya turun mengelus perutku dan terus turun hingga menyentuh daerah vaginaku. Spontan, aku menggeliat ketika telunjuk Eli menyentuh klitorisku.



"ouummm,,,", erangku pelan. Eli terus mengelus-elus klitorisku dengan jari telunjuk tangan kanannya sementara tangan kirinya sudah menyusul karena Eli sudah mengitari sekeliling bibir luar vaginaku, dia elus lembut daerah selangkanganku membuat diriku semakin mabuk kepayang.

"terusshhh,,,Li,,", kataku yang tanpa sadar sekarang malah tidak ingin Eli berhenti memainkan vagina serta klitorisku. Aku tidak tau harus berbuat apa-apa dengan kedua tanganku jadi, aku memeluk leher Eli yang ada di belakangku, dan Eli terus menciumi serta mencupangi leherku. Setelah puas hanya mengelus-elus bibir luar vaginaku, Eli menempatkan jari tengahnya di depan lubang vaginaku. Eli mulai memasukkan tengahnya ke dalam lubang vaginaku dengan sangat perlahan, aku hanya bisa menutup mata dan mendesah sedikit ketika jari tengah Eli menerobos masuk lubang vaginaku. Eli mulai menggerakkan jarinya keluar masuk vaginaku, nafasku semakin berat dan memburu karena nikmat yang tiada duanya.



Selain itu, kakiku serasa mati rasa dan lemas sehingga aku semakin mengencangkan rengkuhan tanganku di leher karena takut kehilangan kendali atas tubuhku sendiri. Eli menghentikan gerakannya sehingga aku bisa mengambil nafas sejenak.

"hhhh,,,", bunyi embusan nafasku yang berat. Kini, Eli malah memasukkan jari telunjuknya ke dalam vaginaku sehingga 2 jari Eli berada di dalam vaginaku. Eli memulai lagi aktivitasnya yaitu mengocok vaginaku dan Eli juga masih asik memainkan klitorisku.

"oohh,,oohh,,oouuhhh", desahku karena aku mencapai klimaks sehingga cairanku mengalir dari vaginaku tapi tertahan oleh 2 jari Eli.

"sory banget May,,gue ngintip lo lagi mandi,,terus gue gak tahan ngeliat body lo,,", kata Eli.

"hhhh,,", aku tidak bisa menjawab karena aku masih lemas dan nafasku masih tersengal-sengal. Eli mengeluarkan 2 jarinya yang berlumuran cairanku dari vaginaku. Eli memeluk tubuhku untuk memegangiku agar aku tidak jatuh ke lantai karena masih lemas. Sambil menunggu staminaku kembali, Eli terus menciumi dari leherku hingga ke pundak kiriku dan berganti menciumi leherku hingga ke pundak kananku.



Eli bagaikan kekasihku yang sangat mencintaiku dan sangat memuja-muja tubuhku. Akhirnya tenagaku sudah kembali dan aku juga sudah bisa mengatur nafasku kembali.

"gak apa-apa Li,,".

"lo gak marah May?".

"nggak apa-apa kok,,tapi kenapa lo tiba-tiba pengen ngegrepe gue,,Li?", tanyaku.

"tadi gue lagi nyari kamar mandi,,eh gue malah ketemunya kamar mandi yang ada elo nya,,".

"ckckck,,terus lo ngintip gue?".

"tadinya gue gak ada niat ngintip lo,,tapi pintu kamar mandinya tadi kebuka,,jadinya gue penasaran pengen liat ke dalem,,".

"oh iya,,tadi gue lupa ngunci pintu,,".

"untung cuma gue,,hehehe".

"huu,,dasar lo,,tapi lo tiba-tiba masuk bikin gue kaget aja..".

"maap deh,,May,,abisnya body lo kan montok tuh,,terus kena sabun,,jadi mengkilap-kilap gitu,,seksi banget keliatannya,,", kata Eli memujiku.

"ah,,bisa aja lo Li,,".

"May,,boleh gak dilanjutin?".

"mmm...boleh deh,,tapi di kamar ya,,disini dingin,,Li", kataku.



"yaudah,,May,,mandi yang bener ya,,biar seger 'n wangi,,".

"iya,,iya,,". Lalu Eli keluar kamar mandi, sementara aku melanjutkan mandi dengan membersihkan vaginaku. Setelah mandi, aku keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang tamu untuk menemui Eli.

"wangi banget May,,", komentar Eli.

"thanks Li,,lo duluan aja ke kamar gue,,kamar gue yang itu", kataku sambil menunjuk ke arah kamarku.

"emang lo mau ngapain?".

"gue mau ngunci pintu dulu,,".

"oh,,ok,,jangan lama-lama ya May,,hehehe".

"huu,,dasar lo,,". Eli pergi ke kamarku dan aku mengunci pintu. Setelah mengunci pintu dan menutup hordeng. Aku pergi menuju ke kamarku dan ketika aku masuk ke dalam kamar, aku melihat Eli hanya tinggal memakai boxer dan sedang duduk di tepi ranjang.

"buset Li,,udah buka baju aja lo,,hahaha".

"iya,,udah gak sabar,,".

