September 30, 2013

Gairah Istri Berjilbab



Mufidah adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 31 tahun. Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul, wanita ini telah dikaruniai dua anak yang masing-masing berusia 3 tahun dan 5 tahun.

Selain kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, wanita yang selalu mengenakan jilbab ini juga cukup aktif di partai, demikian juga suaminya. Jilbab lebar serta jubah panjang serta kaus kaki sebagai ciri khasnya apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya, sehingga mengesankan kealiman Mufidah.

Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab lebarnya serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas malam.

Dengan jilbab putih yang lebar serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Mufidah menemui tamu suaminya itu bernama Hendri. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis. Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Hendri.

Sebetulnya Mufidah kurang menyukai laki-laki bernama Hendri itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Hendri datang bertamu. Namun kali ini, Mufidah harus menemuinya karena Hendri ini adalah rekan suaminya, terpaksa Mufidah bersikap ramah kepadanya.

Memang tidak mungkin untuk menyuruh Hendri kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini. Akhirnya Mufidah mempersilahkan Hendri menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut.

Sore ini, suasana rumah Mufidah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang malam nanti. Di dapur, Mufidah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu.

Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Mufidah. Mufidah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang.

Wanita berjilbab itu sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Hendri tamu suaminya. Mufidah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini. Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Mufidah.

“Maaf, Mbak Mufidah. Mbak Mufidah begitu cantik dan menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah cantik ini”. desis Hendri membuat Mufidah tak berkutik.

Kilatan belati yang dibawa Hendri membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Mufidah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan.

Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Hendri itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya. dan.. Lantas salah satu tangan Hendri turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.

“Jangan.. dik Hendrii..” desah Mufidah dengan gemetaran.
Namun laki-laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim itu. Mufidah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.

“Jangan dik Hendri, sebentar lagi anak-anakku pulang” desah Mufidah dengan wajah ketakutan dan gelisah.
Hendri terpengaruh dengan kata-kata Mufidah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut dan memang selama sering bertamu di rumah ini Hendri mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji.

Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Hendri berlutut di belakang Mufidah. Mufidah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Hendri menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang.

Wajah ibu muda berjilbab itu merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang. Sementara Hendri justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya.

Pertama kali Hendri melihat Mufidah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Hendri juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Mufidah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Mufidah adalah istri temannya.

Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Hendri terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, walaupun Mufidah memakai jubah panjang dan jilbab yang lebar, Hendri dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah. Muka Mufidah merah padam ketika diliriknya, mata Hendri masih melotot melihat tubuh Mufidah yang setengah telanjang.

Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah dibuka oleh Hendri. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Hendri. Belahan pantat Mufidah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan.

“Mbak Mufidah.. Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat vaginamu” kata Hendri masih sambil jongkok seraya melihat vagina istri rekannya yang cantik ini.
Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Hendri kagum melihat kemaluan Mufidah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

“Jangaan.. diik.. hentikan… anak-anakku sebentar lagi pulang” pinta Mufidah dengan suara bergetar menahan malu.
Namun Hendri seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Mufidah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Mufidah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya.

“Oh dik jangan?”.
Dengan bernafsu Hendri menguakkan bibir kemaluan Mufidah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita ini tak kuasa menahan erangannya.

“Oh yeah? Aaaggh!”, ketika bibir lelaki itu menyedot-nyedot klitorisnya.
Dan menit-menit selanjutnya Mufidah semakin mengerang oleh kenikmatan birahi ketika Hendri seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Mufidah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.

“Hmmm…, vaginamu enak?. Mbak Mufidah…” kata Hendrii sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini.
Dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Mufidah sambil berbisik ke telinga ibu muda itu.
“Mbak aku ent0tin ya, aku mau mbak merasakan hangatnya penisku”
“Ahh… jangan..” Mufidah mengerang, saat sesuatu yang besar dan panjang mulai menusuk kemaluannya.

Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Mufidah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Hendri menghujamkan batang penisnya.
“Oh enak juga ngent0t sama Mbak?.” tanpa melepas bajunya ibu muda itu, Hendri menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang.

