October 31, 2013
October 28, 2013
October 27, 2013
Ohhh Abi 3gp
Label:
ABG,
Ayam Kampus,
Binal,
Bispak,
Bokep,
Cantik,
Film 3gp,
free download,
video 3gp terbaru
October 26, 2013
October 25, 2013
ABG Chinese Cantik ML 3gp
Label:
ABG,
Ayam Kampus,
Binal,
Bokep,
Cantik,
Film 3gp,
free download,
Seks Remaja,
SMA,
SMP,
SPG
October 23, 2013
October 22, 2013
Hadiah Ultah dari Rini
Rini
Hujan
turun deras sekali penglihatan sedikit kabur karena kaca mobil tertutup
embun yang menempel dikaca depan. AC kunyalakan walaupun udara terasa
dingin menusuk tulang. Saat itu sudah jam 7.30 pagi, jadi sudah tak
mungkin lagi menunda untuk berangkat kekantor apalagi jam 8.00 ada janji
meeting dengan client.
Mobil kujalankan pelan dan hati hati,
maklum jalan di depan rumah tidak begitu lebar. Dari rumah ke jalan raya
tidaklah begitu jauh setelah satu tikungan kekiri maka akan kelihatan
sebuah kaca spion besar warna merah diperempatan jalan dan itulah jalan
raya yang akan membawa arah perjalananku menuju kantor.
Persis
ditikungan sebelah kiri di depan sebuah wartel seseorang melambaikan
tangan meminta aku berhenti untuk minta tumpangan. Aku tidak bisa
melihat dengan jelas wajahnya karena terhalang hujan yang sangat deras,
tetapi dia berambut sebahu dan berseragam SMU.
Mobil kupelankan, dan tanpa tunggu aba aba lagi dia lansung membuka pintu depan dan duduk disebelahku.
"Maaf Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu.. Ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om kustop, sorry ya Om."
Dia berkata polos sambil mengibaskan rambutnya yang menempel di kerah
baju karena basah.Sekilas tanpa sengaja tengkuknya kelihatan, putih..
Bersih.. Dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis
lurus ditengahnya.
"Nggak apa apa kok, memang hujan hujan
begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan
banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini."
Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan.
"Om kantornya dimana," dia memecah kesunyian.
"Di daerah kuningan, memangnya kamu sekolah dimana," aku bertanya sambil melirik wajahnya.
Wow rupanya seorang bidadari kecil sedang duduk disebelahku, wajahnya
sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung
sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat
bersinar.
Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil
tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan
muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan.
"Hati hati Om, banyak genangan dan licin..! Kita bisa slip nih," dia mengingatkan sambil menepuk pundakku.
"I.. i.. ya" jawabku sedikit tergagap.
"Kamu sekolah dimana," kuulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar
menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba.
Perempuan memang makhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi
banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di
bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti
menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang anak SMU.
Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan, padahal dikantor aku terkenal
tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur.
"Di.. " dia menyebutkan sebuah sekolah di daerah Mampang Prapatan.
"O.. Kalau begitu kamu bisa ikut sampai timah, nanti tinggal nyambung naik metromini."
Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku.
"Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih.. Gampang, jalan kaki juga nggak jauh kok."
"E.. ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya nggak pernah lihat kamu selama ini."
"Terang aja nggak pernah Om, orang aku baru pindah kok. Dulu aku
sekolah di Kudus sama Ibu, tapi.. " dia terdiam dan kelihatan wajahnya
seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum
berkenalan.
"Oh.. Pantas aja dong, e.. e.. namamu siapa?" aku
bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tahu dia
tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Kudus sana.
"Rini Om, Rini Kusumawardhani."
"Wah.. Itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu," aku mulai
melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha
ha ha awas ada semut.
"Ah.. Om bisa aja," dia menjawab sambil
tersipu. Woouu.. Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba
memerah bak awan senja diufuk barat. Awan diufuk barat merah apa kuning
ya! sebodoh amatlah..
"Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Rin, buat bayar tol."
Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang ke dalam box, aku melirik
ke kiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang di sela sela kerah
bajunya. BH ukuran 34b sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung
payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju seragamnya.
"Yang ini Om.. Oup," tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua
payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka
diurutan paling atas.
"Maaf, Iya yang itu.. Yang lima ribuan,"
aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena
mobil di depan berhenti tiba tiba. Tangan kanannya yang tadinya akan
menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia
tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak.
Kali ini dia berteriak kecil
"Maaf Om aku nggak sengaja," tiba tiba dia menutup muka dengan kedua
tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat
berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang
sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik CD ku.
Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku
menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah
kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang
oleh tangan halus si Rini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu
sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil.
"Alah mak. Jan.." kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson
mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan.
"Oi! pacaran jangan di tol, no pergi ke.." sisopir mengumpat sambil
menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil
goyang.
Itu adalah awal perkenalanku dengan Rini, gadis Kudus
kelas 3 SMU di Mampang Prapatan. Semenjak itu hampir tiap pagi Rini
dengan setia menunggu di depan wartel untuk berangkat bareng dengan
mobilku.
Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing,
rupanya dia pindah ke Jakarta ikut pamannya karena orang tuanya bercerai
dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya.
Di Jakarta dia
hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia
paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan
kepentingan anak serta istrinya terlebih dahulu sebelum buat si Rini.
Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos
angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau
memang lagi ada.
Hari demi hari berlalu dengan cepat dan aku
dengan Rini kian dekat saja, kalau dia disekolah ada kegiatan
ekstrakulikuler maka pulangnya dia akan mampir ketempat kerjaku, maklum
kantorku berada diatas sebuah plaza yang cukup besar.
Tugasku
sebagai salah satu manager dengan gampang bisa kutinggalkan 1 atau 2
jam, toh ada sekretaris yang ngurusin. Aku juga tidak menegerti kenapa
Rini jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan
adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum.
Tetapi itu tidak terlalu sering yang paling dia harapkan dari aku adalah
perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara.
"Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Rini nggak nemui Om dan juga sama sekali nggak ngasih kabar."
Dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan
dipantai Ancol, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan
kepalanya. Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh
ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara
itu begitu kenyal dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik.
"Memangnya ada apa," aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa.
"Tadinya Rini sudah mau berhenti sekolah, habisnya uang sekolah sudah 2
bulan tidak dibayar dan buat beli buku juga nggak punya." Dia merenung
sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu
nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di
Sukarno Hatta.
"O.. Itu masalahnya, lantas kenapa kamu nggak ngomong aja sama Om"
"Nggak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi.." dia menjawab sambil tersenyum.
"Rini.. Gini aja deh, kamu kan sudah tahu kalau Om mau Bantu kamu, tapi
kalau kamu nggak bilang, Ya terang aja Om nggak tahu! iya toh."
"Makasih Om.. Terus terang memang Rini mau minta tolong Om untuk yang
satu ini. Om nggak usah mikirin mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan
berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan sekolahku.. Itu aja."
Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa
gairah. Aku begitu terenyuh melihat seorang Rini yang hari harinya
seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus
menanggung beban demikian berat.
"Oup.. " Rini berteriak kecil karena kaget ketika kupingnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya.
"Om nakal ya.." dia menepuk bahuku dengan mesra dan akhirnya malah memeluk aku.
Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan
untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kirinya kurebahkan dia diatas kedua
pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian
cepatnya. Akhirnya Rini meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak
tanganku didekap erat didadanya. Oooh.. Lembutnya daging itu, payudara
muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik
ribuan volt ke sekujur tubuhku.
Aku yakin Rini merasakan
sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya
persis tepat di atas batang penisku. Aku tahu itu karea Rini berusaha
mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerah
karena malu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan
dadanya.
"Rin.. Sudah tidur aja.. Nih Om kipasin biar nggak gerah."
Aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku.
"Ini si Rini yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu
salah langkah akan bubar semuanya. Sabar.. Sabar, gunung nggak usah
dikejar emang dia nggak pernah lari kok."
Dia kembali tidur
dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menekan kedua
payudaranya. Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan
tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman
pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki. Walaupun itu hanya
dari balik baju dan BH, tetapi buat Rini yang baru pertama merasakan,
sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang.
"Rin kita pulang yok, sudah jam 8 nanti pamanmu bingung dan lapor polisi." Kataku sambil bercanda.
"Nanti aja Om.. Bentar lagi, Rini masih ingin disini 2 jam lagi," dia makin erat memelukku.
"Oupt.. Besok besok kita bisa jalan ke sini lagi, tapi kalau kamu
dimarahin karena terlambat pulang, ya.. Kita akan kesulitan untuk jalan
jalan lagi.."
Aku berkata sambil mebangunkan Rini dari pangkuanku.
"Ok deh Om.." dan secepat kilat dia mengecup pipiku. Aku hanya bisa terdiam kaget, karena nggak nyangka.
"Lho kok bengong Om.. Katanya mau pulang, ayo." Rini menarik tanganku.
"Ayo," kami berjalan berdekapan.
Dua tahun sudah berlalu, hari itu hari Jumat dan Rini memberitahuku
agar aku menemuinya di tempat biasa kami ketemu, di sebuah café dibawah
kantorku jam 4 sore. Aku sampai disitu persis jam 4, tapi aku nggak
lihat batang hidungnya si Rini, tiba tiba ada bisikan lembut di belakang
kupingku.
"Surprise!!"
Aku sempat nggak percaya
dengan apa yang kulihat. Seorang wanita cantik dengan celana jean dan
kaos ketat berdiri di depanku. Pahanya yang panjang dan mulus terlihat
jelas dibawah balutan celana jean. Disela pahanya tergambar jelas
belahan kewanitaan yang belum pernah tersentuh laki laki. Kaos ketat
mempertegas beberadaan dua gunung kembar didadanya, sedangkan bagian
bawah kaos yang sedikit pendek memperlihatkan kulit putih, bersih dan
dihiasi sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah pusar. Oh.. Sungguh
pemandangan yang indah dan langka.
"Jangan ngliatin gitu dong Om! emangnya nggak pernah lihat cewek pakai jean"
"Sorry, Rin.. Kamu luar biasa, membuat Om jadi linglung."
"Ah jangan ngerayu ah.."
"Nggak kok, hei kenapa tiba tiba kamu tampil beda begini," aku bertanya sambil menggamit tangannya untuk mencari tempat duduk.
"Ehem.. Ada yang lupa rupanya, hari Ini aku bukan anak SMU lagi, aku
sudah lulus, lulus, lulus dan merdeka dari segala pasungan dan aturan
sekolah.. Katanya sambil berlagak kayak Rendra baca puisi.
"Eh ingat kita lagi di café.. Tuh lihat tuh orang orang pada mandangin kamu."
"Sorry lah, habisnya hanya dengan Om aku bisa berbagi rasa jadi jangan salahkan daku kalau nggak bisa nahan diri."
"Om ku yang baik, hari ini aku ngucapin terimakasih yang sebesar
besarnya, karena kalau bukan Om yang Bantu sudah pasti sekolahku
berantakan."
Dia berdiri dari kursinya dan dengan cepat memberikan ciuman ringan dipipiku.
"Rin, nggak enak dilihatin tuh" aku berlagak alim lah dikit.
"Justru karena banyak yang lihatin Rini brani nyium Om, kalau ditempat
yang sepi.. Wah bisa bahaya dong..!" Dia mencubit hidungku dengan gemas.
Aku bisa menduga isi fikiran orang orang disekitar kami, "Lha ini bapak sama anak atau Om sama.. Pacar mudanya ya!"
Mereka nggak salah, Rini adalah seorang gadis cantik yang sedang
tumbuh, sedangkan aku adalah laki laki 'Tua sih belum tapi muda sudah
lewat' ibarat mangga sudah mengkal kata orang Betawi, sudah nggak enak
dirujak.
Tapi waktu, tempat dan kesempatan mempertemukan kami
sehingga membuat kehidupan saling mengisi dan malah sudah saling
membutuhkan. Aku butuh semangat dan gairah muda yang berkobar dari Rini
sedangkan dia butuh tempat berlindung yang kokoh dan teduh dari aku..
Klop deeh.
"Hei jangan nglamun," Rini mencubit pahaku ketika pelayan sudah berdiri tepat di depanku tapi aku tidak menghiraukannya.
"Oh oh.. Iya Mbak.. Es jeruk buat aku dan kelapa kopyor itu buat dia," aku memberitahu Mbak pelayan sambil menunjuk Rini.
"Om.. Kalau kali ini Rini minta sesuatu boleh nggak!"
"Kenapa tidak.. Kalau Om sanggup pasti Om kabulkan"
"Sebetulnya Rini mau memberikan satu hadiah spesial buat Om tapi sebelumnya Rini minta sesuatu dulu.. Gimana Om.""
"Ok nggak masalah",. Jawab ku sambil mempersilahkan dia minum.
"Rini tahu kok, Om nggak pernah mau ngerayain HUT Om, tapi kali ini
Rini minta untuk dirayakan sebagai hadiah juga buat Rini, kita rayain
ya!" Kulihat wajahnya sangat berharap.
Betul sekali, aku Mamang
paling ntidak suka dengan yang namanya pesta HUT gitu, jadi wajar saja
kalau aku lupa hari itu aku sebetulnya ulang tahun.
"Well.. Kita mau ngerayain seperti apa, dimana degan siapa aja Rin""
"Maksud Rini kita rayain berdua aja, gimana kalau kita cari tempat yang
jauh dari keramaian agar lebih leluasa, kayak dipantai gitu!" belum
sempat kujawab Rini sudah ngrocos lagi.
"Jangan khawatir, Rini tadi sudah pamit mau nginap di rumah teman sama paman."
Dia seperti bisa membaca jalan fikiranku.
"OK apa kita mau ke Ancol!"
"Jangan Om disana terlalu ramai, Rini ingin ke Merak disana kita bisa lihat ferry keluar masuk dermaga sepanjang malam"
Setelah telpon ke rumah memberitahukan bahwa aku ada rapat dinas, maka
kami langsung tancap gas ke Merak. Disitu ada sebuah hotel pantai yang
memang sudah tidak terlalu bagus lagi karena termakan usia, tetapi
sangat strategis, tempatnya di pinggir jalan raya dan menghadap langsung
ke selat Sunda dan Pelabuhan ferry.
Setelah mandi, Rini tidak
lagi paklai jean ketat, tetapi rupanya dia sudah siap dengan baju tidur
putih setengah transparan sehingga lekuk tubuh dan tonjolan dadanya
begitu jelas.
"Rin.. Om masih penasaran kamu mau ngasih hadiah spesial apa sih sama Om," aku bertanya sambil telentang ditempat tidur.
"Nanti aja deh.. Om pasti bakal tahu juga," Rini merebahkan diri disamping kananku.
Tiba tiba kami saling menghadap sehingga wajah kami hampir bersentuhan.
Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat
gelora hasratku terpancing.
Kulingkarkan tangan kiriku ke
tubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti
bibirku menyentuh bibir Rini dengan lembut. Rini seperti tersentak tiba
tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu.
Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir Rini, ujung
lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai
kujilati dengan penuh perasaan. Aku sengaja mengontrol gerakan dan
keinginan ku sedemikian rupa agar Rini dapat merasakan suatu sensasi
kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan.
"Rin.. Boleh nggak Om teruskan," aku berbisik sambil mengecup kupingnya.
Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku.
"Nggak pa pa Om terus aja," Rini menjawab disela deburan jantungnya yang menggila.
Aku segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telinganya, Rini mengerang, "Om.. Geli.. Bulu roma Rini jadi berdiri semua."
"Nggak apa apa Rin," aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang.
Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. Turun..
Dan Ouh.. Baju tidur Rini tiba tiba terbuka di bagian dadanya, buah dada
itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya
berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar
memagari puting susunya yang kehitaman dan sudah berdiri tegak.
Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara muda dan
baru pertama mengalami rangsangan sexual. Bentuknya masih bulat dan
padat membuat aku tak sanggup lagi menahan diri.
Putting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh Rini kembali bergetar.
"Oouuhh Om.. Rini nggak tahan Om. "
"Nggak tahan apanya Rin"
"Nggak tahu Om.. Nggak tahan aja"
Aku lupa kalau Rini belum pernah mengalami rangsangan seperti ini.
"Nggak pa pa Rin jangan ditahan.. Kalau Rini ngerasa sesuatu ikutin
aja," aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku ke puting
susunya.
"Om.. Terus Om.."
"Iya Rin. Tapi bajunya buka dulu ya."
"Terserah Om.. Aja"
Semua pakaian Rini kulucuti begitu juga aku, kami sekarang telanjang
lonjong eh.. Bulat. Tubuh putih polos Rini sekarang terhidang pasrah
dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan
putih bening pertanda siap tempur. Rini kembali kudekap dengan pelan,
penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina Rini.
"Ouuh Om.. Rini jadi basah Om.. "
"Iya sayang.. Om Juga"
Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama, pelan pelan penisku menyentuh clitoris Rini.
"A.. aduh Om.."
Cengkraman tanga Rini seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai
terangsang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah
setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi.
Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu
adalah cairan vagina Rini yang keluar bagaikan mata air pegunungan
sukabumi, kental dan licin.
Kedua tanganku mulai membelai
payudara Rini denga gerakan melingkar dari bawah ke atas dan berakhir
diputingnya yang tegak berdiri. Aku menyadari ini belumlah saat yang
tepat untuk melakukan penetrasi, Rini harus diberi kenikmatan puncak
senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat
pertama kali didalam hidupnya, barulah penetrasi akan akan kulakukan.
Pelan pelan kedua kaki Rini kudorong kepinggir, sekarang vagina Rini
terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan (nggak
pernah disampoin kali) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk
lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.
Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba.
"Om jangan dijilat ya.. Rini pasti nggak tahan, kata teman teman kalau
vagina Rini dijilat, Rini pasti lansung klimaks.. Oouuh padahal Rini
masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini."
Kuurungkan
niat untuk menjilat vagina Rini yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit
di seputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir
vaginanya kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang
dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan
putih bening nan wangi.
Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkan sehingga bibir vagina Rini betul betul terbuka menantang penisku.
"Rin.. Kita peting aja dulu ya.. "
"Peting itu apa Om.. "
"Nih. Begini nih"
Batang penisku kuletakkan persis ditengan tengah bibir vagina Rini dan
dengan gerakkan turun naik yang berirama, penisku mulai menggosok bibir
vagina dan clitoris Rini.
Aku merasakan tangan Rini mulai
menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menepel di vaginanya.
Gerakkanku semakin cepat dan pingul Rinipun mulai turun naik seirama
tarian dangdut penisku. Lendir vagina Rini semakin banyak membuat
penisku dengan leluasa bergerek didekapan vaginanya.
Akibat
licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung
penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot,
kukendalikan diri agar airbah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum
Rini dapat kupuaskan. Gerakan Rini semakin lama semakin liar, dia mulat
menggigit bahu dan tetekku, jemarinya mencengkram kencan pantat
belakangku.
"Oomm, Rini ngerasa melayang.. Dan oouuh ada yang
mendesak dari bawah vaginaku.. Oh apa ini kok rasanya seperti ini.. Oomm
Rini nggak tahan.. Om tolong gosokkan penisnya yang kencang.. Oouhh dia
datang ouhh.."
Sebelum Rini terkulai lemas karena klimaks
pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan
dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian
kepala dan sekarang tepat diujung penis
"OOh.. Rin.. Omm lepass sayang.."
Spermaku muncrat menyirami pusar Rini yang putih bersih, sperma itu
begitu kental seperti ingus yang sudah mingguan nginap dihidung., diam
dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut
Riniku yang telah tertidur pulas.
Jam 12 malam kami terbangun
karena lapar, tetapi sebelum bangun tiba tiba aku menyentuh payudara
Rini. Akibatnya Ruar biaa.. Sa. Rini langsung terangsang dan mencium
bibirku penuh semangat. Tak ada pilihan lain biarkan perut menunggu
sebentar, toh yang bibawah perut juga kelaparan. Ciuman Rini kusambut
dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas
berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat, dan itulah
yang saat ini sedang aku lakukan.
Vagina Rini kusibak dengan
jariku, ujung lidahku menerobos dengan lembut menuju clitorisnya.
Clitoris itu kuhisap bagaikan menghisap puncak es cream, lembut, pelan
dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Dengan gerakan tiba tiba Rini
mebalikkan tubuhku sehingga dia sekarang mengangkangi kepala ku,
vaginanya persis diatas mulutku dan bibirnya siap mematuk penisku.
Bibir Rini yang lembut dan basah kurasakan menyentuh lubang kecil diujung penisku
"Ouuhh Rin, jilat terus sayang.. Jangan kena gigi ya.."
"Iyyaa Om, tapi Om jangan diam dong.."
Aku lupa dengan tugasku karena keasyikan dihisap Rini. Lidahku kembali
beraksi, kali ini sedikit menerobos ke dalam vagina karena posisi ku
tepat dibawahnya. Rini menggelinjang hebat. Pahanya makin menjepit
mukaku, tapi hisapan dan kulumannya dipenisku juga semakin kencang.
Kupikir inilah saatnya keperawanan Rini harus kunikmati. Dengan klimaks
yang sudah dia rasakan ditambah dengan rangsangan yang saat ini dia
alami, maka penetrasi pertama ku ke dalam vaginanya kukira tidak akan
membuat dia kesakitan.
Posisi kurubah, sekarang Rini telentang
tepat dibawahku, kulihat bibirnya masih berlepotan ciran bening penisku,
dia mejilat sudut bibirnya dan cairan itupun besih menghilang. Kakinya
terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan
kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Rini tetapi aku masih diam.
Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku.
"Oom ayo dong," Rini menyodorkan payudara kirinya untuk kuhisap.
"Mm.." aku langsung menghisapnya, tubuh Rini kembali bergetar hebat dan
tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan
masuk ke vaginanya.
"Om.. Perih.." Rini mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singasananya.
Dinding vagina Rini yang masih perawan terasa menjepit dan menahan
gerakan maju penisku, itu mungkin yang membuat dia merasa sedikit perih.
Kutarik penisku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke clitorisnya. Dengan
gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya.
"Om aku nggak tahan.."
Melihat Rini mulai terangsang hebat, sasaran penisku kembali kuarahkan
ke jalan yang benar, yaitu lubang kenikmatan. Kali ini ujung penis
menerobos dengan lancar.
"Oh ouhh masuk semua ya Om..! rasanya sesak sekali."
"Masih perih sayang," kataku berbisik dikupingnya.
"Nggak papa Om terus aja"
"Nih.. Om tusuk ya."
"Iya Oom.., yang dalam Om."
"Iya.. Om sudah masuk semua nih, Rini.. Oh Rin.. Terimaksih ya.. Sungguh nikmat sekali saya.. Ng.."
"Iya Om ini hadiah istimewa dari Rini."
"Oh Om.. Rini nggak tahan. Terus Om. Yang kencang Om.. Ohh iya Om terus.. Kayak itu.. Aja Ouhh!"
Dengan iringan erangan panjang, Rini mencapai klimaks untuk kedua kali dalam hidupnya.
"Om.. Maaf ya. Rini nggak tahan.., padahal Om belum lepas kan.."
"Nggak apa sayang.. Tidak satu jalan ke Jakarta, lewat Priuk bisa, lewat bekasi juga bisa."
Rini mengerti apa yang kumaksud, penisku segera dibelainya dengan
lembut, makin ke ujung, makin ke ujung terus. Terus.. Dan terus, aku
nggak tahu apa apa lagi, yang aku rasa hanya panasnya lidah dan bibir
Rini diseputar kepala penisku.
"Rin.. Sayang terus.. Hisap.. Sambil dijilat dikit.. Oh. Ya dengan ujung idah sayang.. Oh."
Pandanganku gelap, dunia terasa mengambang, tubuhku seperti mengapung,
ketika semprotan demi semprotan cairan kenikmatan muncrat dari ujung
penis dan membasahi bibir dan hidung Riniku.
Tiga tahun sudah
berlalu, sekarang aku kehilangan Rini dia hilang ditelan banjir bandang
Bahorok. Dia bekerja sebagai guide lepas pada satu perusahan pengelola
pariwisata. Selama dia di SMU dulu, dia kukursuskan bahasa Inggris di
salah satu tempat kursus ternama di dekat kantorku. Dengan modal bahasa
dan wajahnya yang ayu serta sifatnya yang supel akhirnya dia diterima di
perusahaan itu.
Masih kusimpan kaos oblong warna hitam dengan
gambar lidah menjulur dan tulisan Bali di bawahnya, di dalam lemari
pakaianku. Itu adalah hadiah dari Rini sewaktu dia menerima gaji
pertamanya.
"Rini aku menyayangimu, aku merindukanmu.. Tetapi
kau takkan pernah kembali lagi. Maaf kan aku sayang. Melalui surat ini
aku inginkan Rini.. Rini lain menggantikan posisimu disampingku. Aku
akan berikan semua apa yang pernah kau terima, dan akan kujaga dia sama
seperti aku menjagamu."
October 20, 2013
First Sex Dina dengan Lelaki Berkeluarga
Dina |
Sebelumnya
perkenalkan, namaku Dina…pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini
menjadi terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh
tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria yang sudah beristri dan
berkeluarga. Jadilah cinta kami berjalan sembunyi-bunyi alias
backstreet. Aku mengenal pria tersebut ketika datang pada acara ultah
temenku. Dia saat itu enjadi event organizer acara tersebut. Sejak awal
melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia pria yang ganteng
badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati kepadanya.
“Din, ini MAS, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu
nemenin MAS ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang
umurnya jauh lebih tua dari aku. Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul.
Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar
guyonannya. Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok
aja. Ketika aara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang
tersedia. Ketika acar dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya
slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia berbisik: “Din,
kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang
dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Din”. “Mas kan dah punya keluarga,
masak sih suka ma abg kaya aku”. “Justru karena kamu masih abg,
kecantikan kamu masih sangat alami, bukan polesan make up yang tebal”.
Memang
sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih
yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang
dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku
dikecupnya, “Kapan2 kita ketemuan lagi ya Din, ni nomer hpku”. Kami
bertukaran no hp.
Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes. Karena
dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member
ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin
lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu
kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah
penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari
penonton lain. Dia berbisik: “Din, aku sayang sekali ma kamu. Kamu?’
“Aku juga sayang ma Mas, sayangnya ma dah keluarga ya”. “Kita jalani aja
dulu Din, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan
berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan
rayuan mutnya, sehingga aku makin berbung-bunga. “Din..”, panggilnya
lagi. aku menoleh karahnya. Karena duduk kami berdempetan, dia langusng
merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan
mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa
bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama
mengecup bibirku. “Mas”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku
gak rela dia melepaskan bibirku. Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini
lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati
filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku.
“Mas, aku sayang sekali ma mas, aku mau jadi pacar mas”.
Sejak
kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling
tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau
sebelum aku turun didepan rumahku. Temenku mengingatkan aku agar jangan
terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas, karena dia dah berkeluarga.
“Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan
dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta
tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.
Sampai suatu
weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia mau survei
tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana. “Temenin aku yuk,
mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama
pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya. Ke ortu, aku
pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah
duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota.
Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna
putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan
bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.
Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk
toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat
braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali. “Din, kamu seksi
sekali deh pake pakean kaya gitu”. “Mas suka kan”. “Suka banget, palagi
kalo amu gak pake baju Din”. “Ih mas, mulai deh genit, aku turun disini
aja deh”, aku pura2 merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar
pujiannya. “Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia
mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh
turun, kok gak minggir”. “Loncat aja kalo berani”. “mas, iih”, kataku
sambil mencubit pinggangnya, mesra. Dia menggeliat kegelian, “Jangan
dikitikin dong, nanti nabrak lo”. “abis mas sih mulai duluan”.
Sepanjang
jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki
pinggangku, sehingga aku menggelinjang. Kadang tangannya mendarat di
pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi
merinding karena rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan
hal ini. “Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena
aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi
gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku
merasa pengen kencing. “Mas maih jauh ya”. “Napa Din”. “aku pengen
pipis”. “Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Din”.
“abis apaan?” “Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”.
“Ih”, kucubit lagi pinggangnya.
Mobilnya sudah masuk ke satu vila.
Ada seorang bapak2 yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang
ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil,
ikut dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi
halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana
mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan
pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja. “Setelah
selesai, dia berkata kepada si bapak, “Pak kami mo menginap di vila
ini”. “Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah
saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan
dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami
berdua. “Din, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum. aku jadi
berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering
mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan
cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku
jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.
Aku
menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat
di sampingku, “Dina sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra
kedua belah tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke
wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami
bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima
detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat
kukecup tadi memejamkan mata, “Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang.
Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut. Dia berusaha mengecup bibirku
lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya,
dadanya kutahan dengan lembut. “Mass” bisikku lirih. “Dina sayang, mau
ya”, rayunya lagi. “Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku. “Takut apa
sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku. “Aku takut
Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku. Dia menggenggam kuat kedua
tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku. “Dina sayangku, aku
terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah
aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”,
bujuknya untuk lebih meyakinkanku. “Tapi Mas” bisikku masih ragu. “Din,
percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru
beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau
Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi. “Lalu
kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.”Aah,
jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu
sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya. Rasioku sudah tidak jalan
dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan
kenikmatan yang makin menggebu.
Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat, “Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku. “Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh… Mas”, aku merintih pelan. “Mas aah mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku. Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya.
Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas
perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium,
namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku, “eeehh Mas..berjanjilah
dulu Mas”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit
memburu. “Oooh Dina sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh
aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya. Sementara jemari
tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu
meremas gundukan memekku lagi. “Ba.. baiklah Mas, aku percaya sama Mas”,
bisikku. “Jadi?” tanyanya. “hh. lakukanlah mass, aku milik Mas
seutuhnya.. hh..” jawabku. “Benarkah? ooh..Dina sayanggg.” Secepat kilat
bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung
kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia
mengecup dan mengulum bibirku cukup lama. Dia mempermainkan lidahnya di
dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit
lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan,
lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian.
Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup.
“aah Dina sayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?”
tanyanya curiga. “Mm aku belum pernah punya pacar Mas, kan Mas yang
selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku. “Wah kamu belajarnya cepat
seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya.
Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku
menundukkan mukaku, malu. “I…iya Mas, beberapa kali”, sahutku terus
terang sambil tetap menundukkan muka. “Dina sayang, kamu nggak kecewa
khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?”
tanyanya. “Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Mas, aku
ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sahutku
lirih.
Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku
mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu
diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan
mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak
sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan
kiri dan dia mencium rambutku. “Oooh masss”, bisikku lirih. “Enaak
sayang diusap-usap begini”, tanyanya. “hh… iiyyaa mass”, bisikku polos.
Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku
dengan sangat gemas. “sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku
menggelinjang keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan
kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya,
sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia
mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas mengusap-usap
bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas,
mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung
jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus
perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya
seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku
melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Mas sakitt, jangan
keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari
tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan
membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh..”
tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya
sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa
Mas?” “Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru
membuka celana panjangnya di hadapanku. Aku tak menyangka dia berbuat
demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka
sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung
mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke
samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli,
batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di
permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, “Uuuaahh…nikmatnya”. “Din sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari. Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku. “Iiihh… Din… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli. “Itu Mas, kontol Mas”, sahutku lirih. “Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli. “Iya…m..Mas, tapi kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka. “Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal. “Iiih… malu aah Mas, jorok.” “Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.
kedua
tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih
kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala
kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik
lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang
kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu,
akhirnya aku hanya menurut saja. Pertama kali aku hanya mau memegang
dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua
tanganmu”, rayunya penuh nafsu. “Iiih… keras sekali Mas”, bisikku sambil
tetap memejamkan mata. “Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng
sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang
nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas
kuat. Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku. Aku menatapnya
gugup. “Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang
oohh…” erangnya lirih. Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu
jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan
meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh nikmat. Aku kini sudah
berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku
itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri
berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas
kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss
sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil
tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan
kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok
kontolnya itu maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan
nikmat. Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua
tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia
semakin tak terkendali, “Din… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr”
teriaknya keras. aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu,
aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara
pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. “Kamu kok
lari sih…” bisiknya lirih disisiku. “Tadi katanya pejunya mau keluar
mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos. Rupanya dia gak mau ngecret karena
aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.
Dia meraih
tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku
menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku
yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua
lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan
mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan
napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian
pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku. Sementara bibir
kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah
tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas
bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya
bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam
cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga
mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu
menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja. Sementara itu dia
mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun
baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa
kecil, “Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran. “Abisnya… Mas sih,
kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil.
Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak
menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera
jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali
kuremas.
Dia menggelinjang nikmat. “aagghh… Din… terus sayang…”
bisiknya mesra. Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya
yang sedang meringis menahan rasa nikmat. “Enaak ya mass…” bisikku
mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan
mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.
“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus
mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke
samping.
Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di
hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur. “Sayang… kau
suka yaa sama kontolku”, katanya. Sambil tetap mengocok kontolnya aku
menjawab dengan polos. “suka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras
banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi. “Lucu apanya sih?”
tanyanya. Aku memandangnya sambil tersenyum “pokoknya lucu saja”,
bisikku lirih tanpa penjelasan. “Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa
yaa… aku pengen liat dong”, katanya. Aku mendelik sambil melepaskan
tanganku dari kontolnya.
“Mas jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi. Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.
Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat
melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin
tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah
sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah
dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara
pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini
terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak
sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu
ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku
menatapnya sambil tetap tersenyum. “Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya. Aku
hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua
tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke
atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.
“Oooh…Masss” aku merintih kecil. kemudian jemari kedua tangannya merayap
ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu.
Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas,
sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini
terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.
Menggembung membentuk
seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke
bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah
gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang
mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku.
Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. “Oohh.. Din,
indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia
mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan
kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya
hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya.
Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di
mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis
kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu. Toketku
berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali
bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak
berwarna merah muda kecoklatan. “kamu cantik sekali sayang”, bisiknya
lirih. Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri
lagi. “Mass… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan
semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra. Dia merangkul
tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh
kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang.
Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,
“Aahh.. Din kita ng***** di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot
sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi. Aku hanya tersenyum dalam
pelukannya. “Terserah Mas saja, mau ng*****nya dimana”, sahutku mesra.
Dengan
penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar.
Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di
dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang
pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua
gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak
menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera
membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja
begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi
seluruh isi kamar. Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di
ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum.
Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia
sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku. “Buka pahamu sayang, aku
ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu. “Mass…” aku hanya
melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang
tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat
membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua
bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang..
kamu kan masih perawan.” “Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah. Lalu dengan
jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku
memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara
belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku
bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah
Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww
pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku
menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya
untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir
ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan
kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan
memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil
menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali. “Tahan
sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai
merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan
terjepit ketat sekali dalam liang memekku. “aawwww…. masss sakiit…”
teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan. Dia berusaha
menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan
perlahan. Lalu, “tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku
tekan lagi yaah”, bisiknya.
Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya
yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan. “Ah… sayang, aku
masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering
sayang.” “memekku sakit Mas”, erangku lirih. “Yahh… aku tahu sayang kamu
kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu
nyampe”, bisiknya bernafsu. Segera dia merebahkan badannya di atas
tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang, “Din… hh.. bagaimana
perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas
berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos. “Iyaa sayang,
anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal. “Iih.. Mas, Mas
cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku
selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan
melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku
dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan
kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak
terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika
tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai
menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama
pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya
menekan gundukan bukit memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara
memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir
memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang
kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran
memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi.
Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil, “Aawwww… Mas saakiit”,
erangku. “Aahh.. Din… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh
keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu
bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di
atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku.
Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung
“Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai
dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku
yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan
nikmat. “Mass, geli”, erangku lirih. Beberapa saat dia mempermainkan
kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang
lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. ” Mas…” aku semakin
mendesah tak karuan. Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas
kedua toketku dengan sepenuh nafsu. “Aawww…Mas”, aku mengerang dan kedua
tanganku memegangi kain sprei dengan kuat. Dia semakin menggila tak
puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara
bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai
basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan,
digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan
gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan.
Lima menit kemudian
lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap
kedua pentilku sekuat-kuatnya. Dia tak peduli aku menjerit dan
menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan
meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan
meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.
Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap
kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil
terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali
memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak
heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak
berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup
lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap
menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai
mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh
perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan
bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku. “Buka pahamu
Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu
membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. “Oooh… masss”, aku
hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan
ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat
terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku
kelihatan tegang sekali. “Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”,
katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau IDin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya. Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos. Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku itu tertutup rapat. “MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal. “Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.
Selanjutnya
aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan
bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara
kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan
bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan
meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir
memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium
bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah
untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah. Karena ulahnya
aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan
terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit
kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia
memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak
bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan
bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik
cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai
kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan
sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan
jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin
keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.
Tubuhku menggeliat hebat,
kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang
tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin
buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan
jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah
oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah
terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna
kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar,
namun aku memekik kecil karena sakit. “aawww mass.. sakiit”, pekikku
kesakitan. “maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir. Dia mengusap
dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu
disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali
terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan
daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah
itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat
dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai
menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil
menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat,
pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi
luput.
Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu
kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir
memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu
ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali
menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali
mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke
atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan
menyentil-nyentil itilku. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku
terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa
cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku
beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun
jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan
yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang
keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air
liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan
memekku sampai agak kering, “Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun
aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku
tersenyum bahagia. “Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya
sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang
berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia
menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal
pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik
bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku
yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua
belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal
kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku. Aku menggeliat manja
dan tertawa kecil, “Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja. “Sayaang,
kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya mass… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut
sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan. Sedikit disibakkannya bibir
memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang
besar ke liang memekku yang sempit.
Dia mulai menekan dan aku pun
meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang
memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku
menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan
plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. “Tahan
sayang…” bisiknya bernafsu. Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu
kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.
Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih
leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya
kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali
menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi
mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan
tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang
menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan
aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku
robek. Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang
memekku yang luar biasa sempit itu.
Dia memegang pinggulku, dan
ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis
terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek
keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya
mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi
pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah
tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak
keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku
yang luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya
sayu. “Mass… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih. Kami
sama-sama tersenyum.
Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang
telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan
dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas
semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang
masih menahan sakit menerima tusukan kontolnya. “Mas… bagaimana
rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku
menggigit bibir menahan sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku
nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”,
bisiknya. “MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap
tersenyum.”Oke…nanti setelah ng***** kita cari obat di apotik, obat
anti hamil”, bisiknya gemas. “Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali
mencubit pipinya. “Biariin…” “Maasss…” aku agak berteriak. “Apaan sih…”
tanyanya kaget. Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.
“dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya. “Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja. Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang meng*****i dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya. “Awww… aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan. “Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami
tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar
mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia
mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak
berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”,
erangnya. Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki
satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan
oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari
kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang
kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa
yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil
mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan
yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar
tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa
merasa jijik. “Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku. “Ya
udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya.
.Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.
DIa
membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.
“Din, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain
peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil
membelai pipiku. “Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya
mas”, jawabku pasrah. Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi
keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat
bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya
menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut
dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan
itu yang terasa nikmat. “Mas enak sekali..” nafasku terengah2.
Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya,
dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat
supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan
memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan
jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia
menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku
telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku
untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar
masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati
memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan
pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.
Aku
ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan
bantal. “buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku. “biar
masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya
sambil menelungkup diatasku. Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah
banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan. “Ayo Mas cepat,
aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. “Wah kamu sudah
napsu ya Din, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget
sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.
Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku. “Pelan2 ya
mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar
menerobos memekku yang masih sempit. Dia terus menekan2 kontolnya dengan
pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga
dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem
sekali. “Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak
Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku. “Aku juga mau
keluar, yang”, jawabnya. Dengan hitungan detik kami berdua nyampe
bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2
kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan
tenaga.
Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku
mengemut kontolnya lagi. “Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?”
yanyanya. “Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti
tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung
ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar
masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan, “Enak banget Din
emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat
banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak
menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku. “Din, aku udah mau ngecret
nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku
nungging. “MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku
tidak mengerti. “udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari
belakang”, jawabnya. Sambil nungging aku bertanya lagi, “Mau dimasukkin
di pantat ya mas, aku gak mau ah”. “Ya gak lah yang, ngapain di pantat,
di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. dengan pelan
diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua,
terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku
diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut.
Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku.
Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai
memompa dengan semakin cepat.
Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot,
sakit sudah tidak terasa lagi. “Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot,
terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”,
erangku. Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet
dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang
keras dia melenguh, “Din aku ngecret, aah”, erangnya. “Mas, aku nyampe
juga mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga
nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.
Ketika aku terbangun, hari
udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki
terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka
mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan
menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas,
diciumnya pusarku. ” Mass, geli!” aku menggeliat manja. Dia tersenyum
sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang
beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak
sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut
menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke
pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan
jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut
toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat
dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan
tangan kanannya.
“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan
wajahnya ke wajahku. Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar
pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang
nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi,
kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir
memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2
berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan
pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa
bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku,
dadanya direndahkan sehingga menekan toketku. “Oh…mas”, lenguhku ketika
ia menciumi telingaku. “Kakimu dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya
sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya terus meremas toketku
sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di
pinggangnya.
Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya
memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal
ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak
keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia
menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya
ketika melihat aku meringis. “Sakit yang”, tanyanya. “Tahan sedikit
ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang
terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2. Dia
terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak
merasa sakit. “Din, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil
menarik kembali kontolnya. Dia mencium bibirku dengan lahap dan
mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol
dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara
reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih
dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia
menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup
bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi
pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya
sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat
membelit pinggangnya.”Akh mas”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah
masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya. “Masih sakit
Din”, tanyanya. “Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa
biji pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya
keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku
tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi
terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong
kontolnya masuk semua, “Din, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ng***** dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk. “Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk. “Din, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.
October 17, 2013
Gairah membara 3gp
Label:
ABG,
Ayam Kampus,
Binal,
Bokep,
Cerita Seks,
Film 3gp,
Foto,
free download,
Kuliah
Kakak Nakal 3gp
Label:
ABG,
Ayam Kampus,
Binal,
Bokep,
Cantik,
Cerita Perawan,
Film 3gp,
free download,
Seks Remaja,
SMA,
SMP
October 14, 2013
Ce Putih Meki Sempit Warna Pink ML 3gp
Selamat menonton. Ikuti blog ini dengan cara berlangganan via FB untuk mendapatkan update terbaru
October 9, 2013
October 8, 2013
October 7, 2013
Bercinta dengan Perawan
Ani |
Waktu itu saya masuk sebuah sekolah akademik diploma 1 tahun di
Bandung, dan ternyata semua mahasiswi-mahasiswinya di sini lumayan
cakep-cakep juga. Setelah 2 minggu lewat saya mulai akrab dengan semua
mahasiswa-mahasiwa sekampus, dan terus terang di jurusan saya (Manajemen
Informatika), perempuannya hanya sedikit sekali, dan kampus ini juga
baru berdiri jadi belum begitu terkenal.
Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.
Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.
Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.
Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.
Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, “Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.”
“Iya nih!” sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
“Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..”
Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.
“Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku?” bantahku.
Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
“Ayo sekarang kamu mau curhat lagi?” kataku.
“Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.”
“Ya udah.. abis gimana lagi”, katanya.
Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.
Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.
Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.
Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.
Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, “Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.”
“Iya nih!” sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
“Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..”
Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.
“Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku?” bantahku.
Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
“Ayo sekarang kamu mau curhat lagi?” kataku.
“Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.”
“Ya udah.. abis gimana lagi”, katanya.
Dalam
hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih,
karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit
menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho
anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus
rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia
membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya
ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini
adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang
sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya,
langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang
sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus,
sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di
puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat,
“Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eenakk”, suaranya yang
kecil dan merdu.
Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang,
tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi. “Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu?” kataku. “Iya
Ted, tapi nggak sering.. aaksshh..” kata dia sambil mendesah, tanganku
diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil
lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi
dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan.
Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara
perlahan.
Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, “Aaakshh.. hsstt oks!” dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. “Waduuhh.. enak sekalii akkhhss..” aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. “Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang”, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.
Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, “Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth”, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara.
“An, kamu masih perawan nggak?”
“Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs”, katanya. Ternyata dugaanku benar.
“Tapi sama pacar kamu itu?”
“Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja”, kata Ani.
“Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang..” dia tidak melanjutkan pembicaraannya.
“Okh.. ookh.. okh.. sstt..” dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. “Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset”, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.
“Ted, ternyata pedih juga, aahh!” katanya.
“Tapi teruskan saja Ted..”.
Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, “Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya”, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.
“Ssstt.. sstt..” desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. “Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt”, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini kedengaran. “Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss..” katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. “Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih!” kataku. “Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja”, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. “Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja”, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. “Creett.. cret.. cret.. crret” dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.
Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.
sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan “nikmat” seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.
Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, “Aaakshh.. hsstt oks!” dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. “Waduuhh.. enak sekalii akkhhss..” aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. “Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang”, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.
Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, “Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth”, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara.
“An, kamu masih perawan nggak?”
“Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs”, katanya. Ternyata dugaanku benar.
“Tapi sama pacar kamu itu?”
“Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja”, kata Ani.
“Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang..” dia tidak melanjutkan pembicaraannya.
“Okh.. ookh.. okh.. sstt..” dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. “Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset”, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.
“Ted, ternyata pedih juga, aahh!” katanya.
“Tapi teruskan saja Ted..”.
Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, “Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya”, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.
“Ssstt.. sstt..” desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. “Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt”, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini kedengaran. “Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss..” katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. “Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih!” kataku. “Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja”, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. “Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja”, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. “Creett.. cret.. cret.. crret” dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.
Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.
sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan “nikmat” seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.
Label:
ABG,
Ayam Kampus,
Binal,
Bokep,
Cantik,
Cerita Dewasa,
Cerita Perawan,
Cerita Perselingkuhan,
Cerita Seks,
Cerita Seks Sedarah,
ganteng,
Kuliah,
Lesbi,
Pemerkosaan,
Seks Remaja,
SMA,
SMP,
SPG,
swowcam,
Tante
Subscribe to:
Posts (Atom)
Paling HOT Saat ini
-
Mufidah adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 31 tahun. Selama 6 tahun perkawinanny...
-
Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan sala...