"hahaha,,dodol lo,,", kataku sambil duduk di tepi ranjang bersama Eli.

"eh May,,kok lo mau sih,,?".

"oh,,udah lama gue gak gituan ma cowok,,".

"jadi lo udah gak perawan?".

"iya,,gue udah pernah ama mantan pertama gue,,".



"wah,,bandel lo May,,hahaha".

"ah udah ah,,lo mau mulai apa nggak?".

"oh iye.,oke,,oke,,". Eli mendekat ke arahku, dia merangkul tubuhku yang hanya terbalut lilitan handuk agar lebih mendekat kepadanya. Tubuhku sangat dekat kepadanya hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Eli mendekatkan wajahnya, mengangkat daguku, lalu dia mulai menciumku. Dia melumat bibirku penuh nafsu, aku tak mau kalah, aku lumat juga bibirnya malah aku memeluknya dengan erat sambil terus melumat bibirnya, kami berciuman dengan sangat bernafsu bagai sepasang kekasih yang sudah lama tak bertemu. Eli mulai mengeluarkan lidahnya dan mengajakku untuk bermain lidah, aku menanggapinya sehingga lidah kami saling membelit. Lama juga kami bercumbu, mungkin 3 menit, kami melepas ciuman kami sehingga bisa terlihat air liur kami yang saling menyatu.

"beh,,May,,enak banget nyipok lo,,".

"lo juga jago banget Li,,". Tiba-tiba Eli membuka handukku dan melempar handukku jauh-jauh dari tempat tidur sehingga terlihatlah tubuhku yang montok oleh Eli.



"May,,body lo emang mantep banget,,padet 'n montok,,", kata Eli karena kini, dia bisa melihat tubuhku yang tidak tertutup oleh sehelai benangpun.

"ah,,curang lo,,masa gue ditelanjangin duluan..".

"abisnya,,gue pengen ngeliat body lo dari depan,,".

"dasar,,yaudah,,gue buka boxer lo yaa,,".

"tar dulu May,,gue pengen jilatin toket 'n memiaw lo dulu,,".

"Eli curang,,". Tanpa membalas perkataanku, Eli mendorong tubuhku hingga aku tidur terlentang di kasur sementara kaki menggantung di tepi ranjang. Eli mendekat ke payudaraku, dia remas-remas payudara kiriku dan menjelajahi payudara kananku dengan lidahnya, di saat mengenai putingku, aku pun langsung menggelinjang karena daerahku yang paling sensitif setelah klitorisku adalah putingku, tapi Eli malah asik menjilat, mengemut, menggigit pelan puting kananku, Eli juga menyentil-nyentilkan lidahnya membuat aku semakin menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan.



Eli menaiki tubuhku tapi tidak duduk di atas tubuhku melainkan hanya, ya bisa dibilang, duduk melayang di atas tubuhku. Dia kini, melakukan hal yang dilakukannya terhadap payudara kananku ke payudara kiriku, lalu dia mengemut kedua putingku secara bergantian membuatku semakin cepat mencapai orgasme. Ketika sekujur tubuhku dan kakiku menegang yang menandakan aku akan orgasme, Eli malah menarik kepalanya menjauh dari kedua buah payudaraku.

"jangan orgasme dulu May,,". Aku sedikit kesal karena dia membuatku menahan orgasmeku.

"ah,,Eli,,tadi kan gue udah hampir tuh,,Eli nyebelin ah,,", kataku kesal.

"sory May,,gue pengen ngerasain cairan lo nyembur ke mulut gue,,".

"yaudah,,cepetan,,gak enak tau,,kalo gak jadi,,". Eli mengangkat tubuhku dan menaruh tubuhku sehingga kakiku tidak tergantung di tepi ranjang lagi melainkan tubuhku sudah berada di atas ranjang. Aku langsung menekukkan kakiku dan melebarkan selebar mungkin sehingga posisiku kini seperti orang yang akan melahirkan.



Eli mendekatkan kepalanya ke vaginaku, dia menjulurkan lidahnya dan mengenai klitorisku.

"ouummmhhh,,,", desahku ketika Eli menyentil-nyentil klitorisku.

"gile,,May,,wangi banget memiaw lo May,,".

"iya donk Li,,kan abis mandi,,jadi pasti wangi donk".

"gue jadi semangat jilatin memiaw lo,,". Eli pun mulai menggerakkan lidahnya menyapu daerah sekitar vaginaku yang tak berbulu. Eli menjilati bibir luar vaginaku dari bawah ke atas dan mengenai klitorisku sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menggeliat, mendesah, juga berusaha untuk tidak menutup kakiku agar Eli bisa terus melakukan aktivitasnya dengan leluasa. Eli membuka bibir vaginaku yang tadi tertutup rapat, Eli langsung menyerbu lubang vaginaku dengan menjilati sekitar lubang vaginaku lalu Eli memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku dan menjilati rongga dalam vaginaku. Lidahnya bergerak-gerak di dalam vaginaku seperti cacing yang sedang kebingungan di dalam gua, aku sudah tidak kuat menahan sehingga secara refleks, kedua kakiku menutup sehingga kepala Eli terjepit di antara kedua pahaku.



"iyaaa Li,,,teruss Li !!!", desahku yang sebentar lagi akan orgasme. Aliran listrik menjalar di sekujur tubuhku, tubuhku mengejang dan akhirnya kulepas orgasme yang tadi sempat tertahan. Cairanku mengalir keluar dari dalam vaginaku dan langsung disambut oleh Eli menggunakan mulutnya. Dia seruput dan dia hisap cairanku hingga tak bersisa, Eli masih menjilati bagian dalam vaginaku untuk mengais sisa-sisa cairanku. Aku membuka kedua kakiku agar Eli bisa menarik kepalanya.

"enak banget May,,manis,,gurih,,", katanya sambil memutar-mutarkan lidahnya di sekitar mulutnya.

"ayo dong Li buka boxer lo,,gue penasaran pengen ngeliat burung lo,,".

"ok May,,tongkol gue juga udah gak sabar pengen ngeliat lo,,". Lalu Eli turun dari ranjang dan menurunkan boxernya, aku kaget ketika melihat penis Eli, besar dan panjang yang mengacung tegak ke arahku.

"waw,,Li,,gede banget,,".

"hehe,,iya donk,,". Eli meludahi kedua telapak tangannya lalu membaluri penisnya.



Eli naik ke atas tubuhku lagi, dia meletakkan penisnya di tengah-tengah payudaraku.

"ayo May,,jepit tongkol gue donk May,,".

"oke Li,,". Kataku sambil merapatkan kedua payudaraku, setelah penis terjepit oleh kedua buah payudaraku, Eli menggerakkan penisnya maju mundur.

"uuhh,,anget,,", desahnya sambil terus menggerakkan penisnya. Lalu Eli menghentikan gerakkannya dan menarik keluar penisnya dari himpitan payudaraku, kemudian Eli menyodorkan penisnya ke mulutku.

"ayo May,,jilatin tongkol gue donk,,biar ntar licin di dalem memiaw lo,,".

"oke Li,,", lalu aku mulai menjilati seluruh bagian penis Eli, mulai dari pangkal penisnya sampai ke kepala penisnya. Aku terus menjilatinya hingga penisnya berlumuran air liurku, setelah itu Eli langsung berpindah ke bagian bawah tubuhku. Dia melebarkan kedua pahaku dan menaruh penisnya di depan lubang vaginaku. Dengan perlahan, Eli mulai mendorong masuk penisnya ke dalam vaginaku.

"mmhh,,", desahku pelan ketika setiap senti penis Eli menerobos masuk ke dalam vaginaku.



Eli mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur begitu penisnya sudah tertanam di vaginaku. Eli begitu semangat memompa penisnya keluar masuk vaginaku, sedangkan aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya agar penisnya masuk lebih dalam ke vaginaku. Setelah 5 menit, Eli mengangkat tubuhku sehingga kami berdua sama-sama duduk, tapi Eli duduk di atas ranjang sedangkan aku menduduki penis Eli. Aku memeluk kepala Eli sehingga payudaraku menempel tepat di wajah Eli sementara Eli mendorong penisnya ke atas sehingga payudaraku bergesekan dengan wajah Eli yang menimbulkan sensasi tersendiri.

"oouhh,,ooohh,,", desahanku karena aku mengalami orgasme, begitu juga dengan Eli yang sedang menunggu penisnya selesai menyemburkan isinya. Penis Eli berhenti memuntahkan isinya setelah 7x semburan, tapi aku bingung karena penis Eli yang masih di dalam vaginaku tidak menyusut sedikitpun. Lalu Eli meletakkanku tidur terlentang lagi di ranjang, kemudian dia mencabut penisnya dari vaginaku sehingga cairanku yang bercampur dengan sperma Eli meleleh keluar dari vaginaku dan membasahi kasur.



Eli mendorongku dari samping sehingga kini, aku tidur menyamping.

"May,,gue nyobain lobang pantat lo yee,,", katanya sambil menempelkan penisnya di depan lubang pantatku. Aku tidak bisa berkata apa-apa apalagi menolak karena aku masih lemas pasca orgasme. Eli mulai mendorong penisnya masuk ke dalam anusku.

"uuhhh,,sempit banget Eli", kata Eli sambil terus mendorong penisnya masuk ke dalam anusku dengan susah payah. Biarpun penis Eli sudah terlumasi cairanku, tapi tetap terasa sedikit pedih dan ngilu karena memang baru kali ini anusku diinvasi oleh penis lelaki. Akhirnya, setelah beberapa detik penuh penderitaan, penis Eli seluruhnya sudah tertancap di dalam anusku. Untung Eli tidak langsung menggenjot anusku melainkan berdiam diri dahulu agar aku terbiasa. Setengah menit kemudian, barulah Eli mulai memompa penisnya, genjotan pertama sampai keempat masih terasa agak pedih, tapi seterusnya lama kelamaan mulai terasa nikmatnya sehingga aku mulai mendesah dan meminta Eli untuk mempercepat genjotannya.



Selama 9 menit aku disetubuhi oleh Eli dengan posisi menyamping. Lalu Eli mengangkat tubuhku sehingga aku bertumpu pada kedua sikut dan lututku. Eli mulai memompa penisnya lagi dan tangannya berpegangan pada pinggangku, semakin membara hawa nafsu kami, tubuh kami menjadi bermandikan keringat, tapi itu tidak terasa karena hawa nafsu yang sedang menyerang kami. 6 menit, Eli mempercepat pompaannya dan tak lama kemudian Eli menyemburkan spermanya ke dalam anusku, tapi aku sudah terlebih dahulu orgasme 3 menit sebelum Eli menyemburkan spermanya ke dalam anusku. Seperti tadi, meskipun sudah menyemburkan isinya, penis Eli tidak bergeming alias tidak menyusut sedikitpun. Cairan vaginaku menetes ke ranjang dan sebagian lagi ada yang meleleh keluar mengalir ke pahaku. Setelah penisnya berhenti menyemprot, Eli langsung mencabut penisnya dari anusku. Eli menyuruhku bangun, lalu gantian dia yang tidur terlentang.

"ayo May,,jilatin tongkol gue,,".



Aku menjilati penisnya yang sudah beraroma macam-macam sesuai perintahnya. Hanya 4 menit aku menjilatinya, penis Eli sudah memuntahkan lahar putihnya ke dalam mulutku sebanyak 7x semburan, sama seperti sebelumnya. Aku menelan semua sperma Eli yang gurih dan aku menjilati lubang kencingnya yang membuat Eli menggelinjang, mungkin karena ngilu dan geli. Akhirnya, aku merasa penis Eli semakin mengecil di dalam mulutku. Aku beristirahat sambil menjilati penis serta kantung buah zakar Eli.

"May,,udah May,,ngilu nih,,", katanya sambil terus menggelinjang.

"okeh,,okeh Li,,", kataku. Lalu aku tidur di sampingnya.

"Li,,lo pake obat kuat ya?".

"ah,,nggak kok,,kenapa emangnya?".

"kok bisa sih 3x orgasme tanpa nunggu dulu gitu?".

"ooh itu,,gue ngelmu,,".

"ngelmu ama siapa?".

"ama gurunya Fikar,,".

"gurunya Fikar?", tanyaku semakin kebingungan.

"iya,,pokoknya ada deh,,".

"wah,,berarti Fikar juga hebat kaya lo?".

"wah,,Fikar lebih parah,,bisa ampe 7 kali orgasme,,".

"wadoh,,kok lo bisa tau?".

"kan sebelum lulus dari padepokan ada ujian akhirnya juga,,".



"hahaha,,udah kayak sekolah aja,,terus ujian akhirnya kayak gimana?".

"ya gituan ma cewek lah,,".

"lho?ceweknya satu apa banyak?terus dapet dari mana?".

"ceweknya cuma satu,,gak dapet dari mana-mana,,kan ceweknya itu anaknya gurunya,,cantik banget lagi,,".

"wah,,ada-ada aja ya,,udah yuk Li,,tidur Li,,gue capek banget".

"ok,,yaudah,,tidur yuk", lalu kami tidur dengan saling berpelukan. Esok paginya, aku bangun lebih dulu sehingga aku bisa menyiapkan sarapan dan mandi untuk membersihkan noda sperma yang telah mengering di sekitar vagina, anus, dan bibirku. Setelah keluar kamar mandi, Eli sudah bangun dari tidurnya.

"eh,,Maya,,udah bangun duluan..".

"hehehe,,iya dong,,udah sana Li,,mandi terus sarapan,,udah gue bikinin tuh".

"wah,,makasih banget May,,tapi mandiin gue dong,,hehehe".

"yee,,enak aja,,mandi sendiri lo,,emangnya gue istri lo,,".

"hehehe,,kali aja gitu,,lo mau mandiin gue,,".



Setelah mandi, Eli menyusulku ke meja makan untuk sarapan.

"Li,,sebelum ke padepokan,,lo udah pernah gituan?".

"udah,,waktu itu,,pas ldks,,".

"ha?pas ldks? cerita donk,,".

"ok,,gini ceritanya,,".

(baca 'makna LDKS').

"wah,,parah,,jadi first time lo ama Zahrifa?".

"hehehe,,iya,,".

"abis itu ama Aini?".

"iya,,sejak kejadian itu,,gue jadi pengen belajar tentang sex,,terus gue bareng-bareng deh ama Fikar ke padepokan,,".

"oh gitu,,oh ya Li,,betulin mobil lo sana,,gue takut bokap ama nyokap gue tiba-tiba pulang,,".

"oke deh,,gue sekalian balik aja deh,,".

"ok,,ati-ati di jalan ya,,".

"thank's,,oh ya May,,kapan-kapan boleh lagi kan?hehehe,,".

"boleh,,boleh kok Li,,soalnya gue juga pengen lagi,,hehe".

"ok deh May,,ntar kalo ada waktu lagi,,gue hubungin lo,,".

"okey,,".

"dah,,".

"dah,,ati-ati ya Li,,".

"okeh,,". Lalu Eli memanggil 5 orang dari bengkel untuk mendorong mobilnya ke bengkel. Aku beres-beres di rumah, mencuci piring kotor, dan memasukkan sprei bekas tadi malam ke mesin cuci karena banyak noda sperma dimana-mana. Aku juga menyemprotkan pengharum ruangan agar aroma persenggamaan tadi malam bisa tersamarkan.



Sejam kemudian, orangtuaku, kakakku, dan adikku pulang. Aku berpura-pura tidak ada yang terjadi, untungnya keluargaku percaya. Aku menjadi sering telpon dan sms-an dengan Eli untuk merencanakan kapan akan melakukannya lagi. Tapi, sayangnya tidak ada waktu yang tepat. Hari Rabu datang juga, hari dimana 26 melakukan gladi resik untuk wisuda. Setelah gladi resik, Eli memberitaukanku lewat sms kalau dirumahnya sedang sepi. Aku setuju ke rumahnya, tapi aku tidak mau terlihat oleh teman-teman jika aku pulang berduaan saja dengan Eli jadi aku berjalan agak jauh setelah keluar dari daerah Balai Sudirman lalu Eli datang dan aku pun langsung naik ke dalam mobil Eli.

"emang pada kemana Li,,bokap ama nyokap lo?".

"pada pergi,,kakak gue juga lagi ke luar kota, 'n adek gue juga lagi jambore".

"ok,,sip dah kalo gitu". Lalu kami sampai juga di rumah Eli, ternyata di sekitar rumah sangat sepi.

"Li,,nih sekitar rumah lo emang sepi kayak gini?".

"iya May,,setiap hari emang sepi,,tapi aman banget,,".

"wah,,enak banget dong,,rumah lo,,adem pula,,".

"udah yuk May,,masuk,,ntar kalo keliatan orang,,cewek ama cowok beduaan di rumah yang sepi,,pasti pada curiga,,".

"yaudah,,yuk,,yuk,,". Lalu kami berdua masuk ke dalam setelah Eli membuka pintu menggunakan kunci yang ada di bawah pot sebelah pintu rumahnya. Begitu di dalam rumah dan Eli sudah menutup pintu, Eli langsung memelukku dari belakang, dia tiup kuping kananku membuat bulu kudukku berdiri karena terasa geli, lalu Eli menggigit daun telingaku secara perlahan membuat sensasi yang gimana gitu.

"Li,,di kamar lo aja ah,,jangan disini,,", kataku sambil sedikit merasa geli karena Eli menjilati daun telingaku.

"ok May,,", karena tubuhku kecil, Eli dengan mudahnya menggendongku menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Eli menurunkanku dan aku langsung membuka pakaianku di hadapan Eli. Aku yakin Eli pasti sangat bernafsu melihatku membuka bajuku karena aku membuka bajuku dengan sedikit tarian erotis yang kupelajari dari ekskul detak.



Eli membuka matanya lebar-lebar ketika aku mulai membuka bhku dilanjutkan dengan membuka celana dalamku, akhirnya aku benar-benar telanjang bulat dihadapan Eli.

"ayo Li,,gue milik lo,,", kataku sambil menantangnya maju.

"wah,,jadi nantangin lo May,,ok kalo gitu,,", Eli langsung maju dan memelukku erat. Dia mulai mencumbu dan melumat bibirku, setelah puas mencumbuku, Eli menaruh tubuhku di atas ranjangnya lalu dia mulai menciumi dan menjilati seluruh tubuhku mulai dari wajahku hingga ke lututku.

"May,,gue bener-bener tegila-gila ama body lo".

"ah,,Eli bisa aja,,udah Li,,mulai yuk".

"as you wish,,", setelah itu kami mulai bersenggama bagaikan suami istri yang tidak peduli dengan keadaan sekitar kami. Ronde pertama, Eli menyiram rahimku dengan benihnya. Ronde kedua, giliran lubang anusku yang disembur sperma oleh Eli. Lalu ronde ketiga, aku menghisap sari pati dari penis Eli yaitu sperma yang gurih dan lezat.



Ketika aku sedang asik-asiknya menjilati sperma Eli yang masih tersisa di penis Eli, tiba-tiba ada suara orang lain.

"Eli,,Eli !!!".

"wadoh May,,kayaknya tuh suara kakak gue deh,,".

"aduh,,gimana nih Li?", kataku panik.

"lo ngumpet aja dulu,,May,,".

"dimana Li?".

"di kolong tempat tidur aja deh May,,sory banget".

"oh,,yaudah gak apa-apa deh,,". Aku langsung bergegas ke kolong tempat tidur. Biarpun kolong tempat tidur Eli penuh debu, aku tidak keberatan, daFaada ketauan oleh kakaknya Eli. Tubuh dan payudaraku yang basah karena keringat tertekan dan menempel di lantai kolong tempat tidur Eli yang penuh debu sehingga debu dan kotoran menempel di payudara serta di seluruh tubuhku. Untungnya, tidak ada tikus atau kecoa, kalau ada dan merayap di tubuhku atau masuk ke dalam vagina atau anusku kan bisa repot. Entah kenapa, aku menjadi terangsang dalam keadaan begini, terasa liar dan begitu menegangkan. Sambil memikirkan itu, aku bisa mendengar percakapan antara Eli dengan kakaknya.



"eh,,Li,,lo ngapain pake boxer doang?".

"abisnye panas,,nah lo ngapain pulang ke rumah?", tanya Eli ke kakaknya.

"tiket pesawat gue ketinggalan,,".

"oh,,kayaknye ada di meja makan deh,,tadi gue liat". Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara mereka lagi.

"udeh,,gue berangkat lagi yee,,kunci tuh pintu,,tadi gak dikunci,,untung gak ada maling,,".

"oh iye,,tadi gue lupa,,sip sip,,ati-ati lo".

"okeh,,". Lalu kudengar ada yang mengunci pintu dan kembali ke kamar.

"May,,udah aman,,". Aku keluar dari kolong tempat tidur.

"sory banget May,,badan lo jadi kotor gitu,,", kata Eli setelah melihat debu menempel di kedua payudaraku serta seluruh tubuhku

"ah,,udah Li gak apa-apa kok,,daFaada ketauan,,hehe,,".

"tapi badan lo yang sexy itu kan jadi kotor,,".

"oh iya ya,,badan gue jadi kotor gini,,".

"gue bersihin badan lo deh May,,hehehe,,".

"huu,,emang maunya,,yaudah deh gak apa-apa,,bersihin yang bener ya,,". Lalu kami masuk ke dalam mandi untuk membersihkan tubuhku, tentu saja setelah memandikanku, Eli mengerjaiku lagi.



Aku tidak keberatan karena aku menyukai penis Eli yang bisa tahan berdiri tegak sampai 3 kali menyemburkan sperma. Tapi, di permainan kami yang kedua, Eli tidak menyiram rahimku dengan spermanya lagi karena takut aku hamil, jadi dia menyemprotkan spermanya ke payudaraku. Seusai 3 ronde seperti biasa, Eli menyabuni dan membersihkan tubuhku lagi. Setelah selesai, kami berdua keluar dari kamar mandi lalu aku memakai pakaianku lagi.

"Li,,burung lo hebat banget yee,,1 game bisa 3x nyemprot", kataku sambil terus memakai pakaianku lagi.

"berarti kalo ada 3 cewek bisa 9x nyemprot donk,,", tambahku.

"nggak,,tetep cuma 3x nyemprot May,,".

"oh,,gitu,,oh ya Li,,abis ini gue pulang ya,,".

"yah,,ko pulang,,gue masih pengen mesra-mesraan ama lo,,hehehe".

"gue juga sih,,tapi kapan-kapan aja ya,,soalnya takut dicariin ama ortu gue,,".

"oh,,oke deh,,gue anterin lo pulang yee,,".

"ok,,tapi jangan ampe di depan rumah gue ya,,takut ditanya-tanyain ama ortu gue".

"oke,,".



Setelah sudah berada di dekat rumahku, aku menyuruh Eli menghentikan mobilnya.

"Li,,ampe sini aja,,".

"ok May,,kapan-kapan lagi ya May,,".

"sip deh Li,,", lalu aku mencium bibir Eli.

"dah,,".

"dah,,Maya". Aku menutup pintu mobil Eli dan berjalan ke rumah, sesampainya di rumah, aku melakukan hal-hal yang biasa kulakukan sehingga keluargaku tidak pernah menyangka kalau aku baru saja melayani lelaki yang bukan suamiku. Keesokan harinya, saatnya wisuda di Balai Sudirman. Wisuda berjalan lancar hingga acara selesai. Aku berfoto-foto dengan teman-temanku untuk merayakan kami yang tinggal melanjutkan ke bangku kuliah. Ketika aku sedang mengobrol, ada sms masuk.

"May, Rifa ngajak gue ke vilanya,,trs gue blg gue mo ngajak lo 'n aini jg,dy blg blh,,".

"ko blh? pdhl gue 'n aini kn gk tlalu knal ma Rifa?", balasku lewat sms.

"pokony urusan guelah,,lo mo kn?".

"mau2,,kapan?".

"berangkat Jum'at sampe Senin,,".

"lama amat?".

"biar puas disono,,lo tau kn mksd gue?hehe".

"tau,,tau,,ok Li,,sip".



Setelah itu, aku jalan-jalan dengan teman-temanku. Hari Jum'at datang, hari dimana aku akan bertemu 'korban' penis Eli yang lainnya. Eli menjemput Aini, baru aku, dan terakhir Rifa dengan mobilnya. Di perjalanan agar tidak terasa kaku, kami berempat mengobrol, ternyata Rifa enak untuk diajak mengobrol sehingga aku, Aini, dan Rifa menjadi akrab.

"Fa,,gue ntar gak diomelin ama Afid nih?", tanya Eli.

"nggak El,,Afid juga lagi pergi ke Bandung,,".

"oh,,oke kalo gitu deh,,". 3 jam kemudian, kami sampai di villa Rifa yang sangat besar. Tapi, karena kami tadi berangkat jam 6 sore sehingga kami sampai jam 9 malam, tentu saja kami capek sekali dan tidak ada niat untuk bergumul dalam hawa nafsu.

"Fa,,disini gak ada siapa-siapa selain kita kan?", tanyaku.

"gak ada,,tadi udah gue suruh pulang semua,,yang jagain villa gue,,".

"ok,,kalo gitu kita bisa tidur dengan tenang,,", kata Aini.

"gimana kalo kita tidur bareng,,hehe", kata Eli.

"boleh juga,,", jawab Rifa.

"ok deh,,yuk tidur bareng", kataku. Lalu kami berempat menuju kamar orangtua Rifa karena ranjangnya sangat besar, pas untuk kita berempat.



Aku dan Rifa tidur di samping kanan dan kiri Eli sementara Aini tidur di sebelahku. Keesokan harinya, Rifa bangun terlebih dulu dan membuatkan kami sarapan. Setelah sarapan, satu per satu dari kami agar segar.

"mulai yok,,burung gue udah kedinginan,,pengen ngumpet di memiaw lo betiga,,".

"yee,,dasar,,yauda deh,,boleh juga,,", kata Aini. Kami bertiga membuka pakaian kami masing-masing dengan meliuk-liukkan badan kami layaknya penari, Eli melihat kami membuka pakaian tanpa berkedip sedikit pun dan kami bisa melihat penis Eli yang sudah berdiri tegak di balik boxernya. Akhirnya, kami bertiga sudah telanjang di hadapan Eli.

"aduh,,kulitnya pada putih-putih,,", kataku agak malu.

"gak apa-apa kok May,,biarpun gak putih,,tapi body lo paling montok diantara kita", kata Rifa

"iya May,,toket lo aja paling gede diantara kita,,gue jadi gemes,,", kata Aini.

"iya,,gue juga", kata Rifa.



Mereka mendekatiku dan mulai meremas-remas kedua buah payudaraku.

"oi,,kok jadi Maya yang digrepe-grepe,,gue dianggurin begini?", protes Eli.

"iya,,iya,,", kata Rifa dan Aini.

"oh iya,,gimana kalo mulai dari sekarang kita nyebut diri kita Eli's Angels,,", kataku.

"boleh juga tuh,,", kata Rifa.

"ok Eli's Angels,,maju !!", kata Aini. Setelah itu kami berempat melakukan pesta sex mulai dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Tentu saja, kadang-kadang kami juga beristirahat untuk makan dan mandi. Untuk menjaga agar kami tidak hamil, Eli selalu mengeluarkan spermanya di payudara atau wajahku, Rifa, atau Aini karena kami percaya kalau sperma bisa membuat kulit kami halus dan lembut, paling-paling Eli menyiram vagina kami bertiga hanya sesekali. Hari itu kami tidak keluar vila sama sekali karena asik bergumul dalam nafsu birahi. Jam 9 malam lewat 10, kami sudah melanglang buana ke alam mimpi karena kami kecapean. Ternyata ada yang melihat dan merekam semuanya karena keesokan siangnya ada seorang bapak-bapak yang datang ke vila.



Dia berkata kalau dia akan menyebarkan hasil rekamannya itu di internet jika dia tidak diizinkan menyetubuhi aku, Aini, dan Rifa. Eli kebingungan memikirkan apa yang harus dilakukan.

"gimana kalo kita ngadain kontes aje Pak?", kata Eli ke bapak itu yang ternyata mantan penjaga vila Rifa. Waktu itu, Rifa memecatnya karena pernah mengintip Rifa sewaktu mandi.

"oh,,boleh,,boleh,,tapi saya hanya mau satu kontes,,yaitu tongkol siapa yang paling kuat,,".

"tapi,,".

"saya hanya mau kontes itu,,kalau tidak,,saya gak bakal pergi dari sini,,".

"ok kalo gitu,,kalo bapak kalah,,bapak harus nyerahin rekaman itu,,dan pergi dari sini".

"ok,,tapi kalau saya menang,,saya boleh tinggal dan boleh ngent*t ama nona-nona yang cantik ini,,".

"deal,,". Lalu bapak itu menjelaskan bagaimana caranya yaitu Eli dan bapak itu memilih satu diantara kami bertiga. Vagina kami akan dijadikan tempat kontes, jika Eli atau bapak itu klimaks terlebih dahulu maka yang masih bertahan lah yang akan menang.



"kalo gitu,,saya milih non Rifa,,sudah lama saya ingin ngent*tin non Rifa,,".

"gue milih Aini deh,,", kata Eli.

"kalo gitu nona manis yang bohai satu ini jadi juri,,", katanya sambil menepuk pantatku. Aku duduk di sofa sementara Rifa dan Aini mengambil posisi dogystyle di depanku. Eli dan bapak itu mulai membuka celana mereka masing-masing. Ternyata penis bapak itu besar, panjang, dan berurat sama seperti Eli. Mereka mengambil posisi mereka masing-masing dan sudah menanamkan penis mereka di dalam vagina Rifa dan Aini.

"yak,,mulai,,". Eli dan bapak itu mulai memompa penisnya masing-masing dengan perlahan. 10 menit berlalu, aku melihat ekspresi wajah Rifa dan Aini yang keliatan sangat keenakan karena itu aku menjadi terangsang sendiri dan mulai memasukkan kedua jariku ke dalam vaginaku serta mengelus-elus klitorisku. 25 menit berlalu, entah sudah berapa kali Aini dan Rifa orgasme, begitu juga denganku, aku sudah tak bisa menghitung berapa kali aku orgasme karena aku terus mengocok vaginaku.



Aku terus menerus orgasme sehingga cairanku yang mengalir dari vaginaku membanjiri daerah selangkanganku dan juga membasahi sofa yang kududuki. Setelah sudah menit ke 29, aku menghentikan aktivitasku karena kecapean, aku tau kalau Eli sebenarnya sudah mengalami orgasme pada menit ke 15, tapi Eli bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya sehingga tidak ketauan oleh bapak itu.

"aaahh,,,!!", tiba-tiba bapak itu mendesah dan menunjukkan ekspresi keenakan yang menunjukkan kalau dia sedang menanam benih di rahim Rifa. Eli menyusul menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Aini 1 menit kemudian.

"Eli menang,,", kataku.

"ternyata kamu kuat juga", kata bapak itu ke Eli. Eli dan bapak itu mencabut penis mereka, ternyata penis bapak itu masih mengacung tegak sama seperti Eli.

"sekarang,,nona manis,,tolong bersihkan tongkol kami,,", katanya menunjukku. Aku membersihkan penis Eli sampai bersih, begitu juga dengan penis bapak itu yang kulakukan dengan terpaksa.



Setelah itu kontes kedua yaitu oral seks, masih dengan peraturan dan cewek yang sama. Tapi kali ini Eli kalah karena Eli memang tidak bisa menahan lama-lama jika dioral. Setelah menyemprotkan spermanya di dalam mulut Rifa akhirnya penis bapak itu melemas dan mengecil.

"nah,,sambil nunggu gimana kalo nona manis jilatin memiaw teman-temannya,,". Aku menurut apa yang diperintahkannya, Rifa dan Aini menduduki wajahku secara bergiliran untuk membiarkanku menjilati sisa sperma yang ada di vagina mereka sementara bapak itu menjilati vaginaku yang membuatku mengalami orgasme lagi. Kontes ketiga dimulai setelah penis Eli dan bapak itu sudah bangun lagi, tapi kali ini aku yang menjadi tempat kontesnya. Bapak itu tidur terlentang, aku tiduran di atasnya dengan posisi telungkup, lalu dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku disusul oleh Eli yang memasukkan penisnya ke dalam anusku. Mereka mulai memompa penisnya secara bersamaan. Kini, aku sedang dihimpit 2 lelaki yang sedang menggenjot vagina dan anusku secara bersamaan, melihat hal ini, Rifa dan Aini sama sepertiku tadi yaitu memainkan vagina mereka sendiri, bahkan mereka saling menjilati vagina mereka.



Ternyata bapak itu sama seperti Eli, bisa 3x menyemprotkan sperma.

"Elihh,,menanghh", kataku pelan karena Eli menyemburkan spermanya ke dalam anusku 15 detik setelah bapak itu menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Akhirnya selesai juga setelah aku disetubuhi 2 lelaki sekaligus selama kurang lebih 40 menit. Setelah semuanya sudah istirahat dan tenang kembali, Rifa menjelaskan kalau bapak itu namanya Mang Cecep dan dia sebenarnya tidak jahat.

"iya El,,jadi Mang Cecep ini,,gue yang ngundang,,biar jadi seru,,", kata Rifa.

"maaf ya nona-nona,,dan mas Eli kalau tadi saya berkata kasar", kata Mang Cecep.

"oh iya Mang,,gak apa-apa,,", kataku.

"tapi rekamannye?", tanya Eli.

"oh ini,,nih mas Eli,,saya bakar rekamannya", katanya sambil membakar hpnya dan membuangnya ke luar lalu Mang Cecep kembali lagi ke dalam.



Setelah itu, aku, Eli, dan Aini jadi akrab dengan Mang Cecep dan setuju untuk membolehkannya ikut dalam pesta. Dari jam 12 siang - jam 3 sore, Aini yang melayani Mang Cecep, sementara aku dan Rifa melayani Eli, lalu dari jam 3 sore - jam 6 sore, aku yang melayani Mang Cecep, dan dari jam 6 sore - jam 9 malam giliran Rifa yang melayani Mang Cecep. Tapi, jam 10 ke atas Eli dan Mang Cecep menyetubuhiku secara bersamaan hingga jam 12 malam, sementara Rifa dan Aini sudah tertidur pulas, tapi tak apa, aku malah senang jika disetubuhi 2 lelaki sekaligus karena terasa lebih nikmat. Setelah puas menyetubuhiku, Eli dan Mang Cecep tidur di sebelah kanan dan kiriku sambil mengemut putingku. Tadinya, aku tidak bisa tidur karena kegelian tapi akhirnya aku pun bisa tidur juga. Esok harinya, kami pulang ke Jakarta pada jam 10 pagi karena mobil Eli mau dipakai ayahnya jam 1 siang. Kami berpamitan pada Mang Cecep, dan kami pun berangkat dengan pengalaman pesta sex yang terjadi di vila Rifa.



Eli dan aku terus 'bermain' jika rumahku atau rumah Eli sedang kosong, dan jika ada waktu yang lumayan panjang, aku, Eli, Rifa, dan Aini pasti pergi ke vila Rifa untuk 'bermain' bersama dengan Mang Cecep.

Paling HOT Saat ini