Hendri sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya. Mufidah dapat merasakan penis Hendri yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya.

Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Mufidah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya.

Mufidah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka.

“Ayo Mbak Mufidah… jangan bohongi dirimu… nikmati saja…”
Hendri terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina wanita itu. Mufidah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Mufidah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau.
“Oh besar sekali punyamu dik hendri, sakiiit… Oooh ampuuun dik”.

Hendri dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina wanita itu sambil berbisik.
“Enak mana penisku atau punya mas Syamsul mbak?”
Mufidah mulai meracau kembali.
“Oooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu Aagghh..”
Dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Mufidah mendapatkan orgasme sedahsyat ini.

Tubuh Mufidah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Hendri masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Hendri menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Mufidah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya.

Mufidah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Hendri yang terasa banyak membanjiri liangnya. Mufidah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Hendri menarik keluar penisnya yang lunglai.

Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Mufidah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.
“Sudah, Mbak Mufidah nggak usah nangis! Toh mbak Mufidah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita!!” kata-kata
Hendri sambil membenahi celananya.

Mufidah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika dilihatnya Hendri telah pergi dari dapur dan kemudian pergi tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Hendri berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,

Namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya dengan posisi menungging, Mufidah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang.

Sejak peristiwa perkosaan itu, saat ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya, Mufidah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi. Mufidah merasakan penis suaminya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan punya Hendri yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh Hendri membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan kenikmatan.

Ia ingin suaminya bisa seperkasa Hendri yang bisa melambungkannya mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Hendri, namun semuanya ia pendam sendiri seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa bila berada didepan suaminya.

Dua minggu setelah peristiwa itu Mufidah menerima telepon dari Hendri saat suaminya keluar kota.
“Halo mbak! Mas Syamsul pergi ke Semarang ya? Aku mau bertamu ke rumah bolehkan?”
“Brengsek kamu dik Hendri!” jawab Mufidah.
“Lho koq mbak marah. Mbak menikmati juga kejantananku saat itu.”

Lalu Mufidah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk ke dalam kamar, ia khawatir Hendri pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak-anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah.

Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan Hendri atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya. Tiba-tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.

Ketika ia membuka pintu tampak Hendri dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Hendri langsung mengunci pintu rumahnya, dan Hendri telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Hendri akan menunjukkan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya.

Saat Hendri mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Hendri menciumi leher jenjang isteri sahabatnya sehingga ia mengejang ketika dengan sedikit kasar Hendri meremas pantatnya, hal itu membuat gejolak nafsu Mufidah menggelegak hingga lupa akan segala-galanya.

Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Hendri sudah telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar. Dan dengan kasar Hendri melucuti pakaian Mufidah hingga keduanya sama-sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Hendri akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab.

Kemudian Hendri mendudukkan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya ke wajah Mufidah dan digesekan ke hidung perempuan itu.
“Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo!.”
Saat itu Mufidah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis. Mufidah menjilatinya, dan ini penis orang lain yang bukan suaminya. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.

“Pegang ya mbak, dan gesek-gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus cium.”
Aroma batang penis itu mulai merangsang Mufidah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Hendri dengan nafsunya dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi mengulum batang penis lelaki itu.

Mufidah sudah bukan Mufidah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang.
“Mmmff… mmf”
“Oh yeah enak juga ngent0t mulut mbak, ternyata mbak suka isep penis ya?”, dan kata-kata kotor Hendri ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Mufidah kian membuncah keubun-ubun.
“Dik Hendri puaskan mbak.. bawa mbak ke kamar... setubuhi mbak seperti tempo hari..aaaggh.. Ouuh”

Lalu Hendri membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik ke ranjang, dan dengan buas Hendri menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Hendri mengulum putting susu yang masih segar dan jari-jari Hendri merogoh liang vaginanya. Mufidah kian mengejang.

“Oooh Hendri jangaaan permainkan mbak, ayo dik Hendri berilah mbak nikmat kejantananmu…”
“He… hee sabar dong mbak, aku juga suka vagina mbak yang sempit ini, aku suka jilatin vaginamu, mana yang enak punyaku atau punya mas Syamsul?”
“Enak punyamu dik.”
“Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul”
“Oh dik tolong dik cepat. Bbesar pppunya muu.”

Lalu dengan gemasnya Hendri menggigit payudara indah milik Mufidah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Hendri.

Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya. Tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Hendri keluar masuk vaginanya. Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun-ubunnya.

“Ooh oh yeh enak eeenak penis besarmu dik Hendriiii.”
Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Mufidah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya.

Dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.

“Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu.”
“Baik mbak yang cantik, kekasih binalku nikmatilah penis besar ini”
“Mmmf yeah, oh vagina mbak legit rasanya.”
Dan Tubuh Mufidah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana.
“Ooooh enak tolong ampuun,” biji mata Mufidah mendelik saat semburan lahar panas Hendri dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut-kedut di dinding vaginanya.

Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air mani lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listrik ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung ke awang-awang.

Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Hendri pura-pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Hendri.

Sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan Hendri, Syamsul mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar. Mufidah berpura-pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Hendri ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu.

Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Mufidah disetubuhi oleh Hendri disamping suaminya, Mufidah berpacu dalam birahi disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.

Ada sesuatu yang lebih membuat Mufidah amat terangsang nafsunya bila saat Hendri sekali-kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Hendri sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Hendri.

Mufidah merasa terangsang hebat saat dengan sengaja Hendri menggesek-gesekan penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Mufidah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut-denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Hendri pindah membelakangi tubuhnya.

Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Hendri habis-habisan. Tubuh Mufidah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Hendri padanya.

Karena sudah tak tahan lagi Mufidah pergi keruang dapur membuat minuman dan Hendri pergi menuju toilet namun sesungguhnya Hendri ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa-gesa saat suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca koran.

Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis-habisan oleh Hendri.
“Ooooh Hendri mmfff..”,
Dengan buas Hendri mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu.
Sukma wanita itu serasa terbang ke langit tinggi saat ia disetubuhi oleh Hendri, Mufidah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa-gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Mufidah saat ia digarap oleh Hendri sementara suami berada tak jauh darinya.

“Oooh Hendri mbak keluaar, cepat dik Hendri nanti ketahuan suamiku,”
Namun Hendri tidak menghiraukannya. Dengan perkasanya Hendri memacu kuda betinanya yang cantik itu sampai biji mata mendelik keatas menikmati kocokan penis besar itu dalam vaginanya.
“Oooh yeah vagina mbak sempit legit, enaak rasanya, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngent0t mbak bila disaksikan mas Syamsul.”

Hendri semakin terbuai saat dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya itu. Dengan menggeram nikmat Hendri menyemprotkan air maninya ke dalam vagina ibu muda itu, sehingga tubuh Mufidah bergetar hebat dan nafas serasa akan putus ketika kejantanan Hendri yang besar panjang berkedut-kedut diliang vaginanya.

“Ooohh mmfff… enaak dik, penismu enak dan besar.”
Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama-sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa-gesa penuh sensasi. Akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Hendri sempat berbisik ke telinga ibu muda itu.
“Lain waktu aku ngent0tin mbak lagi ya,” seraya tangan Hendri meremas susu mengkal wanita cantik itu.

Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan di Sumatera, Mufidah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya.

Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan fasilitasnya. Mufidah sangat senang menempati rumah dengan suasana alam pedesaan itu, disini Mufidah bisa menghindar dari Hendri. Setelah tiga bulan berada di pulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Mufidah berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Mufidah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah.

Pak Renggo adalah seorang lelaki berusia 65 tahun, namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dan sudah ubanan. Pak Renggo adalah seorang pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu.

Wajah lelaki tua itu sangar mengerikan dalam pandangan Mufidah saat pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Mufidah terbiasa dengan pak Renggo yang berwajah menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Mufidah menanam bunga hingga rasa ketakutan Mufidah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya.

Mufidah tak menyadari bahwa mata pak Renggo sering melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah, buah dada Mufidah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Mufidah. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam-macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan sebagai tukang kebun.

Mufidah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis seperti punya Hendri kini Mufidah sangat merindukan kehangatan itu. Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Mufidah frustrasi dan kecewa. Disuatu senja, Mufidah terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya tergantung panjang dan besar. Mufidah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Mufidah memandang penis pak Renggo yang membuat Mufidah jadi menggelegak nafsu birahinya.

Mufidah tidak ingat lagi status sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk-aduk dalam vaginanya. Pengalaman Mufidah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya.

Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Mufidah membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi. Pak Renggo memang dengan sengaja melakukan itu karena pak Renggo telah mengetahui bahwa ibu muda itu sedang terbelalak matanya melihat penisnya dari balik jendela berkaca hitam, pak Renggo sudah tahu kebiasaan Mufidah yang sering duduk menghadap jendela setiap sore hari sambil menghirup secangkir teh manis hangat.

Maka dengan disengajanya lagi pak Renggo mengelus-ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, hanya itu yang bisa dilakukan oleh pak Renggo untuk memancing gairah ibu muda yang cantik isterinya pak Syamsul, adapun untuk berbuat selanjutnya pak Renggo tidak berani macam-macam. Mata Mufidah terbelalak ketika melihat penis pak Renggo menegang dan besar dari balik jendela.

Pak Renggo terus mengocok-ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil berkhayal sedang menyetubuhi Mufidah, semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas, pak Renggo seakan menyemprot ke jendela tempat dimana Mufidah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Mufidah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo.

Tubuh Mufidah menggeletar saat melihat semprotan air mani pak Renggo begitu jauh jangkauannya seakan-akan menyembur ke wajahnya. Tuntas sudah hasratnya pak Renggo mempertontonkan onaninya, dan pak Renggo berpura-pura tidak tahu kalau ibu muda itu menyaksikan betapa dahsyatnya semburan air mani yang keluar dari penis beruratnya, lalu pak Renggo berjalan masuk ke rumah dinas itu menuju kamar mandi.

Ketika makan malam tiba mas Syamsul mengajak pak Renggo makan bersama, hidangan malam yang disediakan Mufidah disantap habis oleh pak Renggo, dalam pikiran Mufidah bila seseorang dengan lahap menyantap makanannya, lelaki tersebut pasti sangat lahap juga dalam bersetubuh. Malam itu Pak Renggo seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa dihadapan ibu muda itu, walaupun pak Renggo tahu bahwa Mufidah selalu memperhatikan gerak geriknya disaat mereka bertiga makan bersama.

Walaupun pak Renggo hanya bercelana komprang hitam namun Mufidah sangat tahu dibalik celana lebarnya tersembunyi batang penis panjang berurat yang tergantung sebesar pisang tanduk. Malam itu Mufidah gelisah saat berada ditempat tidur, disampingnya sang suami sudah tertidur pulas, Mufidah kemudian beranjak bangun keruang dapur untuk menghilangkan hausnya dan setibanya Mufidah didapur ia dikejutkan oleh suara pak Renggo yang menyapa ramah.

“Belum tidur ya.. bu!,”
“Oh ya pak Renggo, aku susah tidur malam ini pak, gak tau kenapa malam ini aku sulit sekali tidur,”
“Oh mungkin ibu banyak pikiran barang kali”, kata pak Renggo,
“Atau ibu masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya.”

Lalu Mufidah ikut duduk disebuah bangku plastik yang tanpa sandaran, yang kemudian Mufidah terus menanggapi ucapannya pak Renggo sambil bercerita ngalor ngidul.
“Ya pak mungkin aku masuk angin nih” dan tanpa disuruh oleh Mufidah pak Renggo telah berdiri dibelakang Mufidah seraya berbisik ditelinga ibu muda itu.
“Aku pijati ya biar hilang masuk anginnya” sambil tangan pak Renggo mulai memijat lembut pundak Mufidah.

Mufidah lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo serasa hangat dan geli ketika menyentuh kulitnya, pijatan pak Renggo merambat naik ke leher jenjangnya dan dengan lembut pak Renggo memijat dengan jari-jarinya yang kasar pada tengkuk Mufidah.

Pijatan pak Renggo serasa nikmat dirasakan oleh Mufidah dan pada saat yang bersamaan sesuatu yang mengeras dan hangat menyentuh kulit punggung Mufidah dari balik baju tidurnya, pak Renggo tak hanya memijat pundak dan lehernya Mufidah akan tetapi juga pak Renggo menggesek-gesekan batang penisnya yang mulai menegang dari balik celana komprangnya pada punggung Mufidah.

Perempuan itu mulai dijalari sensasi birahi dan tubuhnya menggeletar seketika saat tangan kekar pak Renggo turun memijat kedua lengannya, entah disengaja atau tidak jari pak Renggo menyenggol kedua payudaranya yang ranum itu, dan dengan batang kejantanan pak Renggo yang kian menegang semakin menekan punggungnya serasa mengalirkan arus hangat penuh rangsangan.

Mufidah semakin mendesah ketika dengan tiba-tiba pak Renggo menciumi leher jenjangnya sambil berbisik ditelinga Mufidah.
“Ibu ingin merasakan hangatnya penisku? Ayo bu, bilang aja jangan malu-malu, aku tau ibu sangat menginginkannya malam ini dan aku tahu pak Syamsul tidak memuaskan hasrat ibu”,
“Agggh…”

Mufidah bagai terhipnotis dengan ucapan lelaki tua itu, dan tubuh mulus isteri pak Syamsul sudah dalam keadaan telanjang ketika pak Renggo membopongnya masuk kedalam kamar yang sempit pak Renggo, Mufidah sudah sangat pasrah dalam cengkraman pak Renggo sebab didera nafsu birahi tinggi, meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Mufidah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu.

Sekujur tubuh Mufidah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Mufidah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Mufidah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya.

“Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Mufidah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Mufidah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Mufidah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok-obok pak Renggo.

Ibu muda yang cantik beranak dua itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, tak peduli bahwa suaminya sedang berada dirumah, kenikmatan itu telah membuat Mufidah jadi meracau tak karuan.
“Oooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu. Kapan saja kalau bapak mau aku bersedia disetubuhi.”

Pak Renggo yang si tukang kebun telah membuat nyonya majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus isteri pak Syamsul. Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi.

Pak Renggo merenggangkan kaki indah Mufidah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Mufidah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya.

Vagina Mufidah nampak merah merekah dengan cairan bening yang meleleh keluar dari vagina saat orgasme, dan pemandangan itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Mufidah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Mufidah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan.

“Ooooh pak besarnya, sakiiiit pak. Pelan-pelan pak. Agggh… ”
“Sakitnya cuma sebentar koq bu, ibu aku ent0t ya? Ibu ikhlaskan kalau ibu aku setubuhi? Ibu bisa membedakan rasanya jika dient0t sama aku, ibu suka dengan penis besar ini?”, dan kata-kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Mufidah memuncak.
Kata-kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Mufidah yang sempit itu.
Blesssss…

Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Mufidah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya. Tubuh Mufidah menggeletar ketika menerima hangatnya penis pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina.

Lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam vagina Mufidah dan itu dilakukan pak Renggo berulang-ulang kali hingga membuat biji mata Mufidah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Mufidah melolong histeris.
“Ooooh pak, enaak, setubuhi aku paaak terus pak”
Ibu muda yang berjilbab itu kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar.

Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Mufidah serasa terbang ke awang-awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya.

“Bagaimana Bu?. Enak ya rasa penis besar panjang? Ayo bu goyangin pantatnya. Rupanya ibu suka dient0t sama penis besar ya?”. Bisik pak Renggo ke telinga Mufidah sambil tetap mengayunkan pantatnya.
Kata-kata kotor itu membuat Mufidah semakin terangsang. Hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu.

Mufidah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Mufidah disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu memuncaknya sampai ke ubun-ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Mufidah orgasme berkali-kali.

“Ough bu. Vagina ibu sungguh legit. Aku mau keluar juga bu. Di dalam apa diluar nih?”
“Oooh pak enaaknya di dalam saja, semburkan cepaat di dalam pejuhnya paak, Aaaaghhh”.
“Ibu mau kalau aku hamili?”.
“Aaghhhh… Ya yaaa pak hamili saja aku pak Renggo”.
Akal pikiran Mufidah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Mufidah meracau tak karuan.

Air mani pak Renggo menyembur deras menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Mufidah berkelojotan. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Mufidah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut vagina Mufidah yang menggigit lembut.
“Ooh vagina ibu enaaak teunaan”.

Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan nafas saling memburu keduanya mencapai puncak. Mufidah tak menyangka walau tinggal di pedesaan ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun perkasa diranjang.

Dan penampilan Mufidah sehari-hari tetap seperti biasanya, dengan baju panjang dan berjilbab namun Mufidah sudah bukan Mufidah yang seperti dulu lagi. Wanita berdarah ningrat yang alim itu namun dibelakang suaminya Mufidah adalah sosok perempuan yang haus akan penis lelaki perkasa.

Akibat Mufidah telah diperkosa oleh sahabat suaminya membuat Mufidah merindukan selalu batang kejantanan lelaki perkasa untuk dapat memuaskan dahaganya, Mufidah kini mengalami kelainan seks dan ia akan merasa puas bila disetubuhi oleh lelaki yang berpenis besar serta panjang. Dan untuk memenuhi hasratnya Mufidah telah mendapatkan dari tukang kebunnya, dan peluang itu juga tidak disia-siakan oleh pak Renggo untuk mencicipi tubuh seksi perempuan itu.

Bila mas Syamsul pergi kota untuk beberapa hari, kesempatan untuk menyetubuhi Mufidah semakin leluasa dilakukan, dan terkadang Mufidah merengek-rengek minta disetubuhi oleh pak Renggo meski sang suami masih berada dirumah, Mufidah sering menyelinap masuk kedalam kamarnya pak Renggo dalam keadaan telanjang, dikamar sempit itu makhluk yang berlainan jenis itu memacu birahi liar.

Buah dada Mufidah yang montok indah akan selalu menjadi sasaran mulut pak Renggo untuk menyusu pada ibu muda itu. Erangan nikmat Mufidah serta goyangan erotisnya ketika disetubuhi pak Renggo menjadi obat perangsang birahi buat lelaki tua itu untuk selalu menghempaskan Mufidah kepusaran badai kenikmatannya. Jadilah Mufidah budak nafsunya pak Renggo dan pak Renggo selalu membuat tuntas nafsu birahi Mufidah hingga Mufidah dibuat mengerang-ejang.

Ketika dengan liar Mufidah bergoyang erotis diatas tubuh kekar pak Renggo, sambil meremas-remas payudara Mufidah, mata pak Renggo merem melek menikmati goyangan pinggul Mufidah dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratnya. Mufidah bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidang pak Renggo.
“Oooh yeeah” tubuh ibu muda itu meliuk-liuk bagai penari jalang.
“Aaaggh… Ouuph… paak… penisnya sampai mentoook, enak paak”.

Tubuh Mufidah berkilau indah bermandikan keringat ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya. Dengan bersemangat Mufidah ia memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis berurat pak Renggo dan vagina Mufidah semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina.

Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Mufidah terus dan terus memacu diatas tubuh kekar lelaki tua tukang kebunnya. Pak Renggo memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekar pak Renggo tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Mufidah hingga Mufidah mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar.

Ketika Mufidah akan mencapai pada puncak birahinya, lalu disambarnya bibir pak Renggo dan Mufidah melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh keduanya melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi.
“Oouh, enaak pak..”, tubuh Mufidah berkejat-kejat saat ia mendapatkan orgasmenya yang sempurna.

