Bulan November 2012 saya mendapat kiriman email dari beberapa cewek
yang membaca cerita saya, yang salah satunya dari Amelia. Amelia
ternyata sekota dengan saya di pulau Lombok, usianya baru 18 tahun,
pelajar Sekolah Menengah Umum yang terkenal di kota saya. Amelia atau
panggilannya Lia, gadis berkulit putih, tinggi 187 cm, berat 52 kg dan
ukuran payudaranya saya perkirakan 34B, betul-betul anak SMU yang baru
berkembang.
Awal perkenalan saya dengan Lia, kami janji bertemu di rental internet favorit saya dekat mall.
"Hallo..
Om yang namanya Andi?" tanya seorang gadis SMU pada saya."Iya.. Amelia
ya?" tanya saya kembali padanya sambil memperhatikan wajahnya yang
manis, rambut hitam lurus sebahu dan masih memakai seragam SMU-nya."Lagi
ngapain Om?" tanyanya sambil duduk di kursi sebelah saya."Liat email
yang masuk nich, panggil aja Andi ya" pintaku."Ya, panggil juga saya
dengan Lia" jawabnya sambil mepet melihat ke arah monitor
komputer."Okey, Lia bolos sekolah ya, jangan keserinngan bolos loh"
nasehatku."Enggak kok, wong nggak ada guru, lagi ada rapat tuch"
Wangi
juga bau parfumnya, mana rok abu-abunya span lagi, si boy jadi bangkit
nich. Wah, kalo bisa making love sama Lia, asyik juga.. Huh dasar lagi
mumet nich otak, maunya si boy saja.
"Ndi, Lia boleh tanya
nggak?""Boleh aja, andi itu orangnya terbuka kok en' fair, mau nanya
apa?""Kalo tamu ceweknya Andi ngajak jalan-jalan, bayar nggak?""Oh itu,
ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Lombok ditanggung senang
dech""Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu""Kalo
making love gimana?" tanya Lia antusias."Kalo making love sich,
terserah tamunya, kalo suka sama Andi, ayo aja""Biasanya Andi selama ini
dibayar berapa sich?""Ya, kira-kira lima ratus ribu sampai satu
jutaan""Itu berapa hari?""Terserah tamunya aja mau berapa hari, okey,
puas?""Mmh.." guman Lia seperti ingin menanyakan sesuatu tapi
ragu-ragu."Kalo Lia udah pernah dicium belum atau udah pernah making
love?" tanyaku."Ih, si Om nanyanya gitu""Ah, nggak usah malu sama Andi,
ceritain aja""Belum sich Ndi, cuma kalo nonton BF sering""Jangan
ditonton aja, praktek dong sama pacar" tantang saya sambil menepuk
pundaknya."Pacarnya Lia itu agak aneh kok""Gimana kalo praktek sama
Andi, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil""Hush, jangan aneh-aneh
Ndi, Lia udah punya pacar lho""Nggak aneh kok, kalo praktek
pacar-pacaran" rayu saya, sepertinnya ada peluang nich. Saya harus
merayunya supaya Lia tidak ragu-ragu lagi."Iya sich, tapi.." jawabnya
ragu-ragu.
Setelah selesai membalas email yang masuk, saya
berencana mengajak Lia ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan,
ya nggak pembaca. Ternyata Lia itu tinggal bersama ibunya yang masih
berusia 47 tahun dan suaminya tugas keluar pulau selama beberapa bulan.
"Mau
nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Lia naik apa?""Naik mobil, pake mobil
Lia aja" ajaknya bersemangat sambil menggandeng tangan saya seperti Om
dan keponakannya.
Ternyata mobilnya memakai kaca rayban
gelap dan ber-AC lagi, jadi siang itu kami meluncur ke pantai senggigi
dan sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan saya juga membeli
kondom, biasa.. he.. he..
Lia menjalankan mobil dengan
santai, tapi saya jadi tegang terutama si boy dan bukan mobilnya yang
jalan santai yang membuat saya tegang, rok abu-abunya itu lho. Sudah
span, pas duduk dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga
memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih
kencang.
"Eh, Ndi kok bengong, ngelamun jorok ya?""Eh..
Eh.. Nggak juga" jawab saya tergagap-gagap."Terus kenapa liatin pahanya
Lia terus""Badanmu itu bagus kok, rajin fitnes ya?""Pasti, supaya badan
Lia tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?" tanyanya tersenyum."Seksi
bo! Eh Lia parkir aja yang di pojok tuch" tunjukku pada sebuah pojokan,
agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih
siapa tahu bisa indehoy."Bagus juga tuch tempatnya" jawab Lia setuju
sambil memarkirkan mobilnya hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang
kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari
pemukiman dan lalu lalang orang, paling-paling orang yang berjalan di
pantai, itupun agak samar-samar.
Mudah-mudahan pembaca tidak
bingung membayangkan ilustrasi tempat yang saya ceritakan. Setelah Lia
parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Lia yang belum pernah
making love dan ibunya yang sering kesepian ditinggal suaminya pergi.
"Ngomongnya
nggak enak ya kalo kita berjauhan begini""Maksud Andi..""Lia duduk aja
dekat Andi""Tapi kursi itu kan cuma satu""Ayo dong Lia, duduk sini
kupangku" rayu saya sambil menarik tangan kanannya."Malu ah, dilihat
orang" jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai."Berarti kalau
nggak ada orang nggak malu dong" ujarku sambil menarik tangannya agar
mendekat pada saya."Ya.. Nggak gitu" jawabnya ragu-ragu."Saya udah jinak
kok apalagi si boy ini paling jinak" goda saya lagi sambil menunjuk
kontol saya yang sudah agak menggembung."Ih jorok ih" jawabnya tertawa
pelan."Mau nggak?""Emm.. Bagaimana ya""Mau dech.." dan akhirnya dengan
paksaan sedikit dan si Lia yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil
menariknya bahkan Lia duduk dengan sedikit ragu.
Saya
pangku Lia sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Lia yang saya
pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit.
Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Lia juga menikmatinya,
kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.
"Oh
ya, Andi mau nanya hal pribadi, boleh nggak?""Boleh aja, Lia itu
orangnya terbuka kok" jawabnya sambil menggeser pantatnya supaya tidak
terlalu merosot. Wah si boy saya jadi berdiri gara-gara si Lia
memperbaiki posisi duduknya hingga pantatnya yang semok semakin mepet
sama si boy. Coba pembaca bayangkan seperti posisi saya saat ditemani
cewek SMU berumur 18 tahun yang bongsor dan seksi, pasti si boy mau
berontak keluar, so pasti coy.
"Lia pernah nggak making
love?""Mmh.. Gimana ya" jawab Lia ragu-ragu sambil menggigit jari
kelingking tangan kirinya."Ceritain dong.." bujuk saya sambil mengelus
pahanya yang masih terbungkus rok abu-abunya yang mini.
Lumayanlah
sebagai permulaan pemanasan, ini kesempatan kalau Lia mau making love
sama saya dan kalau tidak mau paling ditolak atau ditampar atau
ditinggalkan, tapi dari perasaan saya sih, sepertinya mau.
"Pernah
sih sama pacar, tapi itu dulu sebelum putus""Kok putus, kenapa
emangnya?" tanyaku sambil tangan kiri saya memegang pinggangnya yang
langsing."Sebetulnya Lia sayang sama dia, kalau cuma making love sich
tidak apa-apa""Yang penting pake kondom supaya aman""Terus apa
masalahnya?""Ya itu, making lovenya agak aneh, masak Lia diikat
dulu""Wah, itu sich namanya ada kelainan namanya, harusnya dengan
lembut""Oh ya, Andi kalau making love sama tamunya secara lembut
ya""Tentu saja, maka banyak cewek yang senang dengan cara yang romantis
dan lembut""Asyik dong""Mau nyobain nggak?" tantang saya sambil mengelus
tangan kirinya yang ternyata sangat halus."Wuhh.. Maunya tuch" jawab
Lia mencibirkan bibirnya yang seksi."Pegang aja boleh nggak ya?" tanya
saya mengiba dan tangan kanan saya mulai mengelus-ngelus pahanya yang
masih terbungkus seragam sekolahnya dengan lembut."Emh.. Gimana ya..
Dikit aja ya" jawab Lia mengejutkan saya yang tadinya cuma bercanda, eh
tidak tahunya dapat durian runtuh."Lia, mau bagian mana dulu?" goda saya
sambil mengelus punggungnya yang halus."Ih genit ah.." candanya manja.
Saya
naikkan tangan kanan saya mencoba menjamah payudara kirinya yang masih
terbungkus seragam sekolahnya dan kelihatannya tidak ada penolakan dari
Lia. Dengan perlahan lehernya saya cium perlahan dan jamahan tangan saya
berubah menjadi remasan supaya membangkitkan gairahnya. Ternyata Lia
adalah tipe cewek yang libidonya cepat naik.
"Geli.. Ndi.."
rintihnya pelan, tangan kirinya membantu tangan kanan saya untuk lebih
aktif meremas payudara kiri dan kanannya secara bergantian. Lehernya
yang putih saya cium dan jilat semakin cepat."Sst.. pe.. lan.. Ndi.."
Setelah
beberapa menit, tiba-tiba Lia menurunkan tangan saya dan tangannya
dengan terampil melepas tiga kancing atas bajunya serta mengarahkan
tangan saya masuk ke dalam baju seragam SMU-nya dan tangan kirinya
mengusap pipi saya. Tangan kananku yang sudah separuh masuk baju
seragamnya langsung masuk juga dalam BH-nya yang ternyata berwarna putih
polos. Gundukan payudaranya ternyata sudah keras dan tanpa menunggu
aba-aba saya remas payudaranya dengan perlahan, kadang-kadang saya
pelintir puting susunya.
"Ndi.. Sst.. Mmh.. Yang ki.. ri..
sst.." rintihnya pelan takut kedengaran."Lia, boleh nggak saya ci.."
belum sempat habis pertanyaan saya, Lia sudah mencium saya dengan lembut
yang kemudian saya balas ciumannya.
Semakin lama lidah
saya mencari lidah Lia dan kami pun berciuman dengan mesra, bahkan
saling menjilat bibir masing-masing. Sambil berciuman, kancing baju atas
seragam Lia yang tersisa itu pun langsung saya lepas hingga tampaklah
payudaranya dengan jelas. Kembali saya cium payudaranya. Selama beberapa
menit berciuman, kuluman dan hisapan pada putingnya membikin Lia
bertambah merintih dan mendesis, untung saja pada saat itu masih sepi
dan bukan hari libur atau hari minggu.
"Mmh.. gan.. ti..
sst.. kiri.. sstt.." rintih Lia memberi aba-aba sambil tangan meraih
kepala saya dan menggeser serta menekan pada payudaranya."Ter.. Us..
Sst.. Ndi.."
Tangan kanan saya yang sedang berada di
pusarnya turun merayap masuk ke dalam rok abu-abunya dan mengelus
vaginanya yang masih terbungkus CD searah jarum jam.
"Sst..
Terus.. Ndi" rintih Lia yang ikut membantu menyingkapkan rok abu-abu
SMU-nya ke atas hingga pantatnya yang putih menyentuh paha saya yang
masih terbungkus celana jins.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih