“OK… siap ya. 1… 2... 3….” Terdengar bunyi klik dari sebuah kamera yang bersamaan dengan kilatan cahaya lampu.
“OK, sekali lagi. 1… 2… 3…. Cakep!”
Saat
itu di satu studio foto sedang dilakukan sesi pemotretan. Studionya
tidak terlalu besar namun nyaman dan peralatannya juga cukup lengkap.
Ada 2 buah kamera di sana dengan flash yang bagus, ada juga lampu besar
berjumlah 2 buah, satu tripod dan satu payung reflektor yang digunakan
untuk meredupkan pencahayaan. Ada juga beberapa kostum di sana, mulai
dari gaun pesta, baju pengantin, tank top, rok mini, sampai beberapa
bikini dan lingerie.
“Coba ganti posenya lebih sexy sedikit… Ya
begitu… 1… 2… 3…” demikian suara yang keluar dari seorang fotografer.
Fotografer itu beberapa kali mengarahkan pose sang model, yang
kelihatannya masih amatir. Nama fotografer itu adalah Pandu, fotografer
profesional berumur 38 tahun yang sudah 10 tahun menekuni bidang
fotografi. Fotografer berbadan gempal dan berambut keriting itu
sebenarnya dari tadi sudah sangat nafsu melihat model amatir yang sedang
berpose di hadapannya. Maklum saja, si model itu berwajah cantik dan
masih malu-malu sehingga menambah kesan tersendiri bagi sang fotografer.
Apalagi saat ini si model hanya memakai kemeja putih yang 2 kancing
atasnya sudah terbuka, sehingga memamerkan lekukan dadanya yang ranum.
Si model bernama Sherly. Mahasiswi semester 2 jurusan ilmu komunikasi
di salah satu universitas swasta di kota itu. Umurnya baru 18 tahun,
baru setahun lalu lulus dari SMA.
Sherly memiliki wajah yang cantik dan
badan yang langsing, yang merupakan syarat dasar jadi fotomodel.
Ditambah lagi kulitnya yang putih mulus bak pualam. Dia sangat populer
di kalangan laki-laki di kampusnya. Matanya yang bulat indah, juga
bibirnya yang tipis seksi, dan hidung mancung menambah kesempurnaan
gadis itu. Semua keindahan tubuh yang dimiliki Sherly akhirnya membawa
dia menjadi model amatir seperti saat itu. Tapi itu juga karena
terpaksa. Terpaksa karena mahasiswi cantik itu lagi kena krisis
keuangan. Sherly termasuk mahasiswi yang boros. Pergaulannya dengan
sosialita di kampusnya membuat dia menjadi suka hura-hura dengan
teman-temannya (hangout, salon, shopping, dll) sehingga membuat uangnya
cepat habis.
Gaya hidupnya itu akhirnya membuat dia banyak kena tagihan
kartu kredit dan tak bisa membayar uang kuliah, yang membuatnya terancam
tak bisa ikut ujian semester. Untuk meminta ke orangtuanya dia tak
mungkin karena dia sudah terlalu sering meminta uang, lagipula dia
selalu dijatah uang bulanan yang sebenarnya lebih dari cukup. Dia
akhirnya bingung cari uang ke mana. Untuk meminjam ke teman dia malu.
Pacarnya juga tak bisa membantu karena juga sedang susah keuangan.
Akhirnya pacarnya memberi saran untuk cari duit lewat modelling karena
pacarnya kenal beberapa fotografer.
Hari itu sesi pemotretan ketiga buat Sherly dengan fotografer yang
bebeda. Yang pertama sampai ketiga tidak banyak memberikan uang bagi
Sherly karena hanya difoto untuk hunting foto biasa aja. Honornya juga
tidak besar, hanya cukup untuk biaya makan seminggu. Lewat fotografernya
yang ketiga dia akhirnya dikenalkan ke Pandu, yang katanya mau memberi
honor besar asal mau difoto indoor dengan konsep apa saja. Maka
sampailah Sherly di studio foto pribadi milik Pandu. Sherly sengaja
tidak memberitahu pacarnya agar tidak ditanya-tanya nantinya, karena
pacarnya akhir-akhir ini sangat cemburuan dan curiga kepadanya. Pokoknya
gadis bertubuh sexy itu bertekad akan melakukan konsep foto apapun asal
dapat banyak duit.
“Sekarang coba buka satu kancing lagi Sherly,” kata Pandu.
“Tapi
malu Bang…” jawab gadis manis itu. Memang dia belum pernah difoto
sampai buka kancing baju. Biasanya hanya difoto di outdoor dengan gaun
biasa dan di hadapan beberapa fotogafer sekaligus.
“Gak usah malu cantik, punya body oke gak apa apa dong diexpose,” ujar Pandu.
“Iya…
tapi…” jawab gadis itu ragu. Sebelumnya dia memang belum pernah foto
sampai senekad ini. Kalau pacarnya tahu, pasti dia sudah dimarah-marahi
habis-habisan.
“Ngapain malu sih. Lagian kan cuman ada kita berdua
di studio ini. Nanti hasil fotonya buat koleksi pribadi kok,” bujuk si
fotografer.
Akhirnya Sherly pun membuka 1 kancing bajunya lagi,
sehingga dadanya mulai terbuka dengan lebih jelas. Dia masih mengenakan
bra berwarna merah, yang menutupi payudara 34C nya yang ranum. Pandu
makin bersemangat memainkan kameranya. Berbagai pose dia minta untuk
dilakukan Sherly. Sekitar 20 kali jepret, Pandu mulai menaikkan tempo
lagi. Dengan bujuk rayu dia meminta Sherly untuk membuka semua kancing
kemeja yang tersisa. Sebagai fotografer yang sudah sering menghadapi
model untuk pemotretan bertema sexy Pandu ternyata punya ilmu merayu
yang ampuh; tentu saja begitu, kalau tidak pasti susah dong membuat
cewek-cewek itu mau buka baju di depan kameranya? Tidak puas hanya
dengan itu, setelah 20 jepretan lagi Pandu juga meminta Sherly melepas
rok. Seperti sebelumnya, awalnya Sherly menolak karena alasan malu dan
takut. Tapi Pandu lagi-lagi berhasil meyakinkan bahwa ini hanya foto
private dan file fotonya akan disimpan sendiri. Maka akhirnya Sherly
lepas rok dan tinggal mengenakan bra dan CD saja. Benar-benar
pemandangan yang bisa membuat mata lelaki manapun melotot, termasuk si
fotografer. Pandu menelan ludah melihat body putih mulus khas mahasiswi,
dengan kulit mulus dada dan perut Sherly. Payudara Sherly yang montok
sekarang tampak di depan Pandu dalam bra. Lengkung indah sepasang buah
dada Sherly terpampang jelas. Pasti enak rasanya bisa berada di dekapan
dada itu, batin Pandu.
"Udah siap mulai belum Bang?" tanya Sherly membuyarkan khayalan nakal Pandu.
“Eh
udah… bentar ya…” kata Pandu sambil menyuruh Sherly duduk di sofa yang
ada di studio. Dia kemudian mengarahkan 2 lampu ke tubuh Sherly. Paha
Sherly yang putih mulus tanpa noda itu terpampang dengan jelas, yang
membuat kepala Pandu mulai cenat-cenut.
"Posenya gimana? Aduh Sherly
grogi nih Bang..." kata Sherly sambil berusaha menutupi dadanya. Tanpa
sadar Sherly menggigit bibirnya, tapi itu membuat wajahnya jadi terkesan
nakal di mata Pandu. Makin gemaslah Pandu.
"Terserah kamu aja. Yang penting relax," kata fotografer gempal itu.
Sherly
lalu duduk dengan manis di atas sofa, kedua kakinya dirapatkan,
wajahnya malu-malu. Pandu senang dengan ekspresi grogi modelnya. Sudah
ingin rasanya dia menerkam gadis cantik itu. Tapi dia menahan diri.
Baginya justru lebih baik dia santai-santai saja biar kelihatan
profesional. 20 jepretan awal Sherly masih agak kaku, tapi selebihnya
sudah mulai relax. Itu berkat kemahiran Pandu membuat rasa nyaman di
hati Sherly. Apalagi Pandu membantu atur pose sang model, tentunya
sambil meraba-raba sedikit, merasakan kehalusan kulit mulusnya.
“Ayo sekarang Sherly, buka lebar kakinya ya” pinta Pandu.
Mungkin
karena sudah percaya dengan si fotografer, dengan santai Sherly membuka
lebar pahanya, sambil berpose dengan sensual. Di balik kameranya Pandu
bisa melihat bulu-bulu halus di sekitar CD si model. Pandu menelan
ludah. Dengan cekatan dia langsung mengambil beberapa gambar close-up ke
arah tersebut. Kemudian Pandu menyuruh Sherly berpose membelakangi
kamera. Lima kali menjepret pose itu, dia kemudan menyuruh sang model
merunduk kedepan dengan agak nungging. Pinggul sherly yang bulat
menantang itu benar-benar terekspos frontal ke kamera. Pandu makin
gerah, AC di ruangan tak bisa menetralisir keringatnya. Si fotografer
bisa melihat vagina Sherly tercetak jelas di balik CD merahnya. Batang
kemaluan Pandu sudah tegang berdiri melihat Sherly menungging dengan
sexy di atas sofa.
"Tahan posisinya ya Sherly," kata Pandu sambil
mendekat, dia ingin meraba pantat gadis itu. Dengan alasan agar Sherly
lebih menunduk, Pandu menekan-nekan pantat gadis itu ke bawah. Sungguh
kenyal dan lembut sekali tubuh gadis 18 tahun itu. Ingin rasanya Pandu
memperkosa Sherly dengan posisi doggy style, menunggangi gadis cantik
itu sampai puas. Tapi fotografer itu menahan diri. Dia sudah punya
“senjata” untuk menikmati gadis itu nantinya.
“Kata Johan kamu lagi butuh duit banget ya. Makanya mau jadi model freelance,” kata Pandu sambil tetap memainkan kameranya.
“Iya Bang.” Jawab Sherly singkat. Mereka melakukan pembicaraan di sela-sela sesi foto.
“Emang butuh berapa sih?”
“Pokoknya banyak deh bang. Buat bayar uang kuliah nih, biar bisa ujian” jawab Sherly.
“Sebenarnya saya mau bantu kamu sih, tapi…” kata Pandu menghentikan omongannya.
“Tapi apa bang? Aku mau deh asal ada duitnya. Hehe… ” jawab Sherly cepat.
“Tapi kayaknya kamu ga bakal mau.”
“Ya Abang bilang dulu apa. Kali aja bisa.”
“Tapi
jangan marah ya. Ini juga kalau kamu lho. Aku dari dulu pengen banget
foto cewe bugil. Konsep Nude Art gitu. Mau ga kamu jadi model bugilku
yang pertama? Kalau kamu mau, aku kasih satu juta deh. Cuma foto doang.”
Ada jeda beberapa detik di antara mereka. Sherly sangat kaget
sebenarnya mendengar permintaan aneh sang fotografer. Difoto bugil. Dia
belum percaya sang fotografer yang baru ditemuinya itu. Masa’ baru kenal
sudah berbugil ria. Di samping itu dia takut jika nanti fotonya
tersebar di internet seperti foto-foto artis yang dulu-dulu. Bisa malu
dia dan keluarganya.
“Tapi kalau kamu ga mau juga ga apa-apa. Gak
maksa kok,” kata Pandu sambil tersenyum. “Oh iya, kamu pikir-pikir dulu
bentar ya. Saya mau ke kamar mandi,” lanjut Pandu sambil pergi ke kamar
mandi yang ada di belakang studio.
Sepeninggal sang fotografer,
Sherly hanya diam saja. Pikiran berkecamuk di otaknya. Di satu sisi dia
butuh uang banyak, di sisi lain dia masih ragu. Untuk foto hanya pakai
CD dan Bra seperti sekarang saja bukan perkara gampang buat mahasiswi
cantik itu. Apalagi sekarang diminta untuk telanjang bulat. Benar-benar
pertarungan batin bagi Sherly.
“Gimana Sherly, mau ga?” kata Pandu
dari balik pintu, yang membuyarkan lamunan gadis itu. “Ayolah, mau kan
difoto gitu? Saya janji ga akan nyebarin. Buat koleksi pribadi saja,”
bujuk Pandu. Dia seolah paham keraguan gadis itu.
“Lagian kamu pasti
sudah pernah kan bugil di depan cowok kamu,” pancing Pandu, yang
dijawab anggukan Sherly. Dalam hati Pandu tertawa, pancingannya kena.
“Nah
itu dia, anggap aja aku cowokmu. Jadi ga usah malu. Janji deh ini cuma
buat koleksi pribadi,” bujuk Pandu lagi dengan nada ramah menjerumuskan.
“Emang sudah berapa cowok sih yang pernah lihat kamu telanjang?”
“Ehhhh… tiga orang. Pacar pertamaku, pacarku yang sekarang dan dulu ada tetangga kost,” jawab Sherly malu-malu.
“Ga
masalah kan tambah satu orang lagi yang lihat kamu bugil? Lagian buat
foto doang. Oke? I’m a professional photographer,” cecar Pandu dengan
bertubi-tubi, menggoyahkan Sherly.
Bujuk rayu dan iming-iming duit
banyak akhirnya membuat Sherly pasrah. Toh dia juga sekarang sudah
setengah bugil, jadi tanggung, pikirnya. Tinggal lepas bra dan CD saja.
Lagipula Sherly juga sadar kalau dia sudah bukan perawan. Sudah beberapa
lelaki melihat tubuh telanjanganya mulai dari sejak SMA dulu saat mulai
nakal-nakalnya. Dia cuma mengaku tiga ke Pandu, padahal sebenarnya
lebih. Apalagi tawaran si fotografer sangat menggiurkan menurutnya. Satu
juta untuk foto, dan itupun hanya untuk koleksi pribadi. Tidak pakai
modal pula. Kapan lagi bisa dapat duit gampang seperti sekarang, pikir
Sherly dalam hati.
“Tapi janji ga akan disebar kan?” Sherly memastikan sekali lagi.
Pandu tertawa penuh kemenangan. “Saya janji Sherly,” katanya. “Nah sekarang buka bra dan CD kamu ya...?” rayu Pandu.
Walaupun
Sherly sudah setuju, tapi pas mau buka bra-nya, dia keliatan sangat
grogi. Sambil melihat sang fotografer yang juga tegang dia sempat
bertanya: “Cowokku ga bakal dikasih tahu juga kan?”
“Ya ga
mungkinlah. Nanti bisa-bisa saya dihajar,” kata pandu. “Ya udah ga usah
banyak tanya, sekarang tolong buka bra. Aku mau lihat tokedmu yang
montok itu. Dari tadi rasanya udah pengen motret toked sexy kamu Sher.”
Dalam
hati Sherly terbit rasa bangga dikomentari seperti itu. Seperti
biasanya perempuan, Sherly senang kalau dianggap menarik, sexy, apalagi
Pandu menyatakannya terang-terangan. Rasa bangga itu bikin Sherly makin
berani. Segera kedua tangan Sherly menggapai pengait bra di punggungnya.
Dengan mudah terlepaslah bra itu itu dari tubuhnya. Segera dilemparnya
bra itu ke atas meja di sudut studio foto itu. Kini kedua payudara
Sherly terbuka lebar-lebar dan bisa dilihat sang fotografer dengan
bebasnya.
“Wah... cakep banget dada kamu Sherly. Kamu emang cocok jadi fotomodel,” puji Pandu.
Memang
payudara Sherly betul-betul putih mulus dan indah menggoda. Dada ranum
khas mahasiswi. Kedua putingnya berwarna kemerahan, nampak segar
menantang untuk dikulum. Sejenak Pandu memandangi diri Sherly, sebelum
akhirnya menyuruh gadis itu kembali berpose di atas sofa. Dengan
semangat sang fotografer menyuruh berbagai gaya yang tak lepas dari
pameran buah dada sherly yang berkualitas itu. Pandu menyuruh Sherly
meremas pelan dadanya sambil meminta ekspresi mulut mendesah. Pandu lalu
mendekat ke arah Sherly. Sambil merapikan rambut sherly dia berbisik
pelan ke telinga gadis itu: "Kamu seksi banget deh. Sudah kayak model
majalah FHM.”
"Makasih," ucap Sherly pelan. Dipuji begitu membuat Sherly makin pede.
"Ayo
sekarang lebih hot ya,” pinta si fotografer sambil kembali ke belakang
kamera. Sherly tersenyum malu-malu. Gadis itu lalu membelakangi kamera
dan kemudian menunggingkan badannya ke arah kamera. Dia berpegangan pada
sandaran sofa. “Seperti ini?” tanya Sherly.
“ Yah, begitu, sexy banget deh badan kamu, sangat sexy...” ujar Pandu, sambil memfoto pose itu beberapa kali.
Dada
Sherly yang ranum makin sexy terlihat karena dia menungging. Sherly
melirik ke arah Pandu yang terkagum-kagum didepannya. Sherly juga
memperhatikan adanya tonjolan yang makin lama makin besar di
selangkangan Pandu.
Sesudah beberapa jepretan dalam pose itu,
kemudian Pandu akhirnya tidak sabar untuk menikmati “hidangan utama”
yaitu vagina gadis cantik itu. Disuruhnya Sherly melepas CD. Lagi-lagi
butuh waktu lama agar Sherly untuk meng-iya-kan. Dia nampak grogi dan
malu. Tapi Pandu sabar dan tidak keburu nafsu. Fotografer itu paham
betul jika “mangsa”nya ini sudah dalam genggaman tangannya. 10 tahun
bergelut di dunia fotografi adalah waktu yang cukup lama untuk
menaklukan model-model seperti ini.
“Ayolah dibuka CD-nya. Ngapain malu. Toh sudah beberapa cowok kan yang lihat mekimu”.
Agak
panas kuping Sherly mendengar kata-kata Pandu. Emang gue cewek
gampangan apa? batinnya. Dia hanya diam waktu Pandu mendekat dan bilang:
“Aku lepasin CD-nya ya?" Sherly tak menjawab, hanya mengangguk,
wajahnya merah.
Dengan cekatan Pandu memelorotkan celana dalam mini
Sherly, sampai ke lutut. Vaginanya kini begitu jelas terpampang di depan
muka si fotografer. Tampaklah bulu kemaluan si model yang nampak
kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Mata Pandu seperti mau copot
waktu memandang vagina Sherly. Matanya benar-benar nanar memandang
daerah di sekitar selangkangan gadis berusia 18 tahun tersebut. Nafas
laki-laki itu demikian memburu.
“Sempurna. Benar-benar sempurna
tubuhmu,” puji Pandu. Batang kemaluannya sudah sangat mengeras. Dengan
cekatan Pandu mengambil beberapa foto. Fokus utamanya tetap ke vagina
model itu. Tampak bulu kemaluan Sherly yang cukup lebat menjadi santapan
blitz kameranya.
“Kamu bakat jadi model majalah dewasa… luar biasa,” puji Pandu lagi sambil tetap menatap bagian yang paling rahasia itu.
Pandu
kemudian meminta Sherly untuk membuka lebar-lebar kedua pahanya
sehingga dapat melihat liang vaginanya yang bagian dalam. Vagina yang
masih sempit dan berwarna merah segar. Ingin rasanya Pandu membenamkan
wajahnya ke liang vagina gadis itu. Beberapa kali hasil jepretannya
buram karena tangannya gemetar. Fokusnya sekarang hanya ke dada dan
vagina Sherly. Sesekali tangannya meraba-raba tubuh Sherly dengan alasan
memperbaiki pose. Sambil tetap nungging, Sherly disuruh agar wajahnya
selalu melihat kamera dan dibuat sesensual mungkin. Sherly sekuat tenaga
mengusir rasa malunya. Dia mau terlihat profesional. Sambil berpose,
dibayangkannya yang melihat tubuh telanjangnya bukanlah fotografer,
melainkan pacarnya sendiri. Sherly memang sudah beberapa kali ML dengan
pacarnya itu, jadi telanjang di depan pacarnya adalah hal yang biasa
baginya. Ternyata hal itu lumayan berhasil. Sherly sudah mulai tidak
grogi lagi.
“Bagus Sherly… sexy banget… kamu mulai enjoy…” kata Pandu sambil tetap menjepret.
Sudah
hampir 200 jepretan total yang dia lakukan. Saat itu benar-benar Sherly
begitu sexy dan merangsang mata laki2 yang memandangnya. Tubuhnya yang
mulus, putih dan kencang itu terpampang diatas sofa hingga membuat darah
fotografer itu tersirap naik.
“Meki kamu kering banget. Kurang
fotogenik. Harus sedikit basah,” kata Pandu seolah-olah fotografer
profesional yang mengerti betul arti kata fotogenik dalam konsep foto
nude.
“Saya bantu bikin sedikit basah ya… mohon maaf sebelumnya,”
ujarnya dengan sok sopan minta izin. Pandu lalu mulai mengusap-usap
vagina bagian luar gadis itu. Sherly awalnya kaget ada tangan di
vaginanya, tapi cepat-cepat dia bayangkan bahwa yang merabanya itu
adalah pacarnya. Sherly tidak menolak (dan merasa tidak punya pilihan)
saat tangan gempal pandu meremas pantat dan juga menjamah liangnya.
Melihat tidak ada penolakan dari Sherly, pandu kembali memain-mainkan
kemaluan Sherly yang masih rapat itu. Digosok-gosoknya lubang vagina
Sherly itu hingga akhirnya basah. Sherly menggigit bibirnya. Dia lambat
laun horny juga. Mana ada wanita yang tak naik libidonya saat vaginanya
diraba-raba seperti itu. Apalagi yang Sherly bayangkan sekarang adalah
pacarnya mencumbuinya.
“Hmmmmmm...” desah gadis itu.
Melihat
Sherly yang sudah mulai horny, Pandu tersenyum penuh kemenangan.
Strateginya akhirnya berhasil. Dia memang sengaja merangsang vagina
Sherly agar cepat horny. Sebentar lagi dia akan menyantap vagina model
amatir itu. Tanpa menunggu lama kemudian jemari pandu mulai bermain-main
masuk ke dalam vagina Sherly. Saat Pandu melakukan itu, Sherly tidak
melawan sedikit pun. Dia hanya menutup mata dan sekuat tenaga menahan
desahannya. Mahasiswi cantik itu tanpa sadar ikut meregangkan pahanya
sendiri, membiarkan jari-jari Pandu serakah mengorek-ngoreknya. “Sudah
bisa mulai fotonya belum bang?” tanya Sherly di tengah-tengah kesibukan
si fotografer menginvasi vaginanya.
“Bentar lagi nih. Kalau sudah
benar-benar basah sekali pasti bagus ditangkap kamera,” akal-akalan
Pandu makin intensif sambil dia mempermainkan bagian tubuh terlarang
model amatir itu.
Sherly makin menggelinjang saat jari-jari
fotografer cabul itu sekarang memainkan klitorisnya. Benda seperti
kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jari Pandu yang membuat
Sherly menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat,
terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding
dalam liang itu. Sherly sadar bahwa ini bukan lagi bagian dari
pemotretan.
“Bang… Abang… ngapainnnn…?” Sherly bertanya basa-basi.
“Aku pengen cobain mekimu. Nanti kubayar dua kali lipat jadi dua juta.”
Habis
berkata begitu Pandu membalikkan tubuh Sherly jadi telentang di atas
sofa, lalu dia membenamkan kepalanya di selangkangan gadis itu. Kontan
Sherly bergetar seperti disetrum listrik saat lidah Pandu menari-nari
menyapu dinding vaginanya. Sherly tak sempat berontak karena begitu
cepat Pandu memainkan titik-titik ternikmatnya. Apalagi dirinya juga
sudah horny, sehingga membuat gadis itu hanya bisa pasrah.
"Ah... euh... ah... aw... " desah Sherly. “Tapi be... nar... ya Bang... du… a... ju... ta…” Sherly memastikan.
“Iya tenang aja. Sekarang kamu tiduran gitu. Biarin aku nyicip mekimu yang segar ini” kata Pandu.
Dan
tanpa membuang waktu lagi dia membenamkan kepala di antara paha Sherly
dan kembali menghirup aroma wangi liang kewanitaan Sherly. Pandu kembali
menjilati bibir kemaluan model amatir itu. Mahasiswi yang sudah
terangsang berat itu mengelus-elus kepala Pandu seraya membuka pahanya
lebih lebar, kepalanya menengadah menatap langit-langit. Sherly sungguh
tak menyangka dirinya bisa terlarut sedalam itu. Awalnya hanya foto,
sekarang jadi persetubuhan terlarang. Walau merasa merendahkan dirinya
dengan menggadaikan tubuhnya untuk duit, tapi Sherly segera membuang
pikiran itu jauh-jauh. Toh dia sudah tidak perawan, dan selama ini yang
menikmati tubuhnya hanya pacarnya saja. Dan Sherly merasa sedikit marah
karena pacarnya tidak bertanggung jawab atas kondisi keuangannya. Pikir
Sherly, kalau pacarnya tidak bisa bantu, tak masalah dia kalau
fotografer ini bisa “bantu”, walau dengan kondisi harus rela dicabuli
seperti saat ini. Pikiran yang berkecamuk di otak Sherly segera
teralihkan karena Pandu semakin menaikkan tempo permainan. Tangan kiri
sang fotografer cabul itu sekarang menjulur ke atas memijati payudara
kiri Sherly, sedangkan tangan kanannya mengelusi paha dan pantatnya,
sesekali juga ikut memainkan jarinya pada vagina Sherly. Sebentar saja
badan Sherly sudah menegang.
“Oh baaaaannngggggg......!” Sherly
menggigil tak berdaya sambil mencengkeram rambut keriting Pandu dengan
kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh karena saking gelinya.
Bahkan pacarnyanya tak berani melakukan itu padanya. Lidah si fotografer
makin lama makin meningkat intensitas iramanya dan Sherly mulai
kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan malu Sherly mulai menyadari
kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh Pandu.
“Aaah!!” lenguh Sherly keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pandu.
Lenguhan
Sherly makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi
di bawah rangsangan luar biasa dari Fotografer itu. Sherly sudah tidak
ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, semua hilang ditelan
nafsu (dan duit).
"Ah... Bang... Nngghh... oww... akukeluar... ahhhhhhh...!" erangnya lebih panjang di puncak kenikmatan.
Tubuhnya
jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah paha Sherly semakin erat
mengapit kepala Pandu. Tubuhnya lemas setelah sebelumnya mengejang
hebat, keringatnya menetes-netes. Sherly terenggah-engah dibuatnya.
Sungguh kenikmatan yang luar biasa. Baru kali ini dia menerima oral sex
sehebat itu. Pandu menatap tubuh telanjangnya yang sudah lemas dengan
penuh nafsu. Tubuh telanjang gadis itu benar-benar sexy sehabis orgasme.
“Kamu cantik banget waktu orgasme tadi,” kata Pandu sambil mengamati wajah Sherly yang penuh keringat.
Dia
mengambil kameranya sebentar dan memotret Sherly yang baru selesai
orgasme. Sebenarnya Sherly malu sekali. Mukanya memerah. Tapi dia tidak
bisa berbuat apa-apa.
“Aku benar-benar konak nih lihat body kamu.
Sexy banget. Kontolku sudah tegang dari tadi,” kata Pandu sambil
meletakkan kameranya. Dia sudah tidak sabar ingin membenanmkan kontol
gendutnya ke liang gadis cantik itu. Ketika Pandu mau mendekati Sherly,
tiba-tiba HP Sherly bunyi. Dari ringtonenya ketahuan kalau yang menelpon
itu adalah pacar Sherly. Dengan sangat kaget Sherly segera berlari ke
arah tasnya. Entah kenapa dia merasa takut dan ada perasaan bersalah.
Sherly menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan dulu baru kemudian menerima
telepon itu. Ternyata pacarnya sekarang ada di depan studio dan mau
menjemputnya pulang. Mereka sempat berantem di telepon karena Sherly tak
bilang ada pemotretan. Pacarnya tahu alamat studio milik Pandu dari
temannya. Karena tidak mau nanti jadi bermasalah, Sherly akhirnya pamit
ke pandu. Pandu dalam hati kecewa tapi tak mempermasalahkan. Masih ada
hari esok. Gadis manis itu segera mengumpulkan CD dan bra lalu
memakainya. Begitu juga dengan bajunya. Tak lupa dia merapikan riasan
wajahnya di cermin yang ada di dalam studio itu. Dia tak mau pacarnya
curiga akan “kejadian” barusan di dalam studio. Semua aktivitas Sherly
itu tak luput dari jepretan Pandu. Fotografer itu menikmati sekali foto
hidden seperti itu: saat Sherly memakai CD, bra, dan bajunya. Apalagi
dengan ekspresi rada-rada takut dari sang model, benar-benar natural
sehingga sangat fotogenik. Walau dalam hati sangat dongkol karena niat
jahatnya terhalang pacar Sherly, tapi pandu dengan sok cool merelakan
sang calon korban pergi. Sebelum pergi Sherly dikasih 500 ribu. Sherly
protes karena kurang dari yang tadi dijanjikan yaitu 1 juta. Tapi Pandu
bilang sedang tak pegang duit. Dia bakal transfer sisanya besok-besok
dan berjanji akan membayar lebih. Sherly percaya dan lalu menemui
pacarnya yang dari tadi menunggu di depan studio foto. Sebenarnya kalau
dipikir-pikir Pandu licik juga. Menawarkan satu juta hanya untuk foto
NUDE. Kalau Sherly pintar dia harusnya minta lebih dari 1 juta, untuk
“jasa” karena mau mekinya dinikmati fotografer gendut itu. Tidak tahu
apa karena Sherly memang tolol, atau mungkin karena Sherly merasa puas
dengan oral sex Pandu jadi dianggap “free”. Kadang kalau nafsu sudah
memuncak, hitung-hitungan untung rugi tidak jalan.
Sepeninggal
Sherly, Pandu kemudian melampiaskan nafsunya yang tertunda dengan coli
sambil memandang foto hasil jepretannya barusan. Sesudah crot, Pandu
lalu mengedit beberapa foto, lalu membuka laptop untuk terhubung ke
internet. Satu lagi janjinya ke Sherly dilanggar: Pandu langsung masuk
ke forum dewasa dan memasang satu dua foto Sherly yang sudah seksi tapi
masih pakai bra dan CD. Langsung saja orang-orang mupeng di sana
berkomentar mesum. “minta lagi bro” “ada yang bugil gak?” “udah diekse
belum” Demikian komentar cabul mereka yang belum ditanggapi oleh Pandu,
karena dia tahu ini baru langkah awal. Sedangkan Sherly dibawa pacarnya,
Lucky, ke kost untuk diinterogasi. Sesampainya di kost, yang ditakutkan
Sherly terjadi. Dia dimarahi Lucky karena tidak memberi tahu. Pacarnya
marah-marah karena merasa Sherly tidak jujur. 10 menit tanpa henti
pacarnya meluapkan kemarahan. Karena Sherly memang merasa bersalah dia
hanya diam saja. Lucky memperhatikan seluruh tubuh gadis itu untuk
mencari-cari sesuatu tapi tidak menemukan apapun. Yang ada malah
pacarnya mulai nafsu melihat Sherly yang duduk diam di atas ranjang
seolah pasrah mau dihukum apapun karena bersalah. Lagian siapa sih
laki-laki yang tidak nafsu melihat kecantikan dan kesexyan gadis muda
itu. Om-om senang malah akan mau membayar mahal untuk merasakan isapan
mulut & jepitan vagina mahasiswi ini. Apalagi sudah seminggu
pacarnya tidak mendapat jatah karena Sherly baru datang bulan, jadi
wajar nafsunya tak terkontrol.
“Kamu sadar kamu salah?” Tanya Lucky, sambil mendekat.
“Iya aku salah. Ga akan ngulangin lagi” jawab Sherly, nafasnya agak tersendat-sendat dan dadanya naik turun karena masih takut.
“Karena kamu salah, kamu harus dihukum” kata Lucky.
Lucky
lalu membuka celana jins yang dipakainya, berikut CD putih. Sekarang di
hadapan Sherly mengacung penis yang ukurannya biasa saja. Belum sempat
Sherly ngomong apa-apa, pacarnya langsung menarik kepala gadis itu dan
mengarahkan ke batangnya.
“Ayo isap. Puasin aku. Ini hukuman karena sudah bikin aku galau,” paksa Lucky.
Sherly
yang tak punya pilihan lain, segera memasukkan penis itu ke dalam
mulutnya. Lucky mengerang nikmat saat batang penisnya dikulum-kulum dan
juga diputar-putar lidah Sherly. Sherly meraih dan memijat buah zakar
pacarnya dengan lembut. Sherly memasukkan lebih dalam lagi batang
pacarnya sampai kepala penisnya menyentuh ujung rongga mulut gadis itu.
“Aaa…
ahhh… ena... uuhhh!” desah Lucky bergetar. Wajah Lucky menegang dan
cengkeramannya pada pundak Sherly makin mengeras. Sepertinya mau keluar.
“Stop sayang. Aku sudah mau keluar,” kata Lucky sambil menarik penis dari mulut gadis itu. “Sekarang buka celanamu cepatttt...”
Sebagai
pacar yang penurut, Sherly lalu membuka celana dan CD-nya. Belum sempat
dia membuka baju, Lucky sudah mendorongnya hingga telentang di atas
ranjang. Sherly refleks mengangkang sehingga vaginanya yang segar dan
sempit itu terpampang di hadapan Lucky yang sudah sangat horny. Lucky
memperhatikan vagina Sherly masih basah (sisa-sisa orgasme dari Pandu
yang belum dibersihkan tadi). Dia penasaran kenapa bisa basah tapi
Sherly tak mau cerita. Kemudian Lucky naik ke ranjang lalu mengarahkan
penisnya yang berukuran standar itu ke vagina Sherly. Sherly mendesah
pelan saat vaginanya ditembus oleh penis pacarnya. Lucky mengeluarkan
dan memasukkan penisnya lagi berulang-ulang, mengocok tubuh Sherly.
Kocokan itu tampak membuat tubuh Sherly berguncang dan membuat buah
dadanya bergerak-gerak di balik bajunya yang “lupa” dilepas. Walau sudah
sering menikmati vagina gadis itu, Lucky tetap tergila-gila dengan
liang sempit itu. Itu terbukti dengan kecepatan tinggi menggenjot vagina
gadis itu. Akibatnya adalah Lucky hampir orgasme duluan. Tapi untuk
mengulur waktu Lucky kini melepaskan diri dari tubuh Sherly. Mereka
mengubah posisi. Sherly membalikkan badan dan menungging lalu ia
membelakangi pacarnya. Lalu Lucky kembali menyetubuhi Sherly dengan
posisi doggy style. Sherly kembali mendesah-desah saat dikocok seperti
itu sementara wajah pacarnya agak memerah. Baju Sherly dan juga baju
Lucky sama-sama basah oleh keringat. Apalagi mereka lupa menyalakan AC
karena terburu-buru. Lucky termasuk cowok yang beruntung di antara
cowok-cowok di kampusnya karena bisa ML sepuasnya dengan Sherly yang
penurut. Sodokan-sodokan dengan posisi anjing kawin membuat adrenalin
terpacu cepat.
“Gila nih… kok aku mau keluar lagi ya…” kata Lucky di sela-sela sodokan. “Kita ganti gaya lagi babe!” perintahnya.
“Terserah kamu aja deh babe, puasin aku,” jawab Sherly yang masih berharap kepuasan total.
Lucky
lalu tidur telentang dengan penisnya berdiri tegang. Lalu Sherly berada
di atasnya perlahan-lahan memasukkan penis pacarnya ke vaginanya yang
sempit itu, kemudian menggerak-gerakkan tubuhnya naik turun sambil ia
mengerang-erang. Lucky pun juga mengeluarkan suara erangan sambil
tangannya kembali meremas-remas payudara Sherly dari luar bajunya.
“Ahhhhh… ahhhhhh… ahhhhh… ” desah lirih keluar dari mulut gadis cantik itu.
Posisi
woman on top adalah posisi favorit Sherly, karena dia yang memegang
kendali. Gadis 18 tahun itu memang mahir menggerakkan tubuhnya. Sherly
memang aktif di ekskul dance sejak SMA dan sekarang pun dia ikut kursus
belly dance, sehingga tubuhnya terbentuk indah dan goyangannya erotis
sensual. Sudah banyak laki-laki yang tahu tentang Sherly “si dancer”
yang mengkhayalkan Sherly menari seperti itu di atas tubuh mereka.
Goyangan liar Sherly membuat Lucky tak bisa bertahan lama dan dia pun
menyemprotkan spermanya ke liang gadis itu. Sherly kaget mendapat
semprotan itu, bukan karena dia beruntung karena bukan masa suburnya
saat itu, tapi karena dia masih belum puas sedangkan pacarnya sudah
ejakulasi. Sherly yang belum mencapai orgasme makin mempercepat
goyangannya agar dia bisa mendapatkan orgesmenya sendiri. Tapi apa daya
penis Lucky telah lemas tak sampai 10 menit mereka berpacu. Sherly yang
penasaran segera menarik vaginanya dari batang yang sudah lemas itu. Dia
lalu merangkak kedepan dan memposisikan mekinya di hadapan wajah
pacarnya.
“Aku tanggung banget nih babe. Bantu oralin sampai keluar dong. Please,” pinta Sherly dengan wajah merah memelas.
“Aaahh… udah Sher. Aku udah capek nih. Pake tangan sendiri aja sana!” kata Lucky egois.
“Ayo dong babe. Please. Tanggung banget tau,” bujuk Sherly lagi.
“Ahhhh… malas ah. Aku mau tidur. Capek. Lagian meki kamu bau peju.” Habis berkata begiu Lucky membalikkan wajah ke bantal.
Dengan
kesal Sherly meninggalkan pacarnya yang egois dan tak sanggup
memuaskannya. Dia menuju ke kamar mandi yang terletak di kamar kost itu.
Dalam kamar mandi, gadis cantik itu masturbasi dengan memainkan
jari-jari mungilnya di dalam memeknya. Dia berusaha mencapai puncak yang
gagal dia dapatkan dalam persetubuhannya dengan pacarnya. Desahannya
pun mulai memenuhi kamar mandi itu.
“Aah… ahh… aah…”
Sherly
mendesah nikmat. Walau tak senikmat penis yang merangsek vaginanya,
jari-jarinya lumayan bisa menjadi “pengobat rindu”. Anehnya Sherly
masturbasi sambil mengenang pengalamannya waktu dioral tadi oleh Pandu.
Dia teringat bagaimana rasanya saat lidah fotografer itu menari-nari
menyapu dinding vaginanya. Sherly masih ingat saat lidah fotografer itu
menyentuh klitorisnya, saat tangan Pandu memijati payudara kiri Sherly
sembari tangan kanannya mengelusi paha dan pantatnya, dan Sherly saat
itu membayangkan bagaimana Pandu juga ikut memainkan jarinya pada vagina
Sherly. Gadis cantik itu teringat bagaimana hanya dengan permainan
lidah, Pandu bisa membuatnya mencapai orgasme. Kenangan singkat di
studio foto tadi itu semakin meningkatkan birahi Sherly, sampai akhirnya
dia pun menjerit keras saat orgasmenya pun datang.
Part 2. Dibayar
“bang pandu kpn byr yg 500. BU nih.”
SMS itu dikirim Sherly ke nomor
HP Pandu. Sudah beberapa hari sejak pemotretan yang berujung bugilnya
Sherly di studio Pandu, tapi fotografer itu belum juga membayar sisa
yang dijanjikan. Sebelum mengirim SMS itu Sherly ditelepon customer
service kartu kredit yang mengingatkan tagihan sebesar 2,5 juta belum
dibayar. Sebelumnya lagi Sherly ditagih temannya yang membayari dia beli
diktat kuliah. Dan sebelumnya lagi Sherly diingatkan administrasi
kampus bahwa kalau uang kuliahnya belum dilunasi, dia tak bisa ujian.
Dan sebelumnya… ah sudahlah. Intinya Sherly dalam kondisi BU. Butuh
Uang. Dan yang bisa dia tagih adalah janji Pandu. Pacarnya? Sebagai
mahasiswa biasa yang kurang kreatif, pacarnya lagi-lagi tidak bisa
bantu, dan malah mendorong Sherly untuk cari job modeling lagi. Sherly
mulai merasa pacarnya sebagai cowok “mokondo” yang cuma ingin gituan
gratis tanpa ngasih apa-apa. Bahkan kepuasan pun kemarin tidak dia
kasih. HP Sherly bunyi lagi. MMS dari Pandu. Lho, kok malah dikirimi
foto cewek berkebaya? Sesudahnya Pandu menelepon.
“Halo, Sher. Pakabar? Sibuk gak?” sapa Pandu.
“Eh, bang. Aku mau nanyain. Kapan mau…” kata Sherly, tapi langsung dipotong Pandu.
“Sudah
lihat gambarnya kan? Aku mau bikinin photoshoot tema kebaya, ada teman
yang mau beli. KT (koleksi terbatas) lagi. Bisa sekarang gak? Kalau bisa
aku jemput deh. Soal yang kemarin, itu aku mau lunasin sekarang. Cuma
adanya cash, jadi sekalian kamu datang ke sini yah?”
Dicecar seperti
itu Sherly tidak sempat mikir, dan cuma bisa mengiyakan. Ketika dia
bilang “mau” Pandu langsung girang dan suruh Sherly menunggu di depan
kampusnya, nanti akan ada yang jemput. Lalu telepon langsung ditutup.
Setengah
jam Sherly menunggu di depan kampus, tiba-tiba muncul seorang laki-laki
jelek di hadapannya naik motor yang sama jeleknya. Lelaki itu sudah
tua, umurnya setengah baya. Rambutnya sudah mulai beruban. Tubuhnya
kurus ceking.
“Non Sherly yah? Saya Kosim, disuruh jemput sama Pak
Pandu. Katanya suruh cari yang paling cakep di depan kampus, hak hak
hak…” kata orang itu menggombal, disambung ketawa yang juga jelek.
Giginya
yang ompong dan gayanya yang sok playboy menambah kesan seram pada diri
lelaki setengah baya itu. Walau ada sedikit ragu tapi Sherly naik ke
motor Kosim. Keduanya pun berangkat ke tempat Pandu. Sherly sengaja tak
memberitahu pacarnya, karena masih dongkol tidak dibantu. Menurut
Sherly, Kosim tidak jago mengendarai motor. Kosim sering sekali mengerem
mendadak dan sering salah memilih jalan yang tidak rata. Akibatnya
bukan cuma satu kali payudaranya membentur punggung Kosim (yang jelas
menikmati saat-saat itu). Makanya Sherly lega ketika akhirnya motor
Kosim sampai di depan studio Pandu.
“Hai, welcome,” sapa Pandu yang menunggu di depan studio dengan tersenyum lebar dan penuh arti.
Dengan
semangat Pandu menyalami Sherly, sekaligus curi-curi meraba tangan
halus model amatir itu. Di sebelah Pandu ada seorang perempuan 30-an
tahun yang Sherly belum kenal. “Sher kenalin ini Citra.”
“Sherly,”
kata Sherly menjabat tangan Citra. Sepintas Sherly memperhatikan pakaian
Citra: rok Citra pendek sekali, memamerkan kakinya yang jenjang dan
pahanya yang masih mulus.
“Hai, aku Citra,” jawab Citra dengan nada
genit. “Aku yang minta Pandu bikinin foto-foto tema kebaya. Buat
salonku. Eh kamu manggil Pandu biasanya gimana, Mas apa Pak apa ‘Om
Pandu’?”
“Biasanya sih Bang Pandu,” kata Sherly.
Citra menyikut
Pandu. “Kalo sama cewek yang seumuran ini Pandu pantasnya dipanggil
‘Om’. Sherly, yuk ikut ke dalam? Kita siap-siap dulu.”
Sherly, Pandu,
dan Citra masuk. Kosim tetap di luar, nyengir mesum melihat Sherly dan
Citra. Lelaki setengah baya itu menatap nanar kedua buah pantat gadis
itu dari belakang. Tanpa sepengetahuan mereka, Kosim meraba-raba
penisnya yang dari tadi sudah berdiri tegak.
Sherly
merasakan tangan Citra memasang anting di kanan kiri kupingnya. “Nah,
selesai,” kata Citra. Cukup lama juga Citra mendandaninya. Sherly
sekarang mengenakan busana sesuai tema, sehelai kebaya pendek dari bahan
menerawang yang cantik berhias payet, hanya sedikit menutupi kemulusan
kulit bahu dan lengan Sherly. Di balik kebayanya Sherly dipakaikan
kemben tipis yang oleh Citra ditarik turun sehingga belahan payudara
Sherly yang bagus mengintip di bagian leher kebaya. Bawahannya kain—tapi
bukannya panjang sampai ke mata kaki, kainnya hanya sampai setengah
paha, jadi malah seperti rok mini. Secara keseluruhan kesannya lebih
banyak sexy daripada anggun. Tadi selain memperhatikan rok Citra yang
pendek dan suara Citra yang genit, Sherly juga menganggap pemilik salon
berumur 30-an itu memakai make-up tebal. Mirip cewek nakal, pikir
Sherly. Ternyata dia dibegitukan juga oleh Citra, dirias cukup serius.
Lipstik merah dan eyeshadow biru. Sherly awalnya mau protes, tapi
sesudah melihat hasil akhirnya dia suka, wajahnya jadi terkesan lebih
sensual. Lagipula sehari-hari pun Sherly memang biasa pakai kosmetik
untuk tampil di kampus. Rambut panjang Sherly disanggul sederhana di
belakang atas kepala.
“Wuihhh… kereeen… kayak bidadari turun ke bumi…” puji Pandu ketika Citra mengantar Sherly masuk ruang pemotretan.
Sherly
malu-malu, sambil bertanya seolah tidak percaya, “Beneran keren Bang?”
yang dijawab anggukan dan senyuman Pandu. Tanggapan itu membuat Sherly
tersipu-sipu, dan makin percaya diri.
“Ayo kita mulai.”
Sherly
berdiri di sebelah bangku di depan latar belakang polos. Pandu mengagumi
hasil karya Citra di penampilan si model. Sekaligus membayangkan apa
yang bakal dia lakukan berikutnya. Tentu tak hanya memotret...
“Kita
mulai pose duduk dulu, kamu duduk di bangkunya,” kata Sherly. Pandu
memotret beberapa kali. Citra membantu mengarahkan Sherly berpose. Tak
lama kemudian Citra bilang,
“Aku tinggal dulu ya. Bikin foto-fotonya yang cantik. Daah.”
Ketika Citra mau keluar dari ruang pemotretan, dia melihat Kosim mengintip di balik pintu.
“Heh!” kata Citra mengagetkan Kosim. “Hayo, lagi lihat apa?”
“Heeheeheehhee...” Kosim ketawa-ketawa tidak jelas. “Ngelihatin Non Sherly. Cakep sih.”
“Huuu, dasar mesum,” kata Citra sambil menoyor Kosim. “Pantesan betah banget kerja di sini. Pandu sering bawa cewek kan.”
“Iya... Iya Tante,” balas Kosim. “Apalagi Non Sherly ini. Wuiih. Tadi sih pas nganterin dia...”
“Kenapa?”
“Sempet ngerasain toketnya hihihi... Gede empuk, pasti enak tuh...”
“Emangnya kamu apain dia??”
“Tadi nyenggol-nyenggol pas di motor, Tante. Eh, kayaknya gedean punya dia deh daripada punya Tante...”
Citra panas. Dia langsung tarik kerah kaos Kosim.
“Enak
aja panggil Tante, Tante. Lu kira gue udah setua itu hm?” katanya
sambil pasang muka galak di depan Kosim yang tetap nyengir kurang ajar.
Tapi lantas tangan Citra bergerak menggerayangi tubuh Kosim, sampai ke
jendolan di depan celana Kosim. “Apa nih... Ckckck... Lu konak ya?
Kenapa, konak juga sama tante-tante kayak gue?”
“Iya dong... biar Non
Sherly toketnya lebih gede... tapi Tante Citra tetep seksi... ADAWW!!”
Kosim menjerit karena biji-nya diremas Citra.
“Panggil gue Tante
lagi... padahal ngaceng juga... awas lu ya?” ancam Citra. Tapi wajahnya
berubah dari galak ke senyum nakal. Citra menarik Kosim pergi dari situ.
“Sher,
sekarang kamu pose berdiri ya,” kata Pandu sesudah sekitar 10 kali
memotret Sherly yang duduk manis. Untuk membantu Sherly agar makin luwes
berpose, Pandu memutar musik dance. Ternyata Sherly bereaksi; mengikuti
naluri dancer-nya, Sherly tanpa malu-malu bergoyang.
“Musiknya asyik nih Bang,” kata Sherly, tersenyum-senyum.
“Tapi
jangan terlalu hot goyangnya, nanti susah difoto,” Pandu tertawa
melihat Sherly menari-nari, tidak tahan terbawa irama. “Eh Sher kamu
bisa ngedance ya? Kelihatannya udah biasa tuh.”
“Bisa Bang, aku kan dulu ekskul dance waktu SMA,” kata Sherly. “Suka nggak ngelihatnya?”
“Suka,
suka banget dong. Ntar kapan-kapan clubbing bareng, yuk. Pasti asyik
nih ngedance bareng kamu,” ajak Pandu. “Tapi sekarang kita foto-foto
dulu ya.”
Beberapa kali foto kemudian, mulailah Pandu menjalankan rencananya. “Sher, bikin foto seksi lagi yuk...”
Sherly senyum. “Dibayar lebih gak Bang?” tanyanya.
“Tenang
ajaaa. Apa sih yang ga bisa buat Sherly. Gini, ngelihatin kamu pake
baju itu aku jadi punya ide. Gimana kalau... Kamu pake kebaya sama
kainnya aja, ga usah sama kembennya?”
“Ihh gila. Kebaya-nya kan tipis transparan gini Bang?” ujar Sherly tak percaya. “Entar tetep kelihatan dong semuanya...”
Pandu mendekati Sherly dan memegang kedua bahu Sherly. “Itu intinya Sher... bikin foto seksi pake kebaya ini.”
Sentuhan Pandu entah kenapa membikin Sherly teringat lagi orgasme waktu itu. “Tapi entar beneran dibayar yaaa...” pinta Sherly.
“Pasti Sher... sekarang buka kembennya ya?” bujuk Pandu.
Sherly
masuk ke ruang ganti untuk mengubah penampilan seperti yang diminta
Pandu. Agak repot berubah kostumnya karena yang diminta dibuka itu
dalaman. Jadinya Sherly buka kebaya dulu, lalu buka kemben, dan memakai
lagi kebaya tipisnya. Bahannya yang menerawang sama sekali tidak
menutupi keindahan tubuh atas Sherly. Bahkan bentuk payudaranya terlihat
jelas. Hanya saja putingnya tertutup ornamen payet di kebaya itu.
Malu-malu, Sherly kembali ke tempat pemotretan dan mulai berpose. Pandu
menjepret berkali-kali, sambil terus memuji keseksian Sherly. Kadang
Pandu menunjukkan foto yang diambilnya ke Sherly dan bilang bahwa Sherly
kelihatan cantik di foto itu. Dan sedikit demi sedikit Pandu berusaha
mengurangi tutupan pakaian di badan Sherly. Pertama-tama kancing kebaya
lepas satu demi satu. Kain penutup tubuh bawahnya juga diminta disingkap
sehingga paha Sherly pun tampil utuh di kamera. Pandu terus mengarahkan
dan memberi semangat
“Iya gitu posenya Sher” “Cakep Sher” “Yang tadi bagus banget” “Kamu bakat jadi model besar nantinya” “Senyum yang manis Sher!”
Dipuji
seperti itu membuat Sherly makin pede. Sesudahnya Sherly makin santai
dan foto-foto yang dibuat makin berani. Kainnya pun disuruh lepas,
memperlihatkan bahwa di bawah kain itu Sherly memakai CD putih
transparan. Pada satu pose, Pandu menyuruh Sherly berpose merangkak
membelakanginya. Ketika berposisi itulah Pandu memperhatikan... ada yang
basah! Sherly mulai terangsang! Pandu lalu menyuruh Sherly telentang
dengan alasan mau memotret pose seperti itu dari atas. Sherly masih
memakai kebaya tipis tapi bagian bawah tubuhnya hanya tertutup CD. Pandu
berdiri mengangkang di atas tubuh telentang Sherly dan memotret terus.
“Buka
kakinya Sher” perintah Pandu, sambil dia melangkah mundur. Sherly
merenggangkan kedua pahanya, selangkangannya terbuka di depan pandangan
Pandu. Pandu jongkok dan mengarahkan kameranya ke arah kemaluan Sherly.
“Lebarin
lagi,” suruh Pandu sambil memegang dan merentangkan paha Sherly lebih
lanjut. Pandu bisa mendengar nafas Sherly memburu ketika selangkangannya
yang basah di balik CD dipotreti Pandu dari dekat. Si model itu malah
nafsu ketika difoto dalam posisi tak senonoh. Tanpa terasa Sherly jadi
nafsu lagi ketika difoto. Rasa malu sudah hilang dalam diri gadis muda
itu, yang ada malah sisi liar yang pelan-pelan terkuak dalam dirinya
akibat pujian dan tatapan nafsu dari si fotografer. Sherly sudah mulai
berimprovisasi dengan pose yang lebih menantang. Dada ditonjolkan, bibir
dibasah-basahkan dan senyum nakal menggoda. Sherly malah tak butuh
berpikir lama saat sang fotografer meminta dia melepas sisa penutup
tubuh sexynya. Tanpa protes Sherly mencopot kebaya tipis dan CD.
Tampaklah vagina yang masih sempit dan berwarna merah segar itu. Ada
jeda sebentar ketika Pandu menikmati pemandangan indah itu, sebelum
akhirnya kembali lanjut mengabadikannya dalam foto. Fokus jepretan
adalah ke daerah di sekitar selangkangan gadis berusia 18 tahun
tersebut. Bulu kemaluan si model yang nampak kontras dengan kulitnya
yang putih mulus menjadi sasaran kameranya. Sherly benar-benar enjoy
dan relax saat ini. Rasa malu sudah hilang. Ada kebanggaan tersendiri di
dalam diri gadis muda itu saat menyadari dirinya dikagumi oleh lelaki.
Apalagi Sherly tahu kalau Pandu sudah konak melihat kepolosan tubuhnya
saat itu. Dia bisa menyaksikan tonjolan di balik celana fotografer itu.
“Gimana bagus ga poseku bang?” tanya Sherly.
“Bagus banget. Sumpah, aku suka banget Sher.”
“Kalau suka berarti nanti honornya dobel dong. Hehe….”
“Asal kamu mau nurut, honor tambahan ga masalah.”
“Siap Bos…” jawab Sherly.
Kemudian
Pandu mulai berani menyentuh vagina gadis itu. Diusap-usapnya liang
sempit itu, dengan alasan biar basah dan bagus ditangkap kamera. Malah
Pandu meminta Sherly untuk menggosok-gosok vaginanya sendiri sambil
difoto. Trik si fotografer berhasil, karena Sherly makin lama makin
horny. Rasa canggung melakukan masturbasi di depan orang lain sudah
hilang. Yang ada malah rasa nafsu yang mulai menjalar keseluruh
tubuhnya. Bagaimanapun dia adalah gadis muda normal yang nafsunya cepat
naik saat berduaan telanjang seperti ini.
“Ini saatnya,” kata Pandu dalam hati.
Dia
mulai berani memajukan wajahnya ke Sherly. Sherly yang sudah terangsang
tak bisa menolak saat fotografer cabul itu melumat bibirnya. Mereka
melakukan french kiss. Pandu kemudian mengarahkan tangan gadis itu ke
celananya. Sambil berciuman dengan hot, si model amatir itu meremas
batang Pandu. Pandu keluarkan penisnya dari celana, Sherly bisa melihat
batang kokoh itu. Belum sempat gadis itu memegang kontol Pandu, Pandu
sudah menggerakkan badan dan siap mengarahkan kontolnya ke liang gadis
itu. Sherly kontan bergerak menolak saat Pandu menggesekkan batangnya.
“Jangan Bang. Ga mau sejauh itu…”
“Ayolah sherly. Kita berdua udah sama-sama horny nih. Ayo kita tuntasin, sayang…”
Tapi
Sherly masih menolak dengan tegas. Dia tak mau dicap gadis gampangan.
Pandu berusaha membujuk gadis itu dengan diiming-imingi bayaran asal mau
menurut. Lama-lama Sherly goyah juga. Dirinya memang sedang butuh uang.
“Okelah bang. Tapi jangan ML ya. Aku sepong aja gimana?”
“Ya
udah kalau gitu,” kata Pandu sambil menarik kepala gadis itu dengan
kasar ke batangnya. Dia agak kesal karena belum dapat menembus
pertahanan Sherly sepenuhnya.
Sherly menatap sebentar batang hitam
besar itu sebelum akhirnya memasukkan batang Pandu ke bibir mungilnya.
Penis di mulutnya ia hisap, oral sex bukan hal yang aneh buat gadis
seperti dia, maka ia pun menggunakan semua pengalamannya dalam urusan
sex, agar semuanya cepat selesai.
“Arghhhhhhh…” desah Pandu menikmati perlakuan Sherly.
Sherly
menahan bau penis itu dengan berkonsentrasi mengulum. Penis Pandu ia
hisap dari pelan lalu keras lalu pelan lagi, diselingi pula dengan
jilatan-jilatan yang membuat Pandu belingsatan. Kemudian Pandu minta
mengubah posisi jadi 69 dengan pria di atas. Dia juga ingin menikmati
vagina gadis itu. Sherly sepertinya tak punya pilihan dan membiarkan
Pandu menaiki tubuhnya.
“Memek super nih…” kata fotografer itu.
Pandu benar-benar mengagumi meki Sherly yang memang OK punya, masih
kelihatan garis vertikalnya dengan kelentit yang sungguh imut dan
mengeras. Segera Pandu meremas pantat Sherly dan menjilat perlahan paha
dalam Sherly sebelum memasuki area vagina. Sherly melenguh, dan
fotografer itu makin terangsang dengan suara sang model yang sendu.
Sherly memainkan penis Pandu yang menggantung dengan mulutnya. Sedangkan
Pandu sibuk melumat vagina Sherly, sampai membuat paha mulus sherly
menegang dan menjepit kepala fotografer cabul itu. Benar-benar
pemandangan yang sanggat menggetarkan jiwa. Kalau saja cowok Sherly
melihat, bisa-bisa kedua orang ini dibunuhnya karena kalap.
Sherly
yang makin terangsang karena mekinya dikerjai Pandu makin lama makin
meningkatkan permainannya juga. Penis si fotografer yg besar dan panjang
itu dikocok dengan cepat dan kepalanya langsung dijilati, diisap-isap,
dikelamuti dan diemut-emut. Kadang penisnya dimasukkan mulut sampai
hampir separo dan kemudian dikenyut-kenyut dengan mulut dan lidahnya.
Pandu yang sudah punya jam terbang tinggi menghentikan sejenak
aktivitasnya lalu menghadap Sherly. Dia tahu Sherly sudah sangat
terangsang. Ini saatnya dia menikmati hidangan utama dari semua
“perjuangan”-nya beberapa hari ini. Dilihatnya wajah gadis itu sudah
merah karena horny.
“Kamu sudah horny banget ya. Jadi gimana nih
kelanjutannya…” Pandu menggoda Sherly dengan menggesekkan penisnya ke
vagina Sherly yang basah. Sherly hanya diam saja sambil menggigit
bibirnya. Walau sudah terangsang, dia masih tetap jaga image untuk tidak
minta duluan.
Pandu terus menggoda sherly, sambil membisiki Sherly,
“Mau nggak… kalo mau minta dong.” Pandu mau membuat Sherly minta
dicoblos sendiri. Sentuhan ujung penis Pandu di bibir vagina sherly
membuat Sherly menggeliat. Gesekan-gesekan Pandu di luar vaginanya
membuat Sherly akhirnya luluh, dia sudah tak peduli dengan tawaran
bayaran Pandu. Dia minta dimasuki.
“Ayo masukin Baaang… Sherly sudah ga tahan!” gadis itu meminta.
“Masukin apa sayang?” Pandu masih tetap menggoda.
“Masukin kontol abang ke memekku… Cepetan. Please!” pinta gadis itu.
Pandu
tertawa penuh kemenangan. Dan perlahan tapi pasti, fotografer itu mulai
mendorong pantatnya maju, membuat penisnya menyeruak masuk ke dalam
vagina Sherly secara perlahan-lahan. Sherly meringis menahan sesak pada
vaginanya. Vaginanya masih sempit, terlalu kecil untuk dimasuki penis
yang berukuran di atas rata-rata itu. Pandu sendiri merasa kesulitan
saat memasukkan penisnya ke dalam vagina Sherly. Dia merasakan jepitan
vagina Sherly begitu kuat, seperti melawan desakan penisnya, tapi dengan
satu dorongan kuat, penis si fotografer akhirnya amblas seluruhnya di
dalam vagina Sherly.
“Ahhhkk…” Sherly merintih kecil merasakan sesuatu yang besar memenuhi liang vaginanya yang sempit.
“Ehhh…
akhirnya masuk juga…” fotografer itu mengerang lirih. “Gila, memekmu
masih kenceng banget… jarang dipake sama cowokmu ya?”
Pandu sedang
meresapi nikmatnya jepitan vagina Sherly yang masih sempit untuk
beberapa saat. Baru kemudian secara perlahan si fotografer mulai
menggoyangkan pantatnya, melakukan gerakan memompa untuk menggenjot
vagina Sherly dengan penisnya, mula-mula pelan, tapi saat vagina Sherly
mulai terbiasa oleh penisnya, dia mulai mempercepat genjotan.
Badan
Sherly terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya mengejang-ngejang
dan menyentak-nyentak, kedua payudaranya bergoyang cepat, kepalanya
terdongak ke atas, dan bibirnya terkatup rapat antara menahan sakit dan
sensasi yang dirasakan di dalam vaginanya. Melihat itu Pandu jadi makin
nafsu, sambil terus menggenjot vagina Sherly dia juga menciumi dan
menjilati payudara Sherly sambil sesekali bibirnya mengulum puting susu
Sherly. Kenyotan bibir si fotografer pada payudara Sherly menimbulkan
sensasi baru dalam tubuh Sherly, membuat gerakannya menjadi semakin
liar.
“Aaahhh… ooohhhhh... aaahhhh... ooohhhh…” desahan keras Sherly mulai terdengar manja.
Rasa
sakit pada vaginanya sudah hilang dan digantikan oleh kenikmatan yang
luar biasa. Pandu sangat lihai memainkan penisnya, ditambah lagi
kata-kata Pandu yang memuji sekaligus mengintimidasi Sherly yang membuat
gadis itu makin melayang. Sungguh kenikmatan yang tiada tara bagi
Sherly. Setelah 10 menit, si fotografer menyuruh Sherly menungging di
atas sofa, lalu kembali diserangnya vagina Sherly dari belakang seperti
seekor anjing. Kedua tangan kekarnya memegang pinggul Sherly dan
menariknya hingga posisi pantat Sherly kini merapat dengan pinggul si
fotografer, membuat penis Pandu membenam seluruhnya di dalam vagina
Sherly.
“Aaghhhhh!" erang si model dengan mata terpejam ketika penis Pandu mulai memasuki tubuhnya.
Lalu
mulailah Pandu menggenjot kembali vagina Sherly dengan kedua tangan
memegangi pinggul Sherly. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai
dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Sherly
tersodok-sodok dengan kencangnya.
"Aahh… aahh… aahhh… oohh… oohh…” Sherly kembali menjerit-jerit saat Pandu menggenjotnya lagi.
Tubuhnya
sekarang basah oleh keringat. Payudaranya yang menggantung indah
bergoyang-goyang seirama genjotan si fotografer itu. Perlahan Pandu
mulai menjamah payudara Sherly dari belakang, sambil terus menggenjot
vagina Sherly. Dia juga meremas-remas payudara Sherly. Erangan-erangan
Sherly semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak
beraturan mencari titik-titik nikmat di dalam vaginanya.
“Ahhhhh… terus… sodok… bang… Ahhhhhh….”
Sherly
semakin larut dengan permainan lelaki itu pada vaginanya. Pandu memompa
vagina Sherly dengan cepat kemudian melambat dan cepat lagi, begitu
seterusnya. Ini membuat Sherly semakin mendesah-desah keenakan, lelehan
cairan kewanitaannya sudah keluar dan membasahi kedua paha bagian dalam
Sherly.
Saking larutnya dalam permainan, tanpa sadar Sherly
menggerakkan pinggulnya apabila si fotografer dengan sengaja
menghentikan genjotan pada vagina Sherly. Sherly dibuat melayang-layang.
Sungguh kenikmatan seks yang belum pernah dia dapatkan dari Lucky
pacarnya. Kalau sedang seperti ini, Lucky pasti sudah keluar dari tadi.
Tapi Pandu berbeda, dia masih bertahan memuaskan gadis muda itu. Sherly
menggerakkan badannya sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin
dalam ke liangnya. Dia sepertinya sudah mau orgasme. Mengetahui Sherly
sudah di ambang klimaks, tiba-tiba Pandu melepaskan pelukannya dan
berbaring telentang. Disuruhnya sherly membalikkan badan, berhadapan
dengannya. Sherly harus mengakui stamina fotografer cabul ini sungguh
hebat dan pandai mempermainkan nafsunya yang menggebu-gebu. Pandu
memberi isyarat sambil menunjuk batangnya yang perkasa agar dinaiki
Sherly. Sepertinya Pandu membiarkan gadis manis itu untuk mencari
kepuasan sendiri dalam gaya woman on top, yang memang disenangi Sherly.
Tanpa ragu si model amatir menuntun penis Pandu yang sudah mengeras ke
arah vaginanya dan Sherly mengambil posisi menduduki perut Pandu yang
buncit. Dengan bernafsu Sherly menggoyangkan pinggulnya diatas tubuh
gempal itu. Sherly sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap dia
menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang
senggama sungguh membuatnya seperti terbang ke awang-awang.
“Ahhhh…
ahhhhh… ahhhhhh…” desah gadis itu sambil menaikturunkan tubuhnya.
Payudaranya yang besar itu naik turun seirama goyangan tubuhnya.
Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.
"Ayo... goyang Sher...
oohh!" Pandu sepertinya ketagihan dengan goyangan gadis itu. Pandu
meraih kedua bukit mulus itu, meremas dan memilinnya, sehingga membuat
Sherly makin liar saja.
“Hebat banget goyangan kamu Sherly. Kapan
pertama kali ngentot?” tanya Pandu sambil tetap meremas dada gadis yang
sedang “bekerja” itu.
Sambil menggoyangkan pinggulnya, Sherly menjawab terbata-bata, “Dulu di… SMA… hhhmmmhh… pas kelas… dua… aah…!” jawabnya.
“Sama siapa?”
“Sama… kakak kelas… ahhhhh…” desah Sherly dengan tertahan karena takut suaranya kedengaran sampai keluar ruangan studio foto.
Dia
makin liar memacu dan menggoyangkan pinggulnya. Pandu juga ikut
melenguh keras saat merasakan vagina Sherly berkontraksi hebat seolah
menyempit mencengkeram penisnya. Dilihatnya wajah Sherly merah padam
menahan desakan orgasme.
‘Oh… bang... Sherly… mau ke… lu… ar… rrrrr!” jerit Sherly.
Pandu
juga merasakan akan segera orgasme. Sekitar 2 menit kemudian, akhirnya
fotografer itu mengirimkan hentakan yang cukup keras disertai lenguhan
panjang. Demikian pula halnya Sherly yang mencapai klimaks secara
bersamaan, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan. Ketika Sherly
memandang ke depan, dilihatnya wajah fotografer itu sedang menatapnya
dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kenikmatan
karena telah berhasil menikmati modelnya sendiri.
Sesudah
beristirahat, mereka akhirnya bangkit, bebersih, dan berpakaian. Sherly
agak lama bebersih di kamar mandi karena dia sekalian menghapus rias
wajahnya. Kemudian dia kembali memakai baju biasa. Ketika keluar lagi,
dia melihat Pandu menonton foto-foto di kamera.
“Besok mampir sini Sher, kita lihat bareng foto-fotonya yang udah diolah,” pesan Pandu. Sherly tak memperhatikan itu.
“Bang, bayaranku?” pintanya.
“Oh, iya,” kata Pandu, lalu dia merogoh dompetnya. Sepuluh lembar seratus ribu disodorkan. Sherly menghitungnya.
“Delapan…
sembilan… sepuluh… Kok cuma sejuta Bang?? Kurang nih!” protes Sherly.
“Kan kemarin yang belum dibayar lima ratus, terus buat shoot yang ini
lima ratus, sama tadi… tadi Bang Pandu ngejanjiin sejuta lagi kalau
kita…”
“Sori banget Sher! Adanya baru segitu. Tadi Citra baru bayar
DP aja, jadi duitnya yang ada ya segini. Makanya besok kamu datang, ntar
aku bayarin deh sisanya!” Pandu ngeles, padahal sebenarnya dia sengaja
mengikat Sherly.
“Awas ya Bang. Beneran dibayar loh! Kalo enggak…”
ancam Sherly, tapi wajah gadis itu senyum-senyum karena merasa
kemaluannya ngilu seperti masih ada penis di dalamnya.
“Kalo enggak apa?” goda Pandu.
“…Ada deeh,” Sherly balas meledek. Pandu tertawa dan merangkulnya.
“Yaudah, makasih ya buat hari ini. Ntar biar Kosim yang antar kamu pulang.”
✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪
ReplyDelete✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪✪
-----------http://jurangghitam.blogspot.com-------------
--- Koleksi Photo & Video Live Super Hot ---
__________________________________________
-|- Apakah Belahan Memek Yang Seperti ini Yang Anda Cari.?.Coba Buktikan rasanya..!
-|- Ekstrim : Histeris Lubang Memek Lagi Dimasukin Gagang Palu..
-|- Video Live : Cewek Ngentot Histeris Mengalami Kenikmatan..ughh Akhhh
-|- Pengen Lihat Memek & Susu Abg Perawan..?. Cantik men Manis Banget.
-|- Juminten Si Gadis Binal Yang Doyan Sekali Pamerin Memeknya
-|- Tiga Cewek Jagoan : Koleksi Cewek Bugil Pamerin Tubuh Mulus..Kangkangin Memek ..Wuihhhh
-|- Masturbation Exstrim : Koleksi Abg Lagi Masturbasi Mencari Kepuasan Batiniah.
-|- Pelajar Susu Montok : Susu Montok Puting Mungil Narsis Depan Kamera.
-|- Pose Hot Novita : Abg PTS Lagi Berpose Bugil PAmerin Memek Tembem..Miyamiiii
-|- Ngentot Hot : Sepasang Abg Ngentot Dengan Liarnya .. Cowoknya Pasrah.
-|- Asyiknya sepongan Neng CHIKA yang Mantap..sedot sedot.
-|- Gaya Gokil : Ngentot Dengan Gaya Yang Nyentrik Penuh Variasi
-|- Si Hitam Manis : Pamerin Susu Montok & Memek Tanpa Bulu..Yuuhii
-|- Tiga Saudara : Pose Hot Bugil Pamerin Memek Sambil Cuci Mobil..berbusa - busa.
-|- Gambar Memek Benar-benar Masih Perawan..Nafsuin Memeknya.
-|- Photo Jembut Rimbun Abg Cantik Mempesona...Manis Pisan.
-|- Pose Hot Abg : Gaya Menantang Penuh Dengan Birahi
ReplyDeleteRahasia Terpendam
Fantasi Ngentot
PENIS BESAR MANTAP
Cara Membesarkan Penis
Celana Pembesar Penis
Rahasia Kuat Sex
RAHASIA NGONTOT GRATIS
Rahasia Kencan Gratis
TIPS GAET CEWE
GAET TANTE GIRANG
RAHASIA ML GRATIS
PIN bb 3302FF41
Hp 0813 6303 2033
Hp 0823 1128 6462