Mufidah memeluk erat tubuh kekar lelaki tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada pak Renggo. Dan kini perempuan cantik itu ditindih lagi oleh pak Renggo dan dengan buasnya pak Renggo menyetubuhi ibu muda itu sampai tubuhnya berkelojotan mendapatkan orgasmenya kembali.

Pak Renggo belum merasa puas kalau belum bisa membuat Mufidah mengerang histeris saat ia setubuhi, lalu ditengkurapkan tubuh Mufidah dengan posisi menungging dan dengan keras dihujamkan penis beruratnya ke dalam vagina yang sempit itu, tubuh Mufidah bergetar hebat saat Penis pak Renggo amblas masuk ke dalam liang vaginanya yang telah becek, sambil meremas payudara indah Mufidah.

Pak Renggo mengayunkan penisnya maju mundur dengan ganas dan liar, dengan geramnya kulit punggung Mufidah yang halus itu digigit oleh pak Renggo, rasa sakit bercampur dengan nikmat membuat tubuh Mufidah mengejang mengerang histeris.
“Ooooh terus pak.. ent0tin aku yang kuat paaak”.
Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Mufidah dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas-remas penis pak Renggo.
“Ouuuuh.. Aggghh..”

Pak Renggo dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Mufidah yang berdenyut-denyut, ia tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangatny dipertengahan permainan, saat memacu kuda betina yang sedang meringkik nikmat menuju garis finish. Rambut panjang Mufidah dibuat bagaikan tali kekang dan hentakan penis pak Renggo terkadang cepat terkadang perlahan. Saat ayunan penis pak Renggo dibuat perlahan dan lembut Mufidah mengerang, mengejang dan meracau.
“Ooooh… enak… enaak pak, terus paak aku suka dient0t sama penis besaaaar paak”

Dan pantat Mufidah bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penis pak Renggo, tubuhnya menggeletar dan rasa sakit rambutnya yang dijambak oleh pak Renggo bercampur dengan rasa nikmat. Wajah Mufidah menengadah ke langit-langit kamar dengan kedua matanya terpejam, menikmati gesekan penis pak Renggo bagaikan gelombang disamudera.

“Ayooo bu goyang terus!…. Ayo akungku yang binal goyang terus, teruuuus,”
Dan buah pantat Mufidah dipukuli oleh telapak tangan kasar pak Renggo, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Mufidah semakin menggebu bagai orang kesurupan Mufidah menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penis pak Renggo.

Tangan kekar pak Renggo tak pernah diam dan dengan gemas diremasnya kedua payudara Mufidah. Ayunan penisnya semakin cepat, dengan nafas memburu pak Renggo menghujamkan penis besarnya keluar masuk. Mufidah mengerang histeris, tubuh Mufidah ikut berguncang-guncang akibat hentakan penis pak Renggo yang menyetubuhinya dari arah belakang.
“Aaampun pak… Oooh…”. Mufidah melolong panjang.

Sambil mendekap dan meremas payudara Mufidah. Pak Renggo berbisik pada ibu muda itu.
“Ibu suka ya kalau aku ent0tin?. Ayoo bilang bu.”
“Yaa paak… teruus… enaak pak”.
“Nah… artinya ibu sudah jadi isteri yang jalang yang suka penis. Ayoo jawab… manisku.”
Karena didera oleh rasa akan mencapai puncak kenikmatan, Mufidah menjawab sambil merengek.
“Oooh pak… terus pak… setubuhi aku sesukamu. Aaah… aku suka dient0t sama bapak”.

Tiba-tiba dengan kuat dan kasar pak Renggo menghujamkan penis besarnya kembali hingga membuat Mufidah menjerit histeris.
“Ouuggh… aku sampai paak… enaak pak… teruus pak ent0t yang kuat”.
Dan tubuh Mufidah menggelosor ambruk ketempat tidur, sementara penis besar pak Renggo masih mengobok-obok didalam vaginanya hingga menyentuh dasar rahimnya, sukma Mufidah serasa terbang ke awang-awang dengan biji mata mendelik dan tubuh berkelojotan Mufidah meresapi.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih

Paling HOT Saat ini