Cerita yang kutulis ini adalah kisah nyata pengalamanku beberapa
tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama tak kuduga yang terjadi ketika
aku masih gadis SMP, tepatnya ketika baru saja akan masuk kelas 2 SMP.
Hubungan sex itu terjadi bersama teman papaku yang bernama Om Ardi.
Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Ardi, ia sudah
dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Ardi wajahnya sangat
tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang
usianya berbeda agak jauh, usia Om Ardi ketika itu sekitar 28 tahun.
Selain tampan, Om Ardi memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada
yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester,
waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan
pernikahan saudara. Karena kami dan Om Ardi cukup dekat, maka aku minta
kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Ardi yang tidak jauh
dari rumahku selama 5 hari itu. Om Ardi sudah menikah, tetapi belum
punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta,
sedangkan Om Ardi tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang
makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil
bercanda-ria, setelah istri Om Ardi pergi ke kantor. Om Ardi sendiri
karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah
sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari
mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam
permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Om Ardi orangnya
sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika suatu
hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Ardi berkata kepadaku, “Rin..
kita main dokter- dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran,
mumpung gratis”.Memang kata ayah dahulu Om Ardi pernah kuliah di
fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan
kesulitan biaya kuliah.“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa
curiga.Kemudian Om Ardi mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu
dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang
dipakainya ketika kuliah dulu.“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus
tiduran di ranjang”.Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat
mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.“Baik Om”,
kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.Namun Om
Ardi bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang
meriksanya”.Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka
BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.“Wah..,
kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata Om Ardi.Kulihat matanya tak
berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.Setelah
telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Ardi
mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku,
rasanya dingin, lalu Om Ardi menyuruhku bernafas sampai beberapa kali,
setelah itu Om Ardi mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum
kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan
lembut.“Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya”,
katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut
Om Ardi.Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu
tangan Om Ardi merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan
perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Ardi benar-benar terasa lembut, dan
lama- kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh
sentuhannya, sampai- sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om
Ardi menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal
itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali
ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli,
bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Ardi menghentikan
usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi
kemudian TOm Ardi bergerak ke arah kakiku.“Nah.., sekarang Om periksa
bagian bawah yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang
terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan
saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Ardi
menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah
mati.“Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan
gugup.“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya
dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum
Om Ardi penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak
bisa berbuat apa-apa.Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Ardi,dia
duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap
vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus
dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku
menumpang di atas pahanya. Lalu Om Ardi mulai mengelus-elus betisku,
halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan
meraba- raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku
jadi merinding rasanya.“Ooomm..”, suaraku lirih.“Tenang sayang..,
pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.Om Ardi
lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan
rasanya.Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Ardi
menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.“aahh.., Ooomm..”,
jeritku lirih.“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.Mana mampu aku
menjawab, malahan Om Ardi mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya
berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku
menggelinjang- gelinjang, menggeliat- geliat ke sana-ke mari.“Ssstthh..,
aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa
berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya
sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang
sekali.Setelah Om Ardi merasa puas dengan permainan jarinya, dia
menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati
wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang
antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa
mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat,
kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut,
rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Ardi bukan hanya mengecup, ia
lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya
jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Ardi memancing lidahku,
sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga
lidahku dengan lidah Om Ardi saling bermain, membelit-belit, tentu saja
aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Ardi
mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi
yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila..,
tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Ardi tengkurap di antara
kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas
kemaluanku dan Om Ardi dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke
selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas
pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om
Ardi. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua
tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan- sungkan lagi
Om Ardi mulai menjilati bibir vaginaku.
“aa.., Ooomm..!”,
aku menjerit, walaupun lidah Om Ardi terasa lembut, namun jilatannua itu
terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Om
Ardi yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis- habisan bibir
vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di
dalam vaginaku. Lidah Om Ardi mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat-
jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi,
badanku menggeliat- geliat dan terhentak- hentak, sedangkan kedua
tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi
usahaku itu sia-sia saja, Om Ardi terus melakukan aksinya dengan ganas.
Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.“aahh.., Ooomm.., jaangan..,
jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu..,
geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.Aku menggelinjang- gelinjang
seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak
biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan
kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Ardi
dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun
aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Ardi tetap mendapatkan yang
diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Ardi benar- benar membuatku bagaikan
orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini
membuat Om Ardi menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat- jilat,
bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku
bahkan disedot Om Ardi habis-habisan. Sedotan Om Ardi di vaginaku sangat
kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
Kemudian Om Ardi
sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir
vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa
maksud Om Ardi,rupanya Om Ardi mengincar clitorisku. Dia menjulurkan
lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku.“aahh..”, tentu saja aku menjerit
keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian
yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku
sampai menggangkat pantatku. Om Ardi malah menekan pahaku ke bawah,
sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku
sambil dihisap- hisapnya.“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku
semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat,
yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak
kuat menahannya, namun Om Ardi yang sepertinya sudah tahu, malahan
menyedot clitorisku dengan kuatnya.“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa
tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit
dengan kuat pipi Om Ardi dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu
tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak
sekali, dan tampaknya Om Ardi tidak menyia-nyiakannya disedotnya
vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang- tulangku terasa
luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om
Ardi kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru
pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga,
sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om
Ardi. Mula-mula Om Ardi membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut
kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga
sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya
yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan
mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat
tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke depan. Kedua
tangan Om Ardi mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan- lahan,
sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya
membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum
melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Ardi berdiri tegak, darahku
mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena
terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Ardi.
Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang
membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut
berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan
lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol
berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah
kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana
terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan
laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil
menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Ardi terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Ardi
hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang
kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala
kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Ardi kemudian
berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat
tidur. Kemudian Om Ardi menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke
lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua
kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas.
Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Ardi.
Kemudian
dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka
lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku,
kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang
itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang
batang kemaluannya. Kemudian Om Ardi menempatkan kepala kemaluannya pada
bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala
kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir
kemaluanku, sambil ditekannya perlahan- lahan. Suatu perasaan aneh mulai
menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku
terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas
perbuatan Om Ardi itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Ardi
makin terangsang. Dengan mesra Om Ardi memelukku, lalu mengecup
bibirku.“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om Ardi mesra di
telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-
satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak
berdaya diperlakukan begini oleh Om Ardi dan tidak pernah kusangka,
karena sehari-hari Om Ardi sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya
tangan Om Ardi yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah
memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini
makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar
menyentuh bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya
permainan Om Ardi,di samping pula ada perasaan bingung yang melanda
pikiranku. Kemaluan Om Ardi yang besar itu sudah amat keras dan kakiku
makin direnggangkan oleh Om Ardi sambil salah satu dari pahaku diangkat
sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa
berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang
kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong badan
Om Ardi untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Ardi bilang
tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan
kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi
selang tak lama kemudian perlahan- lahan kemaluannya itu ditekan-tekan
ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir
dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali
dorong kepala penis Om Ardi ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan
ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Ardi akan memasukan
penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya.
Sodokkan penis Om Ardi ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan
sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Ardi sudah berada di dalam lubang
kemaluanku dan selanjutnya Om Ardi mulai menggerakkan kepala penisnya
masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi,
perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang
mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar
dari mulutku keluar suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm..,
Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada
saat itu, tiba-tiba Om Ardi mendorong penisnya dengan cepat dan kuat,
sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput
daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam
vaginaku oleh penis Om Ardi yang terasa membelah kemaluanku.“aadduuhh..,
saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku
meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Ardi,tapi sia-
sia saja. Om Ardi mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus
buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang
lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya
bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur
untuk menghindari tekanan penis Om Ardi ke dalam liang vaginaku, tapi
karena tangan Om Ardi menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari
masuknya penis Om Ardi lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih
terasa olehku dan Om Ardi membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak
sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar
itu.“Om.., kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok
saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Ardi tidak bilang apa-apa hanya
senyum- senyum saja.Aku merasakan kemaluan Om Ardi itu, terasa besar dan
mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku.
Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Ardi tersebut. Waktu
saya mulai tenang, Om Ardi kemudian mulai memainkan pinggulnya maju
mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak
dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda
keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat
kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah
tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku
diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan
puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku
terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam
sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku
bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Ardi ketika aku
mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari
vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa
detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa
terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan
kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di
lantai.
Melihat keadaanku Om Ardi makin terangsang,
sehingga dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku
rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku.
Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang
dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang
penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang
tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Ardi mempermainkanku sesuka
hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan
setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku
berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Ardi,sampai akhirnya pada
suatu saat Om Ardi berbisik dengan sedikit tertahan, “Ooohh.., Riinn..,
Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”.
Tiba-tiba
Om Ardi bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik
kemudian, “Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah
tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat
mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua
spermanya tanpa sisa.“aahh..”, Om Ardi mendesis panjang dan kemudian
menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku.
Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih
agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya
wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut
bibirku dan tersenyum.“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Ardi dengan
mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om
Ardi.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar
merasa gamang, perasaan- perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun
ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Ardi telah berupaya
menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari
kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, memang kalau diingat-ingat
sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah
Om Ardi,tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol
ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Ardi menawarkan lagi untuk main-main
seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk
malu-malu. Begitulah akhir cerita dewasa ini, kisah pengalaman pertama
kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih