February 1, 2014

Riska Gadis Malang


Kejadian ini terjadi 14 Tahun yang lalu. Saat itu Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota BDL. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumahnya, terkadang dia ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Sebagai anak ABG yang mengikuti trend, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat, termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.

Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Ujang, Tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Ujang, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya. Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Ujang yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.



Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Ujang mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota BDL. Dan Ujang memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Ujang sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
“Di depan ada kawinan, Non. jadi jalannya ditutup”, jawab Ujang sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Ujang yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan, di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Ujang membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
“Hujan, Non..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas gedung pemerintahan pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Ujang sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.

Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.

“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.

Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Ujang yang semakin mendekati tubuhnya.

Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Ujang yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Ujang dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Ujang malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.

Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Ujang mulai bergerak mengusap-usap dengan lembut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Ujang mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Ujang mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Ujang ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.

Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Ujang semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Ujang yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.

“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Ujang.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Ujang mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Di jila jari-jarinya. Riska nampak terengah-engah, air matanya jatuh membasahi pipinya. Ujang kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Ujangpun menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.

Selanjutnya Ujang mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bagai seorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Ujang melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Ujang yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Ujang pun bergeser ke bagian leher gadis itu.

“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.

Cengkeraman Ujang di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Ujang yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Ujang meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Ujang kepala Riska dihadapkan pada penisnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam nona cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Ujang sambil menjambak rambut Riska.

Takut pada bentakan Ujang, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak sedikit demi sedikit Riska membuka mulutnya dan segera saja Ujangmendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.

“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Ujang yang menyumpalnya.

“Akhh..” sebaliknya Ujang mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.

Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Ujang. Sementara kedua tangan Ujang yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Ujang melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Ujang mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..

“Aakkhh..”, Ujang melengking, croot.. croott.. crroott..

Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Ujang yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Ujang dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Ujang mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Ujang berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.

“Ahh”, sambil mendesah lega, Ujang mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.

Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Ujang seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk menghentikan kelakuan Ujang. Sambil mengatur nafas Ujang berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Ujang membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Ujang kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Ujang menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Ujang.

Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Ujang memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Ujang pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali. Ujang langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Ujang mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.

“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.

Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Ujang. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Ujang mendesis nikmat.

Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Ujang langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Ujang yang keras dan kasar. Sementara Ujang yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Ujang menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Ujang sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Ujang kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Ujang pun berejakulasi.

“Aahh..” Ujang memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.

Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Ujang. Ujang puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangan dan menggoda dirinya.

Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang petang, akhirnya Ujang dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Ujang terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Ujang dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Ujang pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.

Setelah melewati saat-saat sulit yang cukup lama. Saat ini Riska telah berkeluarga. Suaminya anggota TNI dan mempunyai 2 Putra. Sementara Ujang, mati terlindas truk saat mengayuh becaknya.

TAMAT

No comments:

Post a Comment

Terimakasih

Paling HOT Saat ini