Februari, Senin 2004
Saya terbangun dipagi hari dengan
perasaan sakit yang luar biasa. Kepala saya terasa berat, badan saya
panas sekali, dan badan tidak terasa bertenaga. Saya mencoba bangun dan
sarapan. Setelah makan, saya malah terasa semakin lemas. Akhirnya saya
SMS sekretaris saya untuk bilang tidak masuk kantor karena sakit. Jam 11
siang saya terbangun, kepala terasa semakin berat dan lemas sekali.
"Something is wrong" gumam saya.
Saya
minta pembantu saya untuk panggil taksi. Setelah taksi tiba, saya
berangkat dan minta diantar ke rumah sakit swasta yang besar di daerah
kuningan, Jakarta. Saya langsung masuk ke unit gawat darurat dan tim
medis langsung menangani saya. Darah saya diambil untuk dites dan sebuah
infus dipasang dilengan kiri saya. Sejam kemudian, dokter
memberitahukan hasil lab yang menyatakan trombosit darah saya jauh
dibawah normal. Saya diminta untuk diopname.
Sambil
mengisi registrasi rumah sakit, saya minta kamar VIP dan menelepon orang
tua saya bahwa saya diopname dan minta dibawakan baju ganti dari rumah
saya. Setelah urusan beres, saya langsung diantar ke kamar VIP. Selesai
makan siang dan obat, saya langsung tidur dengan pulas. Sore hari, orang
tua saya datang membawa baju ganti, dsb. Saya wanti-wanti mereka untuk
tidak memberitahu kakak atau saudara saya karena tidak mau diganggu
selama diopname.
Selasa
Jam 5:45 pintu
kamar saya terbuka, seseorang membawa sarapan disusul oleh seorang pria
yang membawa kotak putih, rupanya ia perlu mengambil darah saya untuk
dibawa ke lab. Kepala saya masih sakit, badan masih panas dan masih tak
bertenaga. Selesai sarapan kembali saya tertidur. Jam 6:30, seorang
suster masuk.
"Selamat pagi Pak Arthur, saya mandikan ya supaya segar" kata suster.
Saya
membuka mata sedikit dan mengangguk. Si suster dengan cekatan membuka
baju dan celana tidur saya. Seluruh tubuh saya dioleskan dengan sabun
cair lalu digosok setelah itu dilap dengan handuk basah. Selama
dimandikan, saya menutup mata saya karena masih pusing. Sesekali saya
membuka mata, saya perhatikan si suster bernama Mia (bukan nama asli).
Tubuhnya langsing, rambutnya pendek, dadanya terlihat membusung dibalik
baju seragam perawatnya.
"Pak, mau dibersihkan daerah selangkangan?" suster Mia bertanya. "Ya boleh aja" jawab saya malas-malasan.
Celana
dalam saya dibuka dan kembali suster Mia mengoleskan sabun cair dan
membersihkan daerah selangkangan lalu dilap dengan handuk basah. Selama
dibersihkan didaerah selangkangan, kontol saya terkulai dengan lemas.
Ternyata urat mesum saya sedang tidak beraksi sama sekali, hahahaha.
Setelah beres, suster Mia membantu saya memakai pakaian yang bersih dari
tas saya lalu saya mengucapkan terima kasih. Jam 8, dokter datang untuk
memeriksa kondisi saya kemudian saya melanjutkan tidur.
Rabu
Rutinitas
pagi hari kembali terulang, sarapan diantar lalu datang si pria yang
meminta darah saya (udah kayak drakula minta darah) dan kembali suster
Mia datang untuk memandikan saya. Kepala saya masih sakit walaupun tidak
separah kemarin dan badah masih hangat. Kali ini sambil dimandikan,
mata saya terbuka lebar dan tertuju pada TV walaupun sekali-sekali
melirik ke tubuh suster Mia. Wajahnya saya perhatikan, ternyata cantik
juga dia. Jika dilihat sepintas mirip Wanda Hamidah. Kalau tersenyum,
maka sebuah lesung pipit akan terlihat di pipi sebelah kanan. Kembali
suster Mia menawarkan untuk membersihkan daerah selangkangan, saya
perbolehkan. Kontol saya masih terkulai lemas. Rupanya badan lemas
memang tidak akan mampu membuat kontol berdiri.
Saya
melewati hari ini dengan lebih banyak tidur supaya cepat sehat.
Sekali-sekali saya nonton TV tapi setelah itu kembali tidur.
Kamis
Pagi
ini saya merasa cukup segar, kepala sudah tidak lagi sakit, temperatur
badan sudah kembali normal dan tenaga tubuh terasa sudah membaik. Tidak
sabar saya menunggu dimandikan suster Mia. Selesai sarapan dan
pengambilan darah, suster Mia datang.
"Halo selamat pagi,
kelihatannya sudah segar Pak Arthur" kata Mia dengan
tersenyum. "Panggil Arthur saja, enggak usah pakai Pak. Iya, sudah jauh
lebih baik" kata saya dengan tersenyum. "Wah kalau begitu enggak perlu
ya dimandikan, bisa mandi sendiri" goda Mia. "Kalau saya sehat, saya
tidak ada disini, suster" jawab saya sambil tertawa. "Hahaha, bisa saja
Arthur" kata Mia.
Mia membuka baju dan celana tidur saya.
Saat mengoles dada dan punggung saya dengan sabun cair, saya melirik
kearah dadanya, wah besar juga! Mia menggosok dada, punggung dan lengan
saya. Bibir Mia yang merah terasa dekat sekali saat itu membasuh dada
saya dengan handuk basah. Ingin rasanya menciumnya. Lalu Mia melanjutkan
membersihkan paha dan kaki saya. Tangannya yang lembut saat menyentuh
paha saya tiba-tiba membangunkan urat mesum saya dan langsung kontol
saya berdiri, hore! Mia tetap melanjutkan membasuh paha dan kaki
walaupun sekali-sekali saya menangkap matanya melirik kearah kontol
saya.
"Mau dibersihkan selangkangannya?" tanya Mia. "Boleh, silakan" kata saya sok cuek.
Tangan
Mia meraih celana dalam saya dan perlahan ia menariknya kebawah. Kontol
saya langsung terayun kearahnya. Mia lalu membalur sabun cair di daerah
selangkanganku. Tangannya terasa lembut sekali dan kontol saya terasa
semakin mengeras.
"Maaf ya kalau ereksi" jawa saya sedikit malu. "Tidak apa-apa kok, normal kok" jawab Mia sambil tersenyum.
Duh
senyumannya membuat jantung saya berdegup dengan kencang. Mia
kelihatannya hati-hati untuk tidak sampai menyenggol kontol saya.
Selesai mandi, Mia membantu saya memakai baju lalu saya nonton TV sambil
menunggu dokter datang.
Jum'at
Saya sudah
merasa sehat sekali. Saya kembali membayangkan kenikmatan dimandikan
oleh si cantik suster Mia. Sarapan dan tukang palak darah pun datang,
dan sekarang saatnya mandi. Pintu kamar saya terbuka dan tiba-tiba yang
muncul bukan Mia melainkan suster lain yang sama sekali tidak menarik.
"Aarggh, shit, who the hell are you?, I want Mia" jerit saya dalam hati.
Suster
itu menawarkan untuk dimandiin. Serta merta saya menolak, saya bilang
saya cukup kuat untuk mandi sendiri. Suster itu membantu saya ke kamar
mandi setelah itu meninggalkan kamar saya. Selesai mandi, dokter datang
dan membawa hasil lab terbaru. Trombosit darah saya sudah kembali
normal. Nanti siang saya diijinkan untuk membuka infus dan kalau segala
sesuatu baik maka hari Sabtu boleh pulang. Saya agak sedih tidak ketemu
Mia, seharian saya melewatkan waktu dengan nonton TV dan menanyakan ke
sekretaris keadaan di kantor.
Malam hari setelah makan
malam, orang tua saya pamit untuk pulang. Saya masih nonton TV untuk
menunggu suster shift malam datang. Biasanya suster itu hanya akan
memantau kondisi sebelum saya tidur. Tangan kiri saya sudah kembali
bebas setelah jarum infus dicabut. Jam 21:30, pintu terbuka dan suster
Mia muncul.
"Selamat malam Arthur, sudah sehat?" Mia
bertanya dengan tersenyum. "Halo Mia, saya sudah merasa sehat. Kok
sekarang datangnya malam?" tanya saya. "Biasa, rotasi jam kerja" kata
Mia. "Senang melihat Mia lagi" kata saya sedikit merayu, tanpa saya
sadari saya menyentuh lengan Mia. Mia tersenyum dan membiarkan tangan
saya memegang lengannya. "Gimana kabarnya? Masih lemas?" tanya
Mia. "Sudah sehat, kan tadi sudah saya jawab" kata saya sedikit
bingung. "Bukan kamu, tapi adik kamu" kata Mia dengan pandangan
menggoda. "Coba saja kamu tanya sendiri" kata saya sambil tersenyum.
Dengan
mata yang tetap tertuju pada mata saya, Mia mengulurkan tangannya ke
arah kontolku. Ia meremas kontol saya dari balik selimut.
"Besar ya, Arthur" kata Mia. "Buka aja celananya" kata saya.
Mia
membuka celana piyama dan celana dalamku. Kontol saya langsung
digenggam. Mia membungkukkan dadanya kearah saya dan saya langsung
mencium bibirnya, saya buka kancing baju seragamnya lalu saya tarik
BHnya kebawah. Payudaramia cukup besar, berukuran 34B. Putingnya
berwarna coklat muda dan payudaranya terlihat sedikit menurun. Dengan
gemas, saya cium bibir Mia sambil meremas dan memelintir puting Mia. Mia
membalas dengan meremas dan mengocok kontol saya. Setelah berciuman
agak lama, Mia melepaskan dirinya dan menghisap kontol saya. Lidahnya
menyapu seluruh kepala kontol lalu ke batang kontol dan biji. Hmm,
nikmatnya.
Saya mengangkat rok putih Mia dan terlihat
celana dalamnya berwarna putih. Saya remas pantatnya yang tidak terlalu
besar lalu saya elus vaginanya dari belakang pantatnya. Mia
menggelinjang kegelian. Saya menyelipkan jari saya kebalik celana
dalamnya dan mengelus-elus vaginanya. Terasa bulu-bulu kemaluan Mia
disekitar vaginanya. Vagina Mia sendiri terasa basah dan licin. Wah
kelihatannya Mia sudah orgasme, mungkin saat kita ciuman dia mengalami
orgasme. Jari saya sibuk mengelus vagina dan memainkan klitorisnya.
Nafas Mia mendengus-dengus dan ia menghisap kontol saya semakin keras.
Tiba-tiba
terdengar suara orang berjalan di gang. Mia langsung tersentak dan
membetulkan bajunya. Ia berjalan ke pintu dan mengintip keluar, rupanya
hanya orang yang keluar dari kamar selesai membesuk. Mia tersenyum dan
berkata
"Arthur, saya enggak berani melakukannya disini,
takut supervisor saya lewat" "Sebentar saja, enggak ketahuan kok asalkan
kita tidak berisik" ujar saya. "Hari Senin saja ya ditempat saya" kata
Mia dengan wajah yang memelas. "Sebentar saja sayang, 10 menit deh" ujar
saya dengan nafsu yang sudah naik ke ubun-ubun.
Saya
turun dari tempat tidur saya dan menghampiri Mia. Saya cium bibirnya dan
Mia membuka baju, saya praktis telanjang bulat. Mia lalu membuka baju
seragamnya dan menurunkan BHnya lalu mengangkat roknya dan celana
dalamnya ditarik kebawah kakinya. Kami berciuman dengan penuh gairah.
Saya menuntun Mia ke sofa, saya duduk disofa dan Mia duduk dipangkuanku
menghadap saya. Saya mencium buah dadanya yang besar.
Mia
mendesah dengan nikmat. Ia mengangkat pantatnya dan menuntun kontol
saya kearah vaginanya. Vaginanya yang sudah basah membuat kontol saya
masuk dengan mudah. Mia mendongak sambil memejamkan matanya menikmati
kontol saya. Ia menggoyangkan pinggulnya naik turun dan
memutar-mutarnya. Kontol saya terasa seperti ditarik dan diremas
bersamaan. Nikmat sekali. Payudara Mia bergoyang-goyang dimuka saya dan
langsung saya sambar putingnya dengan gigiku dan menggigitnya.
Dengan
penuh gairah Mia memainkan kontolku dalam vaginanya. Bibirnya ia gigit
agar tidak sampai berteriak. Saya sendiri berusaha menutup mulut saya
dengan membenamkan kepala saya di buah dada Mia.
"Sshh.. Enak Arthur, enak sekali" ujar Mia mendesis.
Bagaikan
kuda liar, Mia terus mengayun-ayunkan pantatnya. Keringat menetes
dengan di kening dan dadanya. Wajahnya yang cantik terlihat semakin
cantik meluapkan gairah didalam dirinya. Saya melirik ke bagian bawah
perutnya, terlihat bulu kemaluannya yang agak lebat. Biasanya saya
sedikit turn-off melihat wanita yang bulu kemaluannya lebat tapi kali
ini gairah saya tidak padam malah semakin membara.
Tanpa
mengeluarkan kontol saya atau mengubah posisi ML, saya mengangkat Mia.
Mia memeluk saya dan kakinya melingkar di pinggang saya. Saya baringkan
Mia di sofa, Mia menekuk kakinya lalu merapatkannya sehingga kontol saya
terasa semakin rapat di vaginanya. Saya mulai menggenjot vagina Mia.
Saya condongkan dada saya sehingga menyentuh dengkul Mia. Mata Mia tidak
lepas dari mata saya. Tangan kanan saya meremas payudara Mia sedangkan
tangan kiri saya meraih ke anus Mia dan memainkannya. Mia mendelik saat
saya memasukkan jari tengah saya ke anusnya, perlahan tangan kanannya
meraih jari saya danmenariknya keluar
"Jangan sayang, sakit" ujar Mia.
Saya
terus menggenjot Mia dengan penuh gairah. Mia meremas-remas payudaranya
sendiri sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian saya merasakan
akan ejakulasi.
"Mau keluar Mia"
Mia
langsung menurunkan kakinya sehingga kontol saya tercabut dari
vaginanya, ia duduk lalu meraih kontol saya. Kontol saya langsung
diremas dengan gemas dan dimasukkan ke mulutnya. Tangan kanannya
meremas-remas biji sedangkan tangan kirinya memegang batang kontolku.
Saya memegang kepala Mia dan menekan-nekan kepalanya sehingga kontol
saya terasa masuk lebih dalam kedalam mulut Mia.
Kontol
saya langsung memuntahkan peju kedalam mulut Mia yang mungil. Peju saya
terlihat memenuhi mulut Mia sehingga ia terpaksa mengeluarkan kontol
saya dari mulutnya dan menelan peju saya kemudian menjilat sisa peju
yang turun di batang kontol. Kontol saya langsung bersih dijilat. Saya
sebenarnya masih penasaran belum menjilat vagina Mia, tetapi Mia
cepat-cepat memakai bajunya dan membereskan rambutnya. Keringat di
dahinya ia lap dengan tissue. Kemudian ia mengambil bolpen dan menulis
alamat dan nomor handphonenya.
"Saya off-duty hari Senin.
Kamu pasti boleh pulang besok. Tapi nanti dokter akan minta kamu
istirahat beberapa hari. Datang aja ya ke kost saya hari Senin" kata
Mia. Saya cium bibir Mia dan Mia bergegas keluar.
Sabtu
Hari
Sabtu saya akhirnya boleh pulang dan persis seperti yang dibilang Mia,
saya diminta untuk istirahat dirumah sampai hari Rabu.
Senin
Jam
9 pagi saya sudah tiba di tempat kost Mia, sebelumnya saya sudah
menelepon Mia untuk datang kesana. Mia telah menunggu diruang tamu
tempat kostnya. Ia mengenakan celana pendek warna coklat dengan kaos
lengan buntung yang ketat.
"Hai, akhirnya datang" seru
Mia dengan senang. Mia langsung mengajak saya ke kamarnya. "Kangen
dengan Mia" kata saya sambil mencium bibirnya. "Iya, saya kangen juga,
masih penasaran dengan kontol kamu" jawab Mia sambil ciuman.
Saya
membuka kaos dan celana pendek Mia. Tampak celana dalam model g-string
berwarna hitam dikenakan Mia. Mia lalu gantian membuka baju dan celana
panjang serta celana dalam. Kemudian Mia jongkok didepan saya lalu mulai
menghisap kontolku. Selang beberapa menit menghisap kontol, saya
meminta Mia berdiri lalu saya baringkan ditempat tidur. Saya cium
payudaranya sambil tangan kanan saya mengelus vaginanya dari balik
celana dalam. Mia memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang saya
berikan. Putingnya secara gantian saya hisap dan gigit lalu saya turun
ke perut Mia. Mia menjerit geli saat saya gigit perutnya.
Dengan
tak sabar saya mulai mencium vaginanya dari balik celana dalamnya,
kemudian saya tarik celana dalamnya sampai ke dengkulnya. Wah ternyata
Mia telah mencukur bulu kemaluannya sehingga terlihat tipis dan rapih,
beda dengan malam sebelumnya yang bulu kemaluannya terlihat lebat. Saya
jilat vaginanya yang berwarna merah, klitorisnya yang besar tidak luput
dari gigitan saya. Mia menjerit-jerit kecil menerima gigitan-gigitan di
klitorisnya. Saya membalikkan tubuh Mia lalu membuat posisi doggy style.
Mia nungging didepan saya, pantatnya yang mungil saya remas dengan
keras lalu saya minta Mia membungkuk lebih dalam sehingga anusnya
terlihat. Saya jilat anusnya, Mia menggelinjang kegelian. Kemudian saya
mulai mengarahkan kontol kedalam vagina Mia.
"Aahh, enak Arthur, enak sekali. Terus sayang. Lebih keras" pinta Mia.
Vagina
Mia terasa hangat dan basah. Saya memegang pantatnya dan menggenjot
vagina Mia dengan penuh nafsu. Mia mendesis-desis sambil memutar-mutar
pantatnya. Setiap kali Mia memutar pantatnya, kontol saya terasa seperti
ditarik lebih dalam divaginanya. Entah bagaimana caranya dia bisa
melakukan itu. Saya memejamkan mata menikmati pijitan kontol saya dalam
vagina Mia. Mia kemudian meluruskan kakinya sehingga tubuhnya rata
dengan kasur, saya terpaksa harus menurunkan badan saya dan menindih
tubuh Mia dari belakang. Tapi dengan gaya ini, kontol saya terasa
semakin sempit memasuki vagina Mia karena dihimpit oleh paha Mia.
Tidak
lama kemudian saya ejakulasi. Saya melenguh dengan keras dan tubuh Mia
ikut mengejang pertanda ia juga orgasme. Saya lalu menindih tubuh Mia
tanpa mengeluarkan kontol saya. Mia kemudian memutar tubuhnya lalu
gantian menindih dada saya. Kami saling berciuman dan istirahat.
"Arthur,
mau nggak kalau ada variasi?" tanya Mia. "Variasi seperti apa?" tanya
saya balik. "Ada orang ketiga" sahut Mia. "Siapa?" "Namanya Desi, dia
suster juga tapi kerjanya di lantai 2 dirumah sakit yang sama" "Boleh
aja, sekarang?" "Bisa, tinggal telepon dan nanti dia datang dari kamar
sebelah" "Hah? Dia disebelah? Cantik nggak?" tanya saya bertubi-tubi.
Kalau nanti yang datang suster yang mau mandiin saya waktu hari Jum'at
pagi kan repot, pikir saya dalam hati. "Cantik, jangan takut deh. Dia
satu kost dengan saya" jawab Mia sambil meraih handphonenya.
Rupanya
Mia telah bercerita kepada temannya mengenai persetubuhan kita di rumah
sakit. Dan lebih mengejutkan lagi, Desi ini juga sering bersetubuh atau
setidaknya oral sex dengan pasien. Hmm, nakal juga suster-suster ini,
pikir saya dalam hati. Dalam waktu kurang dari semenit, Desi mengetuk
kamar Mia dan dibukakan oleh Mia. Wajah Desi boleh juga walaupun tidak
secantik Mia. Desi memakai daster bercorak bunga-bunga dengan warna
mencolok khas dari Bali. Dari balik dasternya tampak buah dadanya yang
tidak disangga BH. Saya masih berbaring di tempat tidur dengan telanjang
dan mata Desi langsung tertuju ke kontol saya.
"Halo Desi" kata saya untuk menghilangkan kecanggungan. "Halo Arthur" sahutnya dengan sedikit malu.
Mia
berdiri dibelakang Desi lalu membuka daster Desi. Desi langsung
telanjang bulat. Desi tersenyum malu lalu mendekat kepada saya. Saya
meremas payudaranya yang tidak sebesar Mia tapi bulat dan kencang.
Pantat Desi sedikit lebih besar dari Mia, bulu kemaluannya terlihat
tercukur tipis dan rapih. Desi meraih kontol saya dan mengelusnya.
Kemudian ia membungkukkaan tubuhnya dan mulai menghisap kontol saya,
saya raih pantatnya dan menariknya kearah muka saya sehingga kita dalam
posisi 69.
Mia tampak mengambil handycam dan mulai
merekam adegan saya dan Desi. Dengan gemas saya jilat vagina Desi,
tercium bau sabun yang wangi. Desi membalas dengan menghisap kontol saya
sambil meremas bijiku. Puas ber-69, saya minta Desi tetap nungging lalu
saya masukkan kontol saya ke vaginanya. Vaginanya tidak sesempit Mia
tetapi begitu kontolku masuk langsung terasa vaginanya berdenyut-denyut
di kepala kontolku. Desi saya genjot dengan penuh gairah. Mia merekam
setiap adegan sambil tangan kirinya mengelus vaginanya sendiri. Desi
mengikuti irama goyangan saya dengan menekan pinggulnya dengan keras
kepinggul saya sehingga kontol saya masuk lebih dalam ke vaginanya.
Mia
kemudian meletakkan handycamnya di meja dengan posisi lensa mengarah
kami, kemudian ia berlutut dibelakang saya lalu memelukku. Tangan
kanannya meremas-remas biji saya. Rangsangan yang diperoleh dari Mia
membuat saya menggenjot Desi semakin keras.
"Oohh.. Terus Arthur, terus Arthur.. Saya mau keluar" jerit Desi dengan keras.
Tubuh
Desi mengejang dan terasa vaginanya Desi menjadi sangat becek. Desi
langsung tengkurap dengan lemas dikasur. Wah belum apa-apa udah lemas,
saya berkata dalam hati.
Langsung saya tarik si Mia dan
masukkan kontolku ke vaginanya. Mia membuka kedua kaki dengan lebar dan
menerima kontol saya dalam vaginanya. Saya meremas-remas buah dadanya
dengan nafsu sambil menggenjot kontolku yang belum tuntas tugasnya. Saya
melirik ke Desi dan ia kelihatannya kembali bergairah. Ia jongkok
diatas muka Mia dan Mia langsung melahap vagina Desi. Desi melenguh
setiap kali lidah Mia menyapu vaginanya. Saya mencium bibir Desi dan
kita saling berpagutan. Setelah menyetubuhi Mia selama 10 menit, peju
saya terasa mau keluar. Langsung saya cabut kontol saya dan
menyodorkannya ke mulut Desi. Desi menerima dengan senang dan menghisap
dan menelan peju saya. Mia sendiri masih asyik menjilat vagina dan anus
Desi.
Saya terkulai ditempat tidur, Desi rebahan
disebelah kiri dan Mia disebelah kanan. Mia memutar video adegan seks
tadi. Sepanjang hari, kami bertiga terus bersetubuh dengan posisi yang
berbeda. Kadang-kadang gantian saya yang meng-handycam Desi dan Mia yang
ber-69 dan berciuman. Three-some yang sangat eksotis. Tubuh saya
langsung terasa sehat dan segar